Vivagoal – Berita Bola – Dari 10 tahun terakhir, Paris Saint-Germain (PSG) mungkin menjadi raja di sepakbola Prancis. Namun, tahukah jika pada musim 2011/12 juaranya justru bukan berasal dari tim top Ligue 1, melainkan Montpellier Herault SC.
PSG adalah salah satu tim besar di Ligue 1, terutama dalam satu dekade terakhir. Semua itu berkat kehadiran Nasser Al-Khelaifi selaku pemimpin dari Qatar Sports Investment (QSI), sebuah perusahaan yang mengakuisi Les Parisiens pada 2011.
Nasser Al-Khelaifi tidak hanya mengubah PSG secara keseluruhan, melainkan Ligue 1 itu sendiri. Berkat uang yang ia gelontorkan, Les Parisiens bisa mendatangkan pemain bintang seperti David Beckham, Zlatan Ibrahimovic, Neymar, Kylian Mbappe, dan tidak ketinggalan Lionel Messi.
Namun, sebelum Nasser Al-Khelaifi, PSG bukan tim terbaik di Prancis. Justru, mereka kalah saing dari Olympique de Marseille (OM), Olympique Lyonnais (OL), Saint-Etienne, hingga Girodins de Bordeaux.
You can win the signed jersey of Lucas Hernández! 👕🔴🔵#WelcomeHernandez
Enter here! ⤵️https://t.co/PJFXz0BI8H pic.twitter.com/eKkuJ6JGcf
— Paris Saint-Germain (@PSG_English) July 10, 2023
Tetapi, ada satu musim di mana tidak ada satupun tim dari papan atas yang mampu menjuarai Ligue 1, dan itu terjadi di 2011/12. Kala itu, Montpellier sukses merajai Prancis usai menjuarai Ligue 1 hanya dengan bermodalkan skuad murah.
Pada musim itu, PSG sejatinya menjadi kandidat kuat untuk menjuarai Ligue 1. Di bawah asuhan Carlo Ancelotti, Nasser Al-Khelaifi mendatangkan pemain-pemain mahal seperti Javier Pastore (US Palermo) seharga 42 juta, Thiago Motta (Inter Milan) seharga 11, 5 juta euro, Kevin Gameiro (FC Lorient) seharga 11 juta euro, dan masih banyak lagi. Total pengeluaran mereka di musim itu sebesar 107,1 juta euro (menurut data Transfermarkt).
Akan tetapi, itu semua tidak berarti di hadapan Montpellier. Berada di bawah asuhan Rene Girard, La Paillade mampu menjawab semua keraguan. Mereka sukses menjadi juara Ligue 1 2011/12 usai meraih 82 poin dari 38 laga, beda tiga poin dari PSG di urutan kedua.
Di musim itu, Montpellier hanya mendatangkan tiga pemain saja yaitu Henri Bedimo dari RC Lens, Jonathan Tinhan dari Grenoble Foot 38, dan Hilton dari Marseille. Hanya Bedimo yang mendapatkan harga yaitu sebesar dua juta euro, sisanya secara gratis.
Secara rinci, Montpellier menang 25 kali, imbang tujuh kali, dan kalah enam kali. La Paillade memang kalah secara efektivitas gol dari PSG dan Lille di peringkat ketiga, namun mereka unggul dalam jumlah kebobolan.
Mereka menjadi tim paling sedikit kebobolan di Ligue 1 2011/12, di mana hanya kebobolan 34 kali saja. Komposisi empat bek yang diterapkan Rene Girard (Garry Bocaly, Mapou Yanga-Mbiwa, Hilton, dan Henri Bedimo) dinilai mampu menghalau lawan-lawan mereka untuk menjebol gawang yang dijaga Geoffrey Jourdren.
Di lini tengah, Renne Girard menggunakan posisi lima gelandang yang berisikan Joris Marveaux, Jamel Saihi, Remy Cabella, Younes Belhanda, dan John Utaka. Girard menjadikan Marveaux dan Saihi sebagai pembantu dari bek, sedangkan Cabella, Belhanda, dan Utaka diberikan kebebasan untuk mengacak-acak lini pertahanan lawan serta memberikan umpan manis kepada striker tunggal mereka, Olivier Giroud.
Terbukti, Belhanda mencetak 12 gol, Cabella tiga gol, dan Utaka tujuh gol. Soal assist, ketiganya sukses memberikan 11 assist di musim itu, dan semuanya mengarah kepada pemain terbaik di musim itu, Olivier Giroud.
Giroud menjadi salah satu top skorer di Ligue 1 musim 2011/12 bersama dengan Nene dari PSG. Ia mencetak 21 gol, dua kali hattrick, dan sembilan assist di musim itu. Menariknya, dari 21 golnya, 19 berasal dari non-penalti.
Berdasarkan statistik dari FBRef, Olivier Giroud menjadi pemain dengan tembakan tepat sasaran terbanyak (78 tembakan) dan tembakan tepat sasaran per 90 terbaik (2,20). Berkat ketajamannya di lini depan, wajar bila Montpellier menjadi juara Ligue 1 2011/12.
Pada musim itu, Montpellier memiliki skuad dengan total harga pasar yang jauh lebih murah dibandingkan PSG yaitu 86,2 juta euro saja. Dengan skuad seadanya tersebut, Renne Girard menyindir PSG yang menggelontorkan banyak uang di musim itu.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Sergej Milinkovic-Savic Sia-Siakan Kariernya Untuk Gabung Al-Hilal
- Obrolan Vigo: Yoan Gourcuff, Gagalnya Sang Penerus Zidane
- What If: Harry Kane Pergi Dari Tottenham dan Gabung Bayern Munich
- Analisa Vigo: Alasan Target Transfer Barcelona Kerap Dibajak Real Madrid
“Saya pikir kemenangan kami adalah sebuah pukulan telak bagi sepakbola Prancis. Ini menunjukkan bahwa setiap orang bisa mengalahkan siapa pun, dan uang bukanlah segalanya,” ucap Girard yang dilansir dari Breaking the Lines.
“Kami adalah klub yang terdiri dari teman-teman, membawa pemain muda, dan memberi mereka kesempatan. Pada akhirnya, hal tersebut berjalan dengan baik bagi kami. Kami memainkan sepakbola yang hebat dengan tim yang seimbang dan saya sangat senang.”
Kisah Montpellier di Ligue 1 2011/12 mengingatkan kita kepada keajaiban Leicester City di Liga Inggris musim 2015/16. Saat itu, mereka sukses mengalahkan semua keraguan dengan menjadi juaranya usai meraih 81 poin, beda 10 poin dari Tottenham Hotspur di peringkat kedua.
Sayangnya, mereka tidak bisa kembali menciptakan keajaiban itu di musim-musim selanjutnya. Mereka stabil di papan tengah dan bawah, dan terakhir berada di peringkat ke-12 di Ligue 1 2022/23.
Olivier Giroud was directly involved in 30 Ligue 1 goals for Montpellier in 2011/12:
❍ 36 games
❍ 21 goals
❍ 9 assistsNo wonder Arsenal snapped him up straight after. pic.twitter.com/ulizt5EsOe
— Squawka (@Squawka) April 30, 2020
Kepergian Giroud juga menjadi faktornya. Usai memenangi gelar bersama Montpellier, Arsenal FC langsung menggaetnya dengan harga 12 juta euro.
Namun, apa yang dilakukan oleh Montpellier di musim itu menjadi bukti nyata bahwa siapapun bisa menjadi juara. Sepakbola itu bundar, dan Stade de la Mosson menjadi tempat lahirnya keajaiban di Prancis.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com