Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Riverside Forest, Angin Segar Bagi Sepakbola Indonesia

Analisa Vigo: Riverside Forest, Angin Segar Bagi Sepakbola Indonesia

Sumber: Instagram @riversideforest_

VivagoalBerita Bola – Jika berbicara mengenai sepakbola dalam negeri, khususnya di provinsi Jawa Barat, Persib Bandung adalah satu klub yang terlintas di pikiran kita. Namun, ada satu klub yang memiliki nilai yang berbeda dari Maung Bandung, yakni dari dan untuk suporter, dan itu adalah Riverside Forest.

Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa dijauhkan dari yang namanya sepakbola. Hampir semua orang di dalam negeri menyukai sepakbola, mulai dari level Eropa, negara, hingga klub-klub lokal.

Persib menjadi salah satu klub lokal yang paling besar di Jawa Barat. Bahkan, popularitas Maung Bandung sudah mencapai skala nasional hingga internasional.

Namun, jika kita melihat lebih dalam, Jawa Barat tidak hanya diisi oleh Persib saja. Banyak tim lain yang masuk ke dalam provinsi ini seperti Persikabo 1973, PSKC Cimahi, Persikab Bandung, Depok United FC, Persikasi Kota Bekasi, dan banyak lagi.

Semua klub tersebut adalah klub-klub profesional yang dibangun untuk bertarung di level nasional. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah, salah satu yang terbesarnya adalah perbedaan pendapat antara manajemen klub dengan suporternya.

Akibat itu, lahirlah sebuah klub yang dibangun oleh dan untuk para suporter, dan itu adalah Riverside Forest, sebuah klub kecil yang berada di Bandung, Jawa Barat, pada 11 Desember 2021. Riverside Forest sendiri dibandung dengan semangat kesetaraan antara manajemen, pemain, sponsor, dan suporternya, di mana semuanya memiliki hak yang sama dalam pengelolaan klub tersebut.

Suporter yang memiliki Riverside Forest adalah Birds Death Brigade (BDB). Menurut salah satu pendiri Riverside Forest, Yusuf Kahfi Karim Amirulloh, yang dilansir dari Bandung Bergerak, hampir 70% pendanaan klub berikan oleh BDB.

Agar Birds Death Brigade merasa menjadi bagian dari klub, Riverside Forest juga melaporkan keuangan mereka secara transparan dengan mengunggahnya di akun media sosial mereka, @riversideforest_. Tidak hanya sekadar keuangan, aspirasi serta masukan yang diberikan para suporter juga pasti didengar oleh Riverside Forest.

Tentunya itu sejalan dengan konsep sepakbola yang mereka terapkan yaitu punk football. Konsep tersebut lahir di Eropa dengan tujuan menolak kapitalisasi terhadap sepakbola dan mengembalikannya sebagai hiburan rakyat.

Untuk menjalankan konsep itu, Riverside Forest memiliki dua kampanye. Pertama, klub dibangun oleh dan untuk suporter. Kedua, sepakbola sebagai tempat menyuarakan keresahan.

Pada kampanye pertama, mereka sudah menunjukkan itu dengan dana yang didapat oleh para suporter melalui penjualan merchandise setiap laganya. Tidak hanya itu, Riverside Forest bahkan melemparkannya kepada suporter terkait keinginan sponsor untuk mendanai mereka.

Sumber: Instagram @riversideforest_

Soal kampanye kedua, Riverside Forest memiliki tagline yang terkenal yaitu Forever Underdogs. Dalam laporan yang sama, salah satu pendiri Riverside Forest, Zebo, mengatakan Forever Underdogs adalah sebuah tagline bahwa klubnya tidak mengejar prestasi, melainkan ingin memberikan pesan-pesan yang tidak bisa disuarakan di sepakbola skala nasional.

Forever Underdogs itu jadi kita tidak mengejar juara, tetapi yang kita kejar itu pesan di sepakbolanya. Kami lebih mengusung pesan-pesan yang tidak pernah bisa disuarakan pada sepakbola Indonesia,” kata Zebo.

Kebahagiaan para suporter, khususnya Birds Death Brigade juga tampak di mata para pemainnya Salah satu pemainnya, Mo’ammar Galssha, mengaku bahagia dengan kehadiran Riverside Forest di kancah sepakbola Indonesia. Menurutnya, Riverside Forest menjadi angin segar sepakbola Indonesia karena nilai yang mereka anut tergolong baru.


Baca Juga:


“Menurut saya, Riverside Forest adalah sebuah tim yang memang dibentuk secara kolektif oleh sekumpulan orang yang menyukai sepakbola tanpa memikirkan dari mana mereka berasal. Mereka melakukan itu hanya untuk bersenang-senang dan juga hiburan, bebas,” ucap Ammar saat diwawancarai oleh tim Vivagoal.

“Mereka (Riverside Forest) jadi angin segar untuk meramaikan pesepakbolaan dalam negeri dan juga euforia sepakbola tingkat amatir,” tambahnya.

Sejatinya, Riverside Forest tidak menjadi yang pertama di dunia. Jauh sebelum mereka, terdapat FC St. Pauli, klub kasta kedua Jerman yang paling terkenal di dunia, dan FC United of Manchester (FCUM), yang lahir akibat kebencian mereka terhadap pemilik Manchester United, Malcolm Glazer.

Sumber: Instagram @riversideforest_

Akan tetapi, konsep ini mungkin terasa baru di kancah sepakbola dalam negeri. Mayoritas tim di Indonesia pastinya ingin mengejar prestasi, mendapatkan sponsor besar, merekrut pemain-pemain bintang, dan mendapatkan keuntungan dari para suporternya.

Namun, Riverside Forest jauh dari hal itu. Mereka lahir di Kota Kembang untuk memberikan warna baru di dunia sepakbola Indonesia, khususnya Jawa Barat. Mereka ingin menjadikan sepakbola sebagai tempat di mana semua orang bisa menikmati permainan, bersenang-senang, bertemu teman-temannya, dan bahagia.

Memang betul jika apa yang dilakukan oleh Riverside Forest jauh dari kata menguntungkan. Tetapi, mereka tidak peduli akan hal itu, yang mereka inginkan adalah bersenang-senang di sepakbola, dan itulah yang menjadi keunikan Riverside Forest.

Selalu update bertia bola terbaru seputar sepakbola Indonesia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version