Analisa Vigo: SC Freiburg, Klub Paling 'Edgy' dan 'Menyimpang' di Jerman
Sumber: Twitter @scfreiburg

Analisa Vigo: SC Freiburg, Klub Paling ‘Edgy’ dan ‘Menyimpang’ di Jerman

Muhammad Ilham - January 2, 2024
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Namun, itu semua berubah ketika Achim Stocker menggaet pelatih anyar, Volker Finke, pada 1 Juli 1991. Di musim perdananya, Volker Finke mampu membawa SC Freiburg menjuarai 2. Bundesliga, dan itu tandanya mereka promosi ke Bundesliga pada musim selanjutnya.

Di awal musim mereka di Bundesliga, SC Freiburg di bawah asuhan Volker Finke tidak meraih hasil yang baik, di mana mereka duduk di peringkat ke-15. Namun, di musim setelahnya, Freiburg langsung berakhir di peringkat ke-3.

Meski tidak meraih gelar satupun dan bahkan sempat terdegradasi lagi pada musim 1997/98, 2002/03, dan 2005/06, manajemen tidak pernah memecat Volker Finke. Mereka yakin bahwa kesuksesan akan datang jika kita tetap percaya, loyal, dan berpegang teguh dengan apa yang mereka inginkan.

Analisa Vigo: SC Freiburg, Klub Paling 'Edgy' dan 'Menyimpang' di Jerman
Sumber: TAZ.de

Hal tersebut juga terjadi dengan pelatih mereka saat ini, Christian Streich. Streich telah bersama Breisgau-Brasilianer sejak 1995.

Pertama, ia menjadi pelatih SC Freiburgh Youth, lalu pindah ke SC Freiburg U-19, menjadi asisten pelatih tim utama pada 2007 hingga 2011, dan akhirnya pelatih tim utama pada 2012. Streich pun juga mengalami nasib yang sama seperti Volker Finke.

Freibug pernah terdegradasi ke 2. Bundesliga pada musim 2014/15 lantaran duduk di peringkat ke-17 klasemen akhir Bundesliga. Namun, setelah satu musim di kasta kedua, Freiburg kembali ke divisi teratas.


Baca Juga:


Kesabaran manajemen akan kesuksesan membuahkan hasil. Pada musim 2021/22, Freiburg berhasil melangkah ke partai final DFB-Pokal untuk pertama kali, mungkin yang terakhir.

Berharap bisa membuat kota Freiburg bersorak gembira, Streich justru gagal membawa anak asuhnya meraih gelar DFB-Pokal pertamanya. Mereka harus puas takluk oleh RB Leipzig di partai final lewat adu penalti dengan skor 2-4.

Meski gagal, manajemen tetap mempertahankan Streich sebagai pelatih mereka. Sama halnya seperti yang telah mereka lakukan, Freiburg percaya Streich bisa membawa mereka kepada kesuksesan.

Mungkin, bagi banyak klub top Eropa atau Jerman, sistem seperti sangat jarang diberlakukan karena semua klub pasti ingin meraih kesuksesan secepat mungkin. Mereka akan menggelontorkan banyak uang demi bisa mendatangkan pemain atau pelatih hebat agar dapat gelar.

Tetapi, SC Freiburg seperti anak Jakarta Selatan yang terkenal dengan ‘edgy‘ dan berbeda dari arusnya. Mereka berusaha agar nilai-nilai yang dibangun klub dan masyarakat tetap terjaga, yakni perlahan tapi pasti.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com