Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: SC Freiburg, Klub Paling ‘Edgy’ dan ‘Menyimpang’ di Jerman

Analisa Vigo: SC Freiburg, Klub Paling 'Edgy' dan 'Menyimpang' di Jerman

Sumber: Twitter @scfreiburg

VivagoalBerita Bola – Bagi pecinta sepakbola Jerman, SC Freiburg mungkin menjadi salah satu tim yang tidak terlalu terkenal dan punya banyak prestasi. Namun, tim yang berlokasi di Jerman Barat Daya ini mampu menunjukkan jika kesuksesan bisa mereka raih dengan kesabaran, dan itu terkesan ‘edgy‘ atau berbeda dari klub-klub lainnya.

Sepakbola Jerman memang didominasi oleh Bayern Munich dalam 11 tahun terakhir. Hal tersebut tentu menimbulkan kebosanan tersendiri bagi salah satu dari lima liga terbaik di Eropa.

Namun, kondisi tersebut tidak membuat Jerman kehilangan popularitasnya secara regional. Berdasarkan statistik dari Stadium Guide, empat dari 10 tim dengan penonton terbanyak di kandang diisi oleh tim-tim asal Jerman seperti Borussia Dortmund, Bayern Munich, FC Schalke 04, dan Hamburg SV.

Sumber: Twitter @FCBayernEN

Suporter menjadi salah satu nilai jual yang dimiliki sepakbola Jerman, dan itu tidak lepas dari regulasi 50+1 yang membuat mereka memiliki suara terbanyak dalam pengambilan keputusan.

Sayangnya, regulasi tersebut justru yang melahirkan masalah lainnya. Pihak sponsor tentunya hanya meilirik tim yang berprestasi dan itu hanya berpusat kepada Bayern Munich.


Baca Juga:


Alhasil, tim-tim Jerman lain sulit untuk bisa mendatangkan pemain-pemain berkualitas demi mendongkrak performa atau meruntuhkan dominasi die Roten. Tetapi, hal tersebut tidak terjadi kepada SC Freiburg.

SC Freiburg merupakan salah satu tim Bundesliga saat ini yang berlokasi di Jerman Barat Daya. Mereka tidak berprestasi seperti Hamburg, Schalke 04, SV Werder Bremen, bahkan Bayern Munich.

Namun, ada satu hal yang menjadikan Breisgau-Brasilianer ini berbeda dari tim-tim lainnya yaitu kesabaran. SC Freiburg tidak mau mengincar gelar, mendapatkan kesuksesan, merekrut pemain hebat, atau bahkan menjadi pesaing ketat Bayern Munich.

Mereka sangat menikmati proses dan perjalanan yang sedang dan akan mereka lalui di masa depannya. Hal tersebut terpengaruh oleh model bisnis dan ekonomi dari Freiburg yaitu Mittlestand.

Mittlestand adalah sebuah bisnis yang dilakukan oleh para penduduk Freiburg, di mana mereka mendirikan perusahaan-perusahaan kecil yang hanya mengincar keuntungan per tahun. Konsep tersebut mirip dengan apa yang terjadi dengan SC Freiburg.

Dahulu, Presiden pertama SC Freiburg, Achim Stocker, mengatakan bahwa ia tidak mau naik ke Bundesliga karena takut dan merasa timnya memang tidak pantas berada di sana. Apalagi para penduduknya tidak menjadikan sepakbola sebagai pilihan utama dalam berekreasi.

Namun, itu semua berubah ketika Achim Stocker menggaet pelatih anyar, Volker Finke, pada 1 Juli 1991. Di musim perdananya, Volker Finke mampu membawa SC Freiburg menjuarai 2. Bundesliga, dan itu tandanya mereka promosi ke Bundesliga pada musim selanjutnya.

Di awal musim mereka di Bundesliga, SC Freiburg di bawah asuhan Volker Finke tidak meraih hasil yang baik, di mana mereka duduk di peringkat ke-15. Namun, di musim setelahnya, Freiburg langsung berakhir di peringkat ke-3.

Meski tidak meraih gelar satupun dan bahkan sempat terdegradasi lagi pada musim 1997/98, 2002/03, dan 2005/06, manajemen tidak pernah memecat Volker Finke. Mereka yakin bahwa kesuksesan akan datang jika kita tetap percaya, loyal, dan berpegang teguh dengan apa yang mereka inginkan.

Sumber: TAZ.de

Hal tersebut juga terjadi dengan pelatih mereka saat ini, Christian Streich. Streich telah bersama Breisgau-Brasilianer sejak 1995.

Pertama, ia menjadi pelatih SC Freiburgh Youth, lalu pindah ke SC Freiburg U-19, menjadi asisten pelatih tim utama pada 2007 hingga 2011, dan akhirnya pelatih tim utama pada 2012. Streich pun juga mengalami nasib yang sama seperti Volker Finke.

Freibug pernah terdegradasi ke 2. Bundesliga pada musim 2014/15 lantaran duduk di peringkat ke-17 klasemen akhir Bundesliga. Namun, setelah satu musim di kasta kedua, Freiburg kembali ke divisi teratas.


Baca Juga:


Kesabaran manajemen akan kesuksesan membuahkan hasil. Pada musim 2021/22, Freiburg berhasil melangkah ke partai final DFB-Pokal untuk pertama kali, mungkin yang terakhir.

Berharap bisa membuat kota Freiburg bersorak gembira, Streich justru gagal membawa anak asuhnya meraih gelar DFB-Pokal pertamanya. Mereka harus puas takluk oleh RB Leipzig di partai final lewat adu penalti dengan skor 2-4.

Meski gagal, manajemen tetap mempertahankan Streich sebagai pelatih mereka. Sama halnya seperti yang telah mereka lakukan, Freiburg percaya Streich bisa membawa mereka kepada kesuksesan.

Mungkin, bagi banyak klub top Eropa atau Jerman, sistem seperti sangat jarang diberlakukan karena semua klub pasti ingin meraih kesuksesan secepat mungkin. Mereka akan menggelontorkan banyak uang demi bisa mendatangkan pemain atau pelatih hebat agar dapat gelar.

Tetapi, SC Freiburg seperti anak Jakarta Selatan yang terkenal dengan ‘edgy‘ dan berbeda dari arusnya. Mereka berusaha agar nilai-nilai yang dibangun klub dan masyarakat tetap terjaga, yakni perlahan tapi pasti.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version