Kaleidoskop Serie A 2018/19: Dominasi Juventus dan Kejutan Akhir Musim
Pemecatan Eusebio dan Mundurnya Monchi
Menjelang akhir musim, Serie A memakan korban. Pelatih AS Roma Eusebio di Francesco resmi dipecat pada 7 Maret 2019. Serangkaian hasil minor Roma sepanjang musim jadi pemicu didepaknya mantan pelatih Sassuolo tersebut.
Roma kalah 1-7 dari Fiorentina di ajang Coppa Italia. Di ajang Liga Champions, I Gialorossi harus terhenti di babak 16 besar karena kalah agregat 3-4 dari FC Porto. Sementara di Serie A, mereka tercecer di posisi kelima sehingga kans untuk melaju ke Liga Champions musim 2019/20 sedikit terhambat.
Puncaknya, kala Derby Della Capitale digelar Sabtu (2/3) lalu. Roma harus kandas dari rival abadinya, Lazio dengan skor telak 0-3. Atas kekalahan itu Eusebio senang atau tidak harus meletakan jabatannya sebagai pelatih Serigala Ibu Kota.
Padahal di musim sebelumnya, di Francesco sukses meloloskan Roma ke Semifinal Liga Champions. Perjalanan i Lupi menuju empat besar Champions League pun boleh dibilang dramatis. Mereka berhasil comeback atas Barcelona di babak 8 besar, setelah Gialorossi kalah 1-4 di Camp Nou. Sayangnya langkah mereka terhenti di fase empat besar oleh Liverpool yang melaju ke Final dan menantang Madrid.
Pemecatan Eusebio pun berbuah panjang. Direktur olahraga I Lupi, Monchi memutuskan mengundurkan diri dari klub. Dimana supporter Roma pun disebut tak menyukai cara kerja Monchi sehingga saat sang direktur hengkang, mereka juga tak terlalu mempedulikan hal tersebut.
Quagriella top skor
Salah satu hal yang menjadi highlight di Serie A pada musim lalu adalah perburuan gelar top scorer. Banyak orang memprediksi, Cristiano Ronaldo akan menjadi raja gol di Serie A musim lalu.
[irp]
Namun kenyataan berkata lain. Fabio Quagriella yang bermain untuk Sampdoria berhasil merengkuh gelar Top Scorer. Di usia senjanya Quagrigoal sukses mengalahkan Ronaldo dengan raihan 26 gol, unggul 5 gol dari torehan CR7.
Raihan ini sendiri membuat kemustahilan jadi nyata. Penyerang yang pernah main di Juventus ini dua musim sebelumnya pernah mengkurasi 19 gol. Moncernya Quagligoal di usia senja membuktikan jika penyerang Italia memang kerap bersinar di usia tuanya.