Vivagoal – Berita Bola – Fernando Morientes pernah membalaskan dendam termanis bagi Real Madrid saat dirinya diasingkan ke AS Monaco pada 2003 lalu. Morinetes dengan elegan menjawab dengan menyudahi perlawanan Real Madrid di Liga Champions.
Real Madrid di medio 2000an awal mencoba membangun proyek Los Galacticos jilid II dengan mendaratkan serangkaian pemain bintang guna mendulang prestasi. Nama pertama yang masuk dalam proyek ini adalah Luis Figo. Sosok Portugal diboyong dari Barcelona. Ia menjadi jembatan perdana untuk kedatagan para pemain setelahnya.
Nama Zinedine Zidane direkrut semusim kemudian. Nama Zizou bahkan terpatri sebagai pembelian termahal Real Madrid sebelum akhirnya dipecahkan oleh beberapa pemain lain macam Cristiano Ronaldo hingga Neymar Jr.
#OTD 21 Maret 2020
Presiden Real Madrid 1995-2000, Lorenzo Sanz wafat.
Di era Sanz, penantian La Septima (Liga Champions ketujuh) terbayarkan setelah 32 tahun.
Sanz juga memperkenalkan Los Galacticos untuk pertama kalinya, walaupun akhirnya dipopulerkan oleh Florentino Perez. pic.twitter.com/RacsNdp73n
— PanditFootball.com (@panditfootball) March 21, 2022
Musim ketiga proyek Galacticos pun menghadirkan Ronaldo Nazario dalam skuat. R9 hadir pasca membawa Brazil menjadi juara dunia 2002. Ia diproyeksikan bakal main di lini depan bersama dengan kapten klub, Raul Gonzalez. Artinya, akan ada satu nama yang bakal tersisih yakni Fernando Morientes.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Manuel Rui Costa, Si Stylish dari Semenanjung Iberia
- Obrolan Vigo Benoit Assou Ekotto, Pesepakbola yang Tak Peduli dengan Sepakbola
- Obrolan Vigo: Claudio Ranieri yang Tak Perlu Melatih Lagi
Moro sejatinya merupakan penyerang yang lumayan impresif kala membela Real Madrid. Ia sukses mendulang 272 laga di lintas kompetisi dan mencetak 100 gol bagi klub. Kedatangan Ronaldo Nazario hanya akan menggusurnya ke bangku cadangan.
Moro, begitu panggilan akrabnya langsung minta diasingkan ke kontestan Ligue 1, AS Monaco. Ia dipinjamkan selama semusim di sana guna mendapatkan jam terbang yang sudah barang tentu tak bakal didapatkan di Real Madrid. Sebelumnya, ia sempat masuk dalam daftar incaran Schalke 04, namun ia lebih condong merapat ke Prancis.
Happy 46th Birthday Fernando Morientes 🎈 pic.twitter.com/pPelBvr8pd
— The Redmen TV (@TheRedmenTV) April 5, 2022
“Di Real Madrid, anda selalu berada di bawah tekanan, tujuh hari seminggu, tiga puluh atau tiga puluh satu hari sebulan, orang-orang selalu menginginkan anda mempersembahkan yang terbaik bagi Real Madrid. Anda harus menang, menang, dan menang terus, di Liga, Copa del Rey, kejuaraan Eropa, dan pertandingan persahabatan.” aku Moro kepada eurosport.
“Di Monaco segalanya berbeda. Disini keadaanya lebih tenang, kami mungkin baru memikirkan pertandingan dua hari sebelumnya, intensitas tekanannya pun jauh berbeda dengan yang ada di Madrid,” lanjutnya.
Semanis Balas Dendam
Bersama Monaco performa Moro sejatinya tak berjalan buruk. Ia mampu mendulang 10 gol dari 28 laga yang dimainkan di lintas kompetsi. Namun di antara 10 gol tersebut, ada dua gol yang lumayan berkesan yakni kala mengandaskan perlawanan Real Madrid di ajang Liga Champions.
Ceritanya, di babak perempat final Liga Champions 2003/04, Los Monegasques bersua dengna Real Madrid. Di leg pertama, Madrid mampu menang dengan skor 4-2 di leg pettama. Namun, AS Monaco mampu bangkit di leg kedua. Mereka menang dengan skot 3-1. Spesialnya, ia sukses mencetak sepasang gol pada laga tersebut.
Monaco pun sukses melaju ke babak selanjutnya. Namun Murientes mengaku bingung dengan kesuksesan tersebut. Ia mengaku senang bisa membawa Monaco melaju ke babak semifinal. Namun di sisi lain, ia merasa banyak rekan setimnya di Real Madrid yang kecewa karena kekalahan tersebut.
https://www.youtube.com/watch?v=9Qcv-r9sk3M
“Saya sangat senang karena Monaco menang. Namun saya memiliki banyak teman di Madrid yang harus melewati masa sulit karena kekalahan itu,” ucap Morientes. Monaco pun sukses melaju hingga babak final di turnamen tersebut. Namun mereka harus kalah dari FC Porto di babak pamungkas.
Baca Juga:
Moro pada akhirnya mampu membawa Monaco melaju ke babak final. Di fase empat besar, , Los Monegasques menang atas Chelsea di babak semifinal. Namun sayang, perjalanan Monaco harus terhenti di final lantaran mereka keok dari FC Porto besutan Jose Mourinho.
Dongeng masis Monaco yang mencapai babak final masih akan dikenang sampai kapanpun. Sampai hari ini, prestasi tersebut masih belum bisa disamai Monaco bersama pelatih manapun.
Pasca membela tim Prancis, Moro masih melanjutkan karir sepakbolanya dengan bergabung bersama Liverpool, Valencia dan Marseille. Namun karir sepakbolanya nampak biasa saja. Tak ada deretan prestasi yang sukses ia persembahkan bersama ketiga klub tersebut.
Feliz Cumpleaños, Fernando!
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com