Obrolan Vigo: Pep Guardiola, Penterjemah Handal Tiki-Taka
Vivagoal – Berita Bola – Josep Guardiola merupakan pelatih kelas dunia yang sukses menterjemahkan tiki-taka arahan Johan Cruyff kemanapun ia melatih. Skema tersebut sukses hantarkan Pep mendulang berbagai gelar di dunia sepakbila.
Pep Guardiola, yang lahir di Santpedor pada 18 Januari 1971, merupakan mantan pesekabola yang lumayan mentereng namanya kala masih memperkuat Barcelona. Setelah membela Barca, karirnya pasang surut. Ia sempat memperkaut beberapa tim macam Brescia, AS Roma hingga Dorados Sinaloa yang lekat dengan kartel Narkoba arahan Joaquin “Chapo” Guzman.
Pasca karirnya selesai sebagai pemain, Pep langsung terjun ke dunia manajerial dengan malatih Barcelona B pada 2007 silam. Karirnya hanya berlangsung setahun. Ia naik pangkat guna menggantikan Frank Rijkaard di akhir musim 2007/08 lalu.
Di musim perdananya, Pep langsung merevolusi skuat dengan mendepak beberapa nama penting dalam skuat macam Ronaldinho, Deco, Samuel Eto’o, Lilian Thuran hingga Gianluca Zambrotta dari tim utama. Nama-nama tersebut memang trak masuk dalam rencananya.
Sebagai ganti, Barcelona mendaratkan Gerard Pique, Dani Alves, Alexandr Hleb hingga mempromosikan beberapa pemain Barca B macam Sergio Busquets, Pedro dan Jeffren ke tim utama. Revolusi yang diterapkan Pep berbuah manis lantaran tim sukses mendulang treble winners di akhir musim.
Baca Juga:
- 5 Fakta Kevin Diks, Pemain Berdarah Belanda yang Siap Dinaturalisasi Timnas Indonesia
- 5 Fakta Wonderkid Indonesia yang Siap Bersinar
- 5 Fakta Jordi Amat, Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia
- 5 Fakta Ragnar Oratmangoen, Calon Pemain Naturalisasi Indonesia
Barcelona yang sebelumnya menerapkan pola 4-3-3 dengan Ronaldinho sebagai motor serangan lambat laun merubah pola permainan. Di bawah Pep, Blaugrana sukses memeragakan possession ball yang dikombinasikan dengan pressing kala melakukan serangan. Pola pressing ini ia terapkan dari sang maha guru, Marcelo Bielsa. Namun bedanya, Pep menerapkan pola tersebut lebih terukur sementara Bielsa terbilang ugal-ugalan menerapkan pola pressing dengan intensitas tinggi.
Sementara Possesion Ball merupakan turunan yang ia sempurnakan dari Johan Cruyff. Legenda sepakbola Belanda itu memang sempat menangani Guardiola dan memperomosikan sang pemain di tim utama pada 1991-92. Pep sempat habiskan lima musim di bawah komando Cruyff sehingga ia paham dengan skema yang diterapkan sang manajer secara terperinci.