Analisa Vigo: Hatem Ben Arfa yang Sia-Siakan Karirnya Sendiri

Analisa Vigo: Hatem Ben Arfa yang Sia-Siakan Karirnya Sendiri

Heri Susanto - August 1, 2023
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola Hatem Ben Arfa merupakan pesepakbola potensial yang tak pernah bisa mencapai potensi maksimalnya bersama berbagai klub. Hal tersebut membuatnya menjadi salah satu pemborosan terbesar dalam dunia sepakbola abad ke-21.

Ben Arfa, hadir dari tim yang menjanjikan, Lyon bersama dengan Karim Benzema. Ia memulai debut di usia 18 tahun. Sang pemain pernah memenangi kejuataan junior bersama Timnas Prancis dan potensinya kala itu membuat dirinya dinilai layak untuk bermain di tim sebesar Real Madrid.

“Ia berada di level berbeda dengan pemain lain. Semua orang memujinya,” ucap Paul Montgomery, mantann penasihat perekrutan pemain Newcastle United kepada the Athletic.

Ia punya kualitas dan kemampuan teknis yang sudah mulai terlihat. Bola seakan lekat di kakinya. Namanya langsung menjadi sensasi di internet melalui aksinya di kancah domestik maupun Eropa bersama Les Gones. Di musim terakhirnya kala bermain di Lyon, ia mampu mendulang 8 gol serta 6 assist.

Di tengah masifnya ketertarikan tim Eropa kepada sang pemain, memilih merapat ke Marseille dengan mahar 12 juta Euro. Namun kepindahan ke tim rival menimbulkan masalah baru baginya, Ben Arfa sempat terlibat friksi dengan Djibril Cisse yang kala itu mentas di Marseille. Alhasil, Cisse pun diasingkan ke Sunderland guna mematikan bara dalam sekam di tubuh klub.


Baca Juga:


Untungya di Marseille, ia tampil prima dan mendulang enam gol dari 11 laga bersama klub. Terlepas dari aksinya, ia memiliki sederet kontroversi seperti bertengkar dengan pemain lain, menolak melakukan pemanasan, melewatkan latihan hingga memaki pelatih. Meski begitu, aksinya tak mengubur peranan pentingnya di tim.

Sifat ketasnya yang tak mampu lagi ditolerir membuat Ben Arfa harus dilego ke tim lain. Newcastle United pun menjadi destinasi berikutnya. Magpies sudah memantau sang pemain sejak 2005 kala usianya  baru 15 tahun dan asa tersebut baru selesai 8 musim beeselang.

Meski pindah ke tim lain, masalah baru muncul. Ia mengalami patah kaki di musim debut bersama Newcastle. Namun pada musim kedua. Ia membayar tuntas performanya dengan 5 gol dan 6 assist di liga sekaligus hantarkan tim finish di peringkat 5 klasemen akhir.

Lagi dan lagi, masalah friksi dengan rekan setim kembali terjadi di Newcastle. Pada satu momen, kapten klub Fabricio Coloccini meminta Alan Pardew yang kala itu menukangi tim untuk mencadangkan Ben Arfa atau tim menolak bermain jika ia menjadi starter. Sang pemain pun dipinjamkan ke Hull City sebelum kontraknya diputus pada 2014.

Pasca Hull, ia sempat menganggur enam bulan lantaran dirinya tak diperkenankan bergabung dengan tiga tim dalam satu tahun. Setelahnya, ia memutuskan memilih Nice guna memperbaiki karir. Ia sudah menolak berbagai pendekatan dari tim papan tengah Prancis bahkan tim besar yang hendak memboyongnya.


Baca Juga:


“Tak kurang dari 10 menit, saya sudah menentukan keputusan. Bahkan jika Real Madrid menelepon, saya tak akan berubah pikiran,” urainya kala itu. Bersama Nice. Ben Arfa langsung menggula dengan mengepak 17 gol dan enam assist. Catatan tersebut membuat tim mampu lolos ke Europa League.

Bersama Nice, ia mendapatkan kesempatan untuk memainkan free role. Ia bisa melakukan penyelesaian, sepakan maupun memberikan umpan pada rekan setimnya. Ia seakan menjadi tumpuan tim untuk menyerang dan kembali masuk ke Timnas Prancis meski pada seleksi akhir, namanya tak tertera dalam tim yang bakal berlaga di Euro 2016 lalu.

Meski karirnya gemilang di Nice yang berpotensi lolos ke Eropa di bawah arahan Lucien Favre, ia justru memutuskan hengkang ke PSG guna memperbaiki reputasi. Sang pemain pun merapat ke Paris.

Analisa Vigo: Hatem Ben Arfa yang Sia-Siakan Karirnya Sendiri
(Photo: Talksport.com via Indosport)

“Pintu untuk PSG masih terbuka. Saya tak menutup pintu untuk siappaun,” ucapnya pada Onze Mondial. Keputusan pindah ke PSG pada akhirnya berbuah petaka. Ben Afra tak lagi sama. Permainannya yang cair seakan tak cocok dengan skema Unai Emery yang meningginkan pemainnya disiplin tinggi dan memiliki determinasi.

Kompilasi dari hal tersebut membuat Ben Arfa melempem. Bahkan, Unai Emery kerap memarahinya di sesi latihan lantaran gagal mengoper bola. Selain itu, kebugarannya juga tak terbilang baik. Hal tersebut membuatnya dikucilkan dari tim.

Setelah PSG, karirnya tak lagi sama. Ia kemudian berlabih ke berbagai tim namun peringai bengalnya juga belum sepenuhnya usai. Bersama beberapa tim macam Rennes, Real Valladolid, Bordeux hingga Lille, dirinya semakin tenggelam dalam arogansi dan perlahan tenggelam.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com