Obrolan Vigo: Nostalgia Joan Laporta yang Bakal Merepotkan Barcelona

Obrolan Vigo: Nostalgia Joan Laporta yang Bakal Merepotkan Barcelona

Heri Susanto - February 1, 2024
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola – Kebiasaan Joan Laporta melakukan nostalgia dengan para pemain Barcelona bisa menghadirkan dua sisi mata pisau yakni mengentalkan sejarah dari klub dan membawanya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya atau tak memberikan dampak apapun.

Reuni merupakan sebuah ajang yang mempertemukan momen kangen antar pihak yang lama tak bersua. Biasanya, ada nostalgia manis di dalamnya dan cerita menyenangkan yang coba dirajut kembali di masa sekarang. Dari reuni, terkadang ada proyek atau berbagai pertemuan yang bisa dicanangkan kembali guna membangun sebuah tujuan tertentu.

Barcelona melakukan hal tersebut kala Joan Laporta memenangkan pemilihan presiden klub pada 2021. Sosoknya merupakan orang lama di Barcelona. Ia pernah memimpin tim dalam periode 2003 hinga 2010 lalu dan menuai kesuksesan di sana.

Obrolan Vigo: Nostalgia Joan Laporta yang Bakal Merepotkan Barcelona
Joan Laporta, Foto: dok situs resmi Barcelona

Namun situasi saat ia kembali amat berbeda. Laporta tak mendapatkan bimbingan dari Johan Cruyff. Tak ada sosok Guardiola sebagai juru taktik hingga potensi kehilangan Lionel Messi yang kontraknya bakal rampung pada akhir musim 2021/22.


Baca Juga:


Dalam kampanyenya, ia memiliki ide untuk masa depan dan pengalaman untuk mewujudkan impian klub selain itu, ia berjanju untuk fokus pada hasil “sosial dan kemanusiaan” serta hasil di lapangan dan laporan keuangan. Tak berhenti sampai di sana, dirinya juga menaruh kepercayaan penuh pada jebolan La Masia untuk mendampingi para bintang lapangan hijau di tim utama.

Ia juga mengupayakan Messi bertahan di klub meski akhirnya asa tersebut urung terealisasi lantaran masalah finansial yang mendera Azulgrana. Akibatnya, Leo pun hengkang ke PSG di musim panas dan janji utama Laporta urung teralisasi.

Meski demikian, ia menerima tantangan dengan tangan terbuka dan menyebutnya sebagai “tantangan terberat dalam hidup saya” Barcelona pada periode keduanya memang memiliki banyak masalah. Mereka punya hutang ratusan juta Euro, permasalahan gaji pemain hingga berbagai aspek lain yang ditinggalkan presiden sebelumnya, Josep Maria Bartomeu.

Di bawah komandonya, Barcelona mulai bebenah. Mereka mulai memperbaiki tim. Memecat Ronald Koeman yang dianggap gagal dan menggantinya dengan Xavi Hernandez. Membeli banyak pemain premium dengan melepas Sebagian aset klub ke pihak ketiga. Memberikan ruang bagi para jebolan La Masia mentas di tim utama hingga melakukan reuni dengan sosok-sosok penting dari masa lalu seperti Rafa Marquez dan Juliano Belleti yang dipercaya menjadi pelatih dan asisten di Barcelona Athletic.

Tak berhenti sampai di sana, Deco De Souza juga hadir sebagai Direktur Olahraga baru klub menggantikan posisi Matheu Alemany. Menilik dari komposisi orang di belakang layer Laporta, jelas sudah mereka yang dihadirkan memiliki kenangan manis bersama klub ketika masih aktif sebagai pemain. Baik Xavi, Marquez, Deco hingga Belleti pernah merasakan manisnya menjadi juara Liga Champions di era kepemimpinan perdananya.


Baca Juga:


Di bawah kendali nama-nama tersebut, Barcelona maupun Barcelona Athletic mengalami fluksiasi performa. Pada musim 2022/23, tim senior sukses menjuarai LaLiga petama sejak 2019 lalu dan Athletic ada di peringkat empat klasemen akhir Primera Federacion Group 2. Arah klub seakan berada di trek yang tepat untuk saling bersinergi kembali pada musim berikutnya.

Namun masalah pada akhirnya terjadi. Musim ini, menepikan Athletic lantaran mereka kerap menyokong pemain pentingnya di tim utama, tim senior Barcelona terbilang limbung. Mereka memang lolos ke fase gugur Liga Champions untuk kali pertama di era kepemimpian Xavi dan harus memastikan kelolosan d pekan-pekan terakhir.

Namun tim rontok di kancah domestik. Mereka keok dari Real Madrid di final Piala Super Spanyol, terhempas dari Copa del Rey dan tercecer dari perburuan gelar atas Girona dengan jarak 8 poin dari 22 laga yang sudah dimainkan. Untuk ini, Xavi tengah dalam tekanan lantaran tim yang sudah dimintanya tak bermain maksimal. Terlebih, performa Azulgana di lapangan juga seakan kehilangan darah.

Puncaknya, pasca laga melawan Villarreal, yang bekesudahan 3-5 untuk kemenangan kapal selam kuning pada 28 Januari 2024, Xavi memutuskan angkat kaki dari jabatannya sebagai juru taktik untuk kebaikan klub. Selain itu, ia juga merasakan tekanan yang amat dahsyat ketika menukangi Barcelona. Xavi undur diri tak lama setelah Jurgen Klopp melakukan hal serupa di Liverpool dan kita sudah tahu jika kapasitas keduanya berbeda jauh. Hanya momennya saja yang kurang lebih sama.

Seiring dengan mundurnya mantan pemain Al-Saad itu, berbagai media di Spanyol pun mengaitkan beberapa nama untuk menukangi Azulgrana mulai dari Thomas Tuchel, Thiago Mott Hansi Flick, Imanol Alguacil, Michel hingga Mikel Arteta dan memromosikan Marquez ke tim utama pun menyeruak. Tak hanya nama-nama tersebut, baru-baru ini RadioMarca mengklaim jika Frank Rijkaard masuk dalam daftar.

Ya, anda tak salah membacanya, Rijkaard dikaitkan hadir. Bahkan jika ia bersedia, kabar yang sama menyebut Joan Laporta siap menduetkannya dengan Marco Van Basten sebagai asistennya kelak. Memasukan nama Rijkaard, semanis apapun prestasinya bersama klub di masa lalu jelas pilihan tak masuk akal. Ada beberapa faktor yang mengiringi hal tersebut.

Pertama, pasca menukangi klub, karir manajerial sosok berdarah Suriname terbilang medioker. Ia hanya melatih Galatasaray dan Timnas Arab Saudi. Ia terakhir kali melatih pada 2014 dan saat ini tengah disibukan dengan kegiatannya sebagai brand ambassador Johan Cruyff Foundation.

Rekor kemenangannya bersama kedua tim tersebut bahkan terkesan biasa. Memasukan nama Rijkaard untuk proyek Barcelona jelas jauh dari akal sehat. Namun segalanya bisa saja terjadi. Siapa yang menyangka jika Deco pada akhirnya menjadi Direktur Olahraga klub untuk saat ini, bukan?

Andai pada akhirnya memaksakan kehadiran juru taktik asal Belanda di akhir musim, hal ini jelas bakal menimbulkan resistensi meski ada embel-embel reuni manis di sana. Pada akhirnya, Reuni memang tak melulu harus memulai rekonstruksi tim. Andai memaksakan kehendak, apa yang terjadi pada blaugrana jelas bukan salah Xavi seorang lantaran ada Laporta yang memprakarsai proyek tersebut hadir dalam periode keduanya memimpin entitas bersama FC Barcelona.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com