Vivagoal – Liga Indonesia – Persib Bandung menutup musim di posisi enam klasemen Shopee Liga 1 2019. Bersama Robert Rene Albert mereka gagal memenuhi target yang diusung awal musim, finish di lima besar.
Publik Bandung yang dikenal kritis dan skeptis memang banyak mengelus dada musim ini. Bak roller coster, penampilan Maung Bandung memang naik turun.
Musim ini, ketika ekspektasi bobotoh memuncak Persib gagal membayarnya. Sebaliknya, ketika publik lelah berekspektasi, Pangeran Biru malah tampil di luar dugaan.
Kali ini, Vivagoal mengajak pemabaca menyelami perjalanan Persib sepanjang semusim kemarin. Sebuah kilas balik yang sepatutnya jadi bahan evaluasi.
Hancur Lebur di Pra Musim
Sejatinya, Maung Bandung mempersiapkan tim dari jauh-jauh hari. Usai pecah kongsi dengan Roberto Carlos Mario Gomez, Persib balikan dengan mantan pemainnya yang katanya punya lisensi UEFA Pro, Miljan Radovic.
Pelatih yang kala aktif bermain dijuluki The Professor memimpin persiapan jelang Liga 1 2019. Skuat dirombak total, deretan pemain baru didatangkan. Sementara publik punya ekspektasi tinggi usai musim sebelumnya Persib tampil apik bersama Mario Gomez.
Diawal kedatangannya Radovic langsung panen kritik. Dia disebut cuma sebagai pelatih SSB dan punya kebijakan transfer yang aneh.
Ia langsung mencoret ikon Persib, Atep Rizal. Rekrutan legiun asing baru pun tak memuaskan publik Bandung. Tercatat, Srdan Lopicic, Esteban Viscara juga belakangan Fabiano Beltrame jadi pemain-pemain yang dipercaya Radovic.
Sang pelatih membela dan percaya dengan pemain pilihannya. Dia anggap pemain U-35 cocok menjadi penggawa Persib.
“Saya tidak suka kalau orang bicara tua atau muda, dalam sepak bola tidak ada itu, yang ada pemain bagus atau tidak bagus, saya pikir dia pemain bagus,” kata Miljan Radovic soal Srdjan Lopicic.
Kegelisahan publik Bandung akan kualitas Radovic terjawab jelas di Piala Presidan dan Piala Indonesia. Persib gagal total dengan performa yang mengecewakan di atas lapangan.
Tak lama berselang, Rene Mihelic dan Arthur Gevorkyan didatangkan demi menjawab beragam masalah yang dialami Persib kala itu. Tapi kebersamaan Radovic tak bertahan lama, manajemen mengambil sikap sesaat sebelum Liga dimulai.
Miljan Radovic dicoret lantaran cuma bisa mempersembahkan satu kemenangan dari enam pertandingan. Hal itu jadi bukti buruknya kemampuan taktik Radovic. Robert Rene Albert pun ditunjuk sebagai pelatih anyar.
Robert Rene Albert Tak Bisa Berbuat Banyak
Sehebat-hebatnya Robert Albert, mempersiapkan tim untuk mengarungi semusim kompetisi hanya dengan 12 hari hampir mustahil. Sang pelatih pun menyoroti kedalaman skuat Maung Bandung kala itu.
Rene kesulitan mengembangkan skemanya lantaran komposisi tim tidak merata. Salain itu para pemain yang baru didatangkan seolah tak punya kualitas dan datang tanpa diseleksi.
“Prinsipnya dari ilmu yang saya pelajari, komposisi tim ini belum seimbang. Contohnya, tim ini hanya memiliki satu striker murni (Ezechiel N’Douassel). Kemudian, pemain asing pun datang tanpa seleksi dan itu bukan kesalahan saya,” kata Albert.
Sebagai pelatih, sedikit yang bisa dilakukan Robert Albert. Sementara publik berharap banyak Robert Albert bisa menjaga martabat Maung Bandung di Liga 1.
Persib pun terseok-seok sepanjang putaran pertama Shopee Liga 1. Robert Albert tak bisa berbuat banyak dengan menutup putaran satu dengan barada di peringkat 11 klasemen.
Dengan skuat yang bukan pilihannya, permainan Pangeran Biru memang tidak menjanjikan apalagi memuaskan.
Dari 17 pertandingan, skuat besutan Albert hanya bisa menorehkan empat kemenangan kontra Persipura, PSIS, Kalteng Putera dan PSS sementara tujuh lainnya berakhir imbang dan enam kali kalah.
Magis Robert Albert
Omid Nazari, Nick Kuipers dan Kevin van Kippersluis hadir. Ekspektasi kembali meninggi, ketiganya diharap bisa mendompleng prestasi Maung Bandung.
Hasilnya signifikan, pola permainan khas Robert Albert mulai terbentuk secara perlahan. Sejak pertandingan melawan Tira-Persikabo di awal putaran kedua, Persib terus membaik.
Omid jadi metronom di lini tengah. Kehadirannya jadi jawaban minimnya kreatifitas serangan dari engine room Persib. Begitupun Nick Kuipers yang berhasil mempertebal lini pertahanan Persib dan membantu I Made Wirawan meraih clean Sheet.
Dalam lima pertandingan awal usai jeda kompetsi, Persib langsung berlari. Ditahan imbang Tira-Persikabo dan Semen Padang, Persib menang besar saat bersua Persipura dan Arema. Tapi catatan positif itu terhenti saat bertandang ke Pamekasan pada pekan ke-22 Shopee Liga 1.
Setelahnya, skuat besutan Robert Albert tak tertahankan. Mereka melahap pertandingan demi pertandingan dengan hasil positif, posisi di papan klasemen pun membaik bahkan peluang jadi runner up terbuka lantaran mereka duduk di posisi enam dan berselisih poin tipis dari Borneo FC yang saat itu duduk di posisi dua.
Gagal Raih Target
Dua kekalahan ini, diwarnai dua gol bunuh diri aneh. Supardi Nasir dan Ahmad Jufriyanto berturut membuat gol bunuh diri dan membuat Persib kembali melorot di papan klasemen. Jangankan jadi runner-up mereka malah harus puas duduk di posisi ke-10 hingga pekan ke-31.
Beruntung, Persib kembali bangkit. Sejak kekalahan melawan Persela, Persib menyapu bersih sisa pertandingan Shopee Liga 1 2019 dengan kemenangan. Tapi sayang, mereka gagal raih target untuk finish di posisi lima besar.
Belajar dari Musim 2019
Persib masih beruntung racikan Robert Albert dengan hanya mendatangkan tiga pemain kunci mampu membawa dampak postif bagi Maung Bandung.
Karenanya, sudah selayaknya Robert Albert bertahan dan terus membesut Persib berkaca pada apa yang sudah dia lakukan sepanjang musim lalu.
Kini manajemen perlu memberikan keleluasaan padanya untuk punya skuat ‘pilihan’ jelang musim 2020. Terlebih taktik dan pola main Robert Albert baru akan jitu jika skuatnya diisi pemain-pemain yang dia inginkan.
Klub sebesar Persib sudah sepatutnya memanjakan supporter dengan menjawab ekspektasi publik. Sebagai klub besar, tekanan dan tuntutan bakal terus mengarah demi Persib yang lebih baik.
Selalu update berita terbaru seputar Liga Indonesia hanya di Vivagoal.com