Obrolan Vigo: Tembok Pertahanan Asal Tengah dan Selatan Italia
Kebersamaan Sejak Usia Muda
Keduanya pertama kali dipasangkan sebagai bagian dari catenaccio-sistem pertahanan-Italia saat di Piala Eropa U-21 1996 di Spanyol. Mereka berdua menjadi pilihan utama pelatih Italia saat itu, Cesare Maldini. Bagi Alessandro Nesta, Piala Eropa junior 1996 menjadi pengalaman internasional pertamanya, sementara Cannvaro, sudah terlebih dahulu bermain dalam level tersebut dua tahun sebelumnya.
Meski begitu, Nesta mampu memaksimalkan kesempatan tersebut dengan tampil mengesankan bersama pemain lain dalam menjaga pertahanan Italia. Hasilnya, dari empat pertandingan, gawang Italia hanya dua kali dibobol oleh lawan.
Menjadi lebih spesial karenanya, Italia sukses menjadi juara dengan mengalahkan tuan rumah Spanyol melalui adu pinalti. Dimana Cannavaro pun terpilih menjadi pemain terbaik selama kompetisi.
Sejak saat itu, keduanya menjadi andalan di klub masing-masing. Nesta bersama Lazio dan Cannavaro bersama Parma. Penampilan mereka berdua pun dianggap sebagai harapan baru bagi Tim Nasional Italia.
Nesta termasuk dalam skuat Italia di Piala Eropa 1996 Inggris, tetapi tidak memainkan satu pun laga. Sedangkan Cannvaro memainkan laga debut bersama Timnas sekitar tujuh bulan kemudian. Salah satu penampilan impresifnya adalah saat melawan Inggris dalam kualifikasi Piala Dunia di Stadion Wembley.
[irp]
Salah satu striker paling berbahaya kala itu, Alan Shearer mampu mati kutu olehnya. Penampilan yang mengesankan di awal karir mereka ini, membuat keduanya masuk dalam skuat Italia untuk Piala Dunia 1998.
Di Piala Dunia 1998, keduanya kembali berada dibawah arahan seorang legenda yakni Cesare Maldini. Meski dalam formasi Italia kala itu, mereka tidak berduet secara langsung karena keberadaan pemain senior, Alessandro Costacurta dan Paolo Maldini.
Mengawali pertandingan pertama yang cukup berat melawan Chile, Keempat tembok pertahanan Italia menunjukan kekuatan mereka di pertandingan berikutnya melawan Kamerun dan Austria. Italia pun keluar sebagai juara grup B kala itu.
Berlanjut di babak 16 besar, Nesta harus rela menepi dipinggir lapangan, sehingga tempatnya saat itu digantikan oleh Giuseppe Bergomi. Hingga pada akhirnya Italia harus menyerah dari tangan tuan rumah, Prancis, yang juga menjadi juara di Piala Dunia 1998.
Meski tak menjadi juara, Cannavaro dan Nesta dirasa telah menampilkan permainan yang gemilang sebagai debutan di ajang sekelas Piala Dunia. Mereka dapat menunjukan kualitas dari pertahanan gerendel ala Italia dan menanam benih kekuatan pertahanan dan kepemimpinan Italia di masa depan. Keduanya mampu menggeser seniornya yang sarat pengalaman.