Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Bek dengan Gelar Terbanyak Sepanjang Sejarah Sepakbola

5-fakta-bek-terproduktif

Vivagoal 5 Fakta – Banyak fans bola di seluruh dunia, saat ini hanya menilai bagaimana seorang striker atau gelandang penyerang dapat tampil dengan sempurna.

Namun, mereka melupakan bahwa adanya semua tim itu tidak hanya striker, winger, maupun gelandang penyerang.

Sebuah tim atau klub tidak akan bisa sukses, bilamana melupakan para lini pertahanan atau biasa disebut bek.

Dalam sebuah pertandingan, seorang bek harus lebih fokus dan terjaga kondisi stamina dan performanya. Para bek harus dapat memotong serangan lawan, kuat dalam keseimbangan badan, dan tak kalah penting memiliki duel udara yang bagus.

Pada sebuah kompetisi, banyak klub yang memiliki back back tangguh dalam satu dekade ini. Dan banyak bek-bek tangguh yang telah memutuskan untuk hengkang sepatu seperti pemain Bayern Munchen, Philipp Lahm.

[irp]

Bayern Munchen saat itu memiliki permainan yang sangat fleksibel. Contohnya Lahm bermain menjadi bek sayap, bek tengah, maupun gelandang bertahan.

Tak hanya Lahm, namun ada beberapa nama seperti klub raksasa La Liga yaitu Sergio Ramos dan Gerard Pique. Bek tengah asal Real Madrid dan Barcelona ini  menjadi sosok panutan yang mana tidak hanya mahir dalam bertahan, namun juga mahir dalam mencetak gol ke dalam gawang lawan.

Namun kendati demikian, mereka semua tidak masuk ke dalam bek terproduktif sepanjang sejarah sepak bola.

Untuk itu, VIGO akan menganalisa dan merangkum lima fakta bek terproduktif sepanjang sejarah sepak bola dunia. Siapa saja?

1. Booby Moore

Bobby Moore mengawali karir sepakbola profesional di klub West Ham sejak tahun 1958. Ia berposisi sebagai bek tengah dan menggunakan kostum nomor 6. Moore langsung jadi pemain inti West Ham karena kemampuannya membaca permainan yang bagus. Penampilan bagusnya bersama West Ham membuatnya dipanggil oleh timnas Inggris. Ia menjadi skuad Inggris di Piala Dunia 1962.

Moore bahkan langsung menjadi kapten di tahun 1963 saat usianya masih 22 tahun, menjadikannya kapten termuda Inggris sepanjang sejarah sampai sekarang.

West Ham kemudian sukses menjadi juara piala FA di tahun 1964 yang menjadi gelar pertama Bobby Moore bersama klub dimana ia juga sukses meraih penghargaan FWA Footballer of the Year.

Di tahun 1965, West Ham dibawa meraih gelar Eropa, yaitu Piala Winners. Piala Dunia 1966 kemudian menjadi momen terbesar, baik bagi Bobby Moore maupun timnas Inggris.

Ia menjadi kapten dan pemimpin tim sepanjang turnamen. Inggris sukses mengalahkan Jerman Barat di final dengan skor 4-2.

Bobby Moore pun mengangkat Piala Dunia sebagai kapten timnas Inggris. Ia pun dikenang sebagai pahlawan dan ikon sepakbola Inggris. Moore bahkan dianugerahi gelar dari Kerajaan Inggris atau kontribusinya.

Bobby Moore diakui sebagai salah satu bek paling berkelas dalam sejarah sepak bola Inggris. Ini merujuk pada penampilan impresifnya di Piala Dunia 1966.

Bahkan, Pele mengakui Moore adalah bek terbaik yang dilawannya. Moore tahu kapan harus bertahan dan menjaga areanya, serta membantu penyerangan.

Dia meraih Piala Dunia dan Piala FA dalam kariernya. Banyak yang berpendapat Moore seharusnya memiliki lebih banyak gelar. Hampir semua orang dari generasinya akan memberi tahu Anda betapa istimewanya dia sebagai bek.

[irp]

Karir Klub Bobby Moore

1958-1974 – West Ham United
1974-1977 – Fulham
1976 – San Antonio Thunder (pinjaman)
1978 – Seattle Sounders
1978 – Herning Fremad
1983 – Caroline Lightnin’

Sebagai Pelatih

1980 – Oxford City
1981-1982 – Eastern AA
1984-1986 – Southend United

Timnas Inggris

Piala Dunia FIFA (1966)
Peringkat 3 Piala Eropa (1968)

Prestasi Individu

Runner up Ballon d’Or (1970)
FIFA World Cup All-Star Team (1966)
UEFA EURO Team of the Tournament (1968)
FWA Footballer of the Year (1964)
World Soccer World XI – 2 kali (1968, 1969)
BBC Personality of the Year (1966)
West Ham Player of the Year – 4 kali (1961, 1963, 1968, 1970)
UEFA Jubilee Awards – Golden Player of England (2003)
FIFA World Cup All-Time Team (1994)
World Team of the 20th Century (1998)
Gelar Order of the British Empire (1967)
English Football Hall of Fame (2002)
PFA Player of the Century (2007)
PFA Team of the Century (2007)
World Soccer Greatest XI of All Time (2013)

2. Gaetano Scirea

Gaetano Scirea, salah satu pesepakbola yang dihormati dan legenda Juventus Football Club, secara tragis harus kehilangan nyawanya dalam kecelakaan lalu lintas di Polandia. Dengan satu gelar Piala Dunia, tujuh gelar Serie A dan satu Piala Eropa diraihnya, Scirea menaklukkan hati para penggemar Bianconeri dan sepak bola pada umumnya melalui 14 tahun karirnya dalam seragam hitam putih Juventus maupun bersama Azzurro di Italia.

Fans Calcio akan tahu seberapa hebatnya Gaetano Scirea. Bertugas sebagai ‘penyapu’, Scirea memang acap menghentikan penyerang lawan dengan cara yang berkelas. Dia juga lihai membaca permainan.

Sosok asal Italia itu tidak pernah mendapatkan kartu sepanjang kariernya. Dia sangat melegenda bersama Juventus, meski memulai karier di Atalanta.

Pada masa jayanya bersama Bianconeri, Scirea meraih tujuh Scudetto, Piala UEFA, Winner’s Cup, Piala Eropa dan Piala Interkontinental. Ini adalah resume dari sang legenda, dan gaya bermainnya akan hidup lama dalam ingatan fans Bianconeri.

[irp]

Terkenal sebagai salah satu bek terbaik sepanjang masa, Scirea kemudian bergabung di staf Juventus sebagai pencari bakat.

Satu tahun kemudian pada September 1989, insiden fatal di dekat kota Babsk Polandia, dimana ia sedang mengamati calon lawan Bianconeri di UEFA Cup, merenggut nyawa Gaetano yang saat itu masih berusia 36 tahun.

Profesionalisme, dedikasi dan integrasi yang dimiliki Scirea terus menjadi contoh bagi kita semua dan kenangan tentangnya tetap hidup 26 tahun kemudian di hati dan pikiran semua orang yang mengenalnya.

Segenap keluarga besar Juventus Football Club memberikan doa dan dukungan kepada keluarga dan orang-orang terdekat Gaetano di hari penuh duka ini.

3. Franz Beckenbauer

Kualitas tinggi disertai jiwa kepemimpinan di atas rata-rata membuat Franz Beckenbauer dijuluki “Sang Kaisar” oleh rekan setimnya.  Sumbangsih besarnya bagi negara dan klub yang ia bela, pemain kelahiran Munich itu selalu punya tempat tersendiri bagi publik Jerman. Anak kedua dari pasangan Franz Beckenbauer Sr dan Anothia Beckenbauer itu lahir 73 tahun silam, tepatnya pada 11 September 1945.

Di masa kecilnya, pesepakbola top dunia itu sempat dilarang menekuni sepak bola oleh ayahnya karena kesulitan ekonomi setelah era Perang Dunia II berakhir.

Beckenbauer telah bermain untuk tim junior SC Munich saat menginjak usia sembilan tahun. Sejak kecil ia telah bertekad untuk bermain di tim senior Bayern Munchen dan mimpinya itu tercapai.

Debutnya bersama Munchen pada tahun 1964 amat mengesankan. Munchen promosi ke kasta tertinggi Bundesliga Jerman setelah finis di posisi kedua kasta kedua Liga Jerman.

Gelar pertama Bundesliga ia raih bersama FC Hollywood pada musim 1968/1969. Bahkan sejak musim 1972, ia berhasil mempersembahkan tiga gelar liga secara berturut-turut bagi Bayern di mana ia didapuk sebagai kapten.

[irp]

Tak berhenti sampai di situ, tiga gelar kejuaraan Eropa dan empat gelar Piala Jerman juga berhasil diraih Beckenbauer. Bersama Die Roten, Der Kaiser mencatatkan 439 penampilan dan mencetak 64 gol.

Setelah sukses di level klub, Benckenbauer tampil di Piala Dunia 1966. Debutnya terjadi saat Jerman Barat melawan Swiss. Tak dinyana, ia sukses menyumbangkan dua gol saat Jerman Barat melumat Swiss 5-0.

Performa impresif Jerman Barat terhenti di laga puncak saat dikalahkan Inggris dengan skor 2-4. Meski gagal di final, Beckenbauer yang mencetak total empat gol meraih penghargaan pemain muda terbaik (21 tahun) di Piala Dunia 1966.

Franz Beckenbauer sukses sebagai pelatih dan pemain di timnas Jerman. Franz Beckenbauer sukses sebagai pelatih dan pemain di timnas Jerman.

Beckenbauer kembali memperkuat Jerman Barat pada Piala Dunia 1970 di Meksiko. Ia berhasil mencetak gol krusial ketika Jerman mengalahkan Inggris 3-2 di perempat final. Meski demikian, Jerman Barat harus puas dengan tempat ketiga setelah di pertandingan semifinal dikalahkan Italia dengan skor 3-4.

Sang Kaisar kembali membela timnas saat Jerman menyandang status tuan rumah Piala Dunia pada 1974. Bermain di hadapan publik sendiri, Beckenbauer kembali memimpin skuat Die Mannschaft.

Kesuksesan Jerman Barat di Piala Dunia 1954 kembali terulang. Berjumpa dengan Belanda di partai final, Jerman Barat memastikan gelar juara Piala Dunia untuk kali kedua usai mengalahkan Belanda 2-1.

Setelah tiga edisi Piala Dunia memperkuat timnas Jerman Barat, Piala Dunia 1974 menjadi Piala Dunia terakhir bagi Beckenbauer sebagai pemain. Di turnamen internasional lainnya, Beckenbauer membantu Jerman Barat menjuarai Piala Eropa 1972 dan menjadi runner up Piala Eropa 1976.

Piala Eropa 1976 menjadi turnamen resmi terakhir Beckenbauer bersama Jerman Barat sebagai pemain sebelum ia memutuskan untuk pensiun di ajang internasional. Sebanyak 103 penampilan dan 14 gol telah dilakoni Beckenbauer selama membela timnas Jerman Barat sepanjang karier internasionalnya.

Di level klub, Beckenbauer sempat berlabuh ke klub Amerika Serikat, New York Cosmos selama empat musim. Sekembalinya ke Jerman, Hamburger SV menjadi klub terakhir yang ia bela pada 1982 sebelum gantung sepatu.

Selama kariernya sebagai pemain, Beckenbauer telah meraih berbagai penghargaan individu, empat kali menyandang Pemain Terbaik Jerman (1966, 1968, 1974, 196) serta dua gelar Pemain Terbaik Dunia Balon d’Or (1972 dan 1976).

4. Franco Baresi

Baresi memulai karir sepakbola profesional di AC Milan sejak tahun 1977 saat usianya masih 17 tahun. Debutnya baru terjadi di tahun 1978. Sebelumnya ia sempat ditolak oleh klub rival Inter Milan yang lebih memilih saudaranya, Giuseppe Baresi. Baresi langsung menunjukkan kualitasnya dan menjadi pemain inti AC Milan. Gelar Serie A perdana diraih di musim 1978-1979.

Di tahun 80an, AC Milan sempat mengalami periode kelam dengan 2 kali terdegradasi ke Serie B. Meski begitu Baresi tetap bertahan dan Milan kembali promosi ke Serie A. Di tahun 1982, Baresi ditunjuk sebagai kapten walau usianya masih 22 tahun.

Ia pun mempertahankan jabatan kapten tim hingga pensiun. Prestasi AC Milan baru memasuki masa keemasan di akhir 80an dan awal 90an.

Di periode tersebut, Baresi sukses meraih beberapa gelar juara bersama AC Milan, di antaranya 3 kali juara Liga Champions, 5 kali juara Serie A serta 2 kali menjadi juara UEFA Super Cup dan Intercontinental Cup.

Di bawah kepelatihan Arrigo Sacchi dan Fabio Capello, tim AC Milan saat itu dijuluki sebagai The Dream Team, salah satu tim terbaik sepanjang masa. Baresi pun membentuk kuartet pertahanan terbaik bersama dengan Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti.

Banyak legenda hanya ingin membela satu klub dalam kariernya. Franco Baresi termasuk dalam daftar karena menghabiskan seluruh kariernya di AC Milan selama 20 tahun.

Membuat debut pada 1977, Baresi menjelma menjadi bek terbaik di dunia. Bermain sebagai Sweeper, Baresi sangat berhasil dan bahkan tidak takut untuk maju membantu penyerangan. Dia memiliki pengetahuan untuk memutuskan kapan harus maju dan kapan membiarkan sayap-sayap Milan melakukan operasinya ke depan.

Baresi sempat menempati peringkat 2 Ballon d’Or di tahun 1989. Milan memang begitu perkasa saat itu, bahkan sempat menorehkan rekor 58 pertandingan tak terkalahkan berturut-turut di Liga Italia.

Pertahanan tangguh pun dibuktikan dengan sempat hanya kebobolan 15 gol di musim 1994. Baresi kemudian pensiun di tahun 1997. Total 20 musim bermain untuk AC Milan dengan menorehkan 719 pertandingan dengan koleksi 33 gol.

Setelah pensiun, nomor punggung 6 yang ia gunakan pun dipensiunkan klub untuk menghormati jasanya.

5. Paolo Maldini

Paolo Maldini mengawali di AC Milan sejak tahun 1978. Ia baru gabung tim utama Milan sejak tahun 1985. Maldini menjadi pemain termuda yang bermain bagi AC Milan di Serie A saat usianya masih 16 tahun. Di usia muda, ia pun langsung menjadi pemain bagi I Rossoneri. Bersama dengan rekannya di lini belakang seperti Baresi, dan Costacurta, Maldini menjadi bagian dari The Dream Team AC Milan dengan pertahanan kokoh.

Kuartet pertahanan tersebut menjadi salah satu yang terbaik sepanjang sejarah, dimana Maldini memainkan peran sentral.

Banyak gelar juara diraih AC Milan di akhir 80an dan awal 90an, termasuk 3 gelar juara Liga Champions Eropa tahun 1989, 1990 dan 1994. Milan juga sukses menjadi juara Serie A tanpa terkalahkan di musim 1991-92.

Di tahun 1994, Maldini menjadi pemain bertahan pertama yang dianugerahi gelar pemain terbaik dunia versi World Soccer.

Sebagai tambahan, Maldini juga menempati peringkat 2 pemain terbaik dunia versi FIFA tahun 1995 serta menempati peringkat 3 Ballon d’Or tahun 1994 dan 2003.

Sempat agak terpuruk di akhir 90an, Maldini dan Milan kembali bangkit di tahun 2000an. Gelar juara Liga Champions Eropa tahun 2003 dan 2007 berhasil diraih dengan Maldini sebagai kapten.

Pada final tahun 2003, Maldini terpilih sebagai man of the match. Di tahun 2005, Milan kalah melawan Liverpool di final, namun Maldini mencatat rekor sebagai pencetak gol tercepat dan tertua di final Liga Champions.

Maldini debut bersama timnas Italia sejak tahun 1986. Total ia menorehkan 126 caps bersama timnas Italia yang sempat menjadi rekor sebelum dipecahkan oleh Fabio Cannavaro dan Gianluigi Buffon.

[irp]

Ia mencetak 7 gol sepanjang karir timnasnya. Maldini juga menjadi kapten timnas dalam 76 pertandingan.

Bersama Italia, Maldini berpartisipasi di 4 edisi Piala Dunia (1990, 1994, 1998, 2002) dan 3 edisi EURO (1988, 1996, 2000).

Meski tidak berhasil menjadi juara, namun Maldini membawa Italia menjadi runner up Piala Dunia (1994) dan runner up EURO (2000). Ia pensiun dari timnas di tahun 2002.

Maldini pensiun dari dunia sepak bola di tahun 2009 di usia yang ke-41 tahun. Total ia menorehkan lebih dari 1000 pertandingan di semua laga sepanjang karir sepak bolanya.

Maldini dikenal sebagai one-man team yang hanya bermain bagi klub AC Milan saja. Milan memberi penghargaan dengan mempensiunakn nomor punggung 3 yang ia kenakan.

Maldini pernah termasuk dalam team of the tournament dalam 2 edisi Piala Dunia dan 3 edisi Piala Eropa. Ia pun dianggap sebagai salah satu bek terbaik dunia sepanjang sejarah sepak bola dengan kemampuan bertahan terbaik. Maldini menampilkan kemampuan kelas dunia selama 2,5 dekade karirnya.

Exit mobile version