Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Mat Halil, Legenda Persebaya

Mat Halil

Vivagoal 5 Fakta –  Pasang surut prestasi dirasakan Persebaya. Dari mulai dualisme, degradasi dan jadi raja di kompetisi Indonesia pernah dicapai. Tapi kecintaan Mat Halil akan klub asal Surabaya itu tak pernah surut.

Publik dibuat kagum bukan gara-gara dia piawai mengolah bola saja. Sikap dan pengorbanannya untuk Bajul Ijo di luar lapangan membuatnya melegenda.

Soal prestasi tak perlu diragukan, pemain yang identik dengan nomor 2 itu jadi saksi hidup kejayaan Green Force di Indonesia. Dia pun ikut berjuang kala Persebaya berkali-kali harus turun kasta.

Baca Juga: Berita Terbaru Seputar Persebaya

Loyalitasnya mengantar Abah Halil jadi legenda Persebaya. Dia menolak banyak tawaran klub elit Indonesia karena enggan menghianati klub yang jadi impiannya sejak kecil.

“Saya ditawari main untuk beberapa klub. Ada klub dari Surabaya dan beberapa lainnya dari Jawa Timur dan luar Jawa. Beberapa klub itu tampil di ISL dan lainnya dari Divisi Utama. Tapi saya tidak mau, karena hati saya untuk klub ini.” kata Mat Halil dalam wawancaranya bersama Bola. 

Atas pengabdiannya pada Persebaya, Vivagoal coba merangkum 5 fakta soal Legenda Persebaya, Mat Halil:

1.Versatile Player

Di era modern, seorang full back punya peran ganda dalam pertandingan. Selain harus menjaga pertahanan, mereka bertugas untuk membantu penyerangan melalui sektor flank.

Jauh sebelum fullback modern beken bermunculan di belantara sepakbola Indonesia, Persebaya sudah punya pemain bertipe ini dalam diri Mat Halil.  Beragam literatur menyebut, Halil yang berposisi asli sebagai bek kiri piawai dalam menyerang.

Paling diingat tentu penampilannya  saat menjadi back four Persebaya saat ditangani Jacksen F Tiago. Kala itu Halil berduet bersama Chairil Anwar, Bejo Sugiantoro dan Anang Ma’ruf di sebelah kanan dan menjadi salah satu tim dengan pertahanan paling kokoh.

Halil kerap membuat lini pertahanan lawan kerepotan lewat penetrasinya di sektor flank. Bahkan di era Divado Alves, Halil ditempatkan sebagai penyerang sayap  dan tak jarang ia mencetak gol bagi Bajul Ijo.

Lain cerita saat Rusdi Balawan menukangi Persebaya. Halil diplot sebagai juru gedor kala itu.

2. Antar Persebaya Cetak Rekor 

Prestasi Mat Halil bersama Persebaya tak perlu diragukan. Paling membanggakan saat membawa Persebaya promosi dari Divisi Satu pada 2003 dan jadi juara Divisi Utama Liga Indonesia 2004.

Dia berada dalam skuat Persebaya yang kala itu menyamai rekor Persik Kediri. Di Liga Indonesia edisi sebelumnya, Macan Putih tercatat mampu menjadi tim promosi pertama yang menggondol trofi Divisi Utama.

Halil patut berbangga, skuat Persebaya bukan hanya menyamai rekor Persik Kediri. Mereka sekaligus mengukir rekor sebagai tim pertama di Indonesia yang menjadi juara dua kali (1996 dan 2004) di kasta tertinggi Liga Indonesia semenjak peleburan Galatama dan Perserikatan.

Rekor itu bertahan hingga Liga Indonesia 2010. Kala itu, Mutiara Hitam menjadi juara Liga Indonesia untuk ketiga kalinya (2005, 2008/09 dan 2010/11) sekaligus melampaui rekor Persebaya.

3. Nazar Mat Halil Usai Juara

Persaingan gelar juara Liga Indonesia 2004 berlangsung ketat hingga pekan terakhir. Laga Persebaya dan Persija jadi laga penentuan buat kedua kesebelasan mengunci gelar Liga Bank Mandiri.

Persebaya perlu tiga poin untuk keluar sebagai juara, sementara Macan Kemayoran hanya perlu hasil imbang untuk mengangkat piala. Persebaya unggul terlebih dahulu di pertengahan babak dua.

Drama pun terjadi, Mat Halil yang masih berusia 25 tahun melakukan blunder dengan cetak gol bunuh diri. Dia kalang kabut, gelar juara terancam sirna berkat kesalahannya.

Baca Juga: Vivagoal Bagi-Bagi Jersey, Gratis!

Tapi dewi fortuna melindungi Persebaya dan Halil. Luciano de Souza yang tampil dari bench mengubah keadaan dengan cetak gol penentu sekaligus mengantaran Persebaya meraih trofi keduanya di era Liga Indonesia.

Dilansir Emosi Jiwaku, Halil yang merasa berhutang pada Luciano kemudian bernazar. Andai memiliki anak  lelaki, ia akan menamainya Luciano dan jika perempuan, ia akan menamakannya Luciana.

4.Pensiun Karena Regulasi

Hingga 2017 silam, Abah Halil masih aktif bermain bersama Persebaya. Sayang, regulasi baru PSSI membuat Halil harus gantung sepatu.

Jelang bergulirnya musim 2017, ketua umum PSSI mengumumkan, klub peserta harus mematuhi regulasi baru yang mewajibkan setiap tim menyertakan pemain U-23 dan membatasi dua orang pemain di atas 35 tahun.

“Regulasi tidak ada perubahan. Klub tetap wajib memainkan pemain U-23 sejak awal. Lalu pemain di atas 35 tahun juga tetap saja dua tidak boleh lebih,” kata Edy dilansir Liputan 6.

Meski bisa memperebutkan dua tempat di skuat utama, tapi manajemen Persebaya memutuskan untuk tidak menggunakan jasa Halil yang sudah menginjak usia 37 tahun.

“Kita sepakat bahwa memang Halil masih ada di keluarga besar Persebaya. Tapi mungkin tidak di tim lagi, cuma kita siapkan project untuk Halil ke depan,” ungkap Direktur Persebaya, Chandra Wahyudi.

Enggan mendua Halil akhirnya gantung sepatu. Pengabdian untuk lambang Suro dan Boyo di dada akhirnya berakhir.

5. Anti Tinggalkan Sepakbola

Usai pensiun, Halil tidak tinggalkan dunia olah bola. Meski tidak aktif bermain dirinya tetap mencoba berguna untuk sepakbola Surabaya dengan mendirikan  sekolah sepakbola bernama El Faza.

Tujuannya jelas, jebolan El Faza diharapkan memberi kontribusi bagi Bajul Ijo. Selain tercatat sebagai pemilik, Halil disebut aktif melatih bersama Usman Mulyono.

El Faza tercatat sebagai salah satu klub internal Persebaya. Meski berstatus sebagai klub baru di bawah Liga Internal Persebaya tapi kehadiran Mat Halil di El Faza, membuat El Faza banjir peminat.

Selalu update berita Liga Indonesia terbaru hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version