5 Fakta School van De Toekomst, Akademi Ajax Amsterdam

Dimas Sembada - June 2, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal 5 FaktaSchool van De Toekomst atau ‘Sekolah Untuk Masa Depan’ milik Ajax Amsterdam bukan sekadar akademi sepak bola penghasil pemain bintang. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, School van De Toekomst jadi bisnis yang menguntungkan buat Ajax terkait banyaknya pemain binaan mereka yang berhasil mereka jual.

Dianggap sebagai salah satu akademi sepakbola terbaik di dunia, akademi Ajax sudah menghasilkan banyak pemain bintang. Jebolannya tak hanya menjadi bintang di tim utama Der Amsterdammers tapi juga jadi pilar di Tim Nasional Belanda.

Tengoklah deretean pilar Der Oranje sejak era Johan Cruyff pada 1960-an hingga yang teranyar Frenkie De Jong dan Matthijs de Ligt. Semua merupakan lulusan akademi asal Amsterdam tersebut.

Tak heran jika Ajax yang dikenal sebagai tim besar di Eropa paling jarang melakukan belanja pemain di setiap bursa transfer tiap musimnya. Bisa dibilang, mereka sangat antitesis dari kesebelasan-kesebelasan elit Eropa yang getol menghamburkan uang untuk membeli pemain dari luar akademinya.

Soal pembinaan pemain muda, Ajax memang tergolong sebagai tim yang paling serius. Akademi sepakbola mereka dilengkapi fasilitas penunjang yang tergolong komplet dan mewah, termasuk ada delapan apangan pertandingan yang perawatannya super eksklusif.

Dalam setahun saja, Ajax ditaksir harus merogoh kocek hingga 6 juta euro atau setara Rp 97,7 miliar hanya untuk perawatan kompleks olahraganya yang luasnya mencapai 14 hektar, fantastis bukan!

Supaya makin takjub dengan akademi sepakbola Ajax ini, berikut 5 fakta tentang sekolah sepakbola milik raksasa Eredivisie Belanda tersebut:

1. Pencetus Total Football

Total FootballBanyak yang mengira, Johan Cruyff, legenda timnas Belanda, Ajax dan Barcelona adalah pencetus taktik Total Football. Peninggalannya itu bahkan menjadi masterpiece gaya bermain akademi La Masia milik Barcelona dari kelompok umur hingga senior.

Namun ternyata, adalah Rinus Michael, pelatih akademi, sebelum ditunjuk jadi pelatih tim utama Ajax pada pertengahan musim 1964/65 yang pertama kali memperkenalkan skema permainan Total Football kepada Cruyff.

Oleh Rinus Michael, kurikulum dan filosofi School van de Toemkost disempurnakan. Sedari usia dini, para pemain yang baru berusia 8-12 tahun diperkenalkan dua bentuk pola dasar 4-3-3, yakni 2-3-5 dan 4-2-3-1 ultra offensif.


Baca Juga: 


Penjaga gawang dibiasakan menjadi sweeper dengan memberikan operan pada bek tengah atau bek sayap yang kemudian dihubungkan ke gelandang atau penyerang sayap lewat umpan terobosan. Sementara penyerang tengah diharuskan terus bergerak untuk mengganggu konsentrasi lawan.

Jika mereka kehilangan bola, para pemain akademi Ajax dibiasakan untuk segera merebutnya kembali dalam tempo kurang dari tiga detik. Jika gagal atau gol tercipta, sistem ini akan diulang kembali.

 Pada dekade 70-an, konsep ini membuat timnas Belanda dan Cruyff sukses membius para penikmat sepakbola dunia. Der Oranje mempertontonkan gaya sepakbola dengan konsep menyerang dan bertahan yang stabil. Pergerakan para pemain begitu konsisten dengan timing yang pas dalam mengisi setiap pos. Sangat aktrakfit dan terus mendominasi di seluruh sisi lapangan.