Analisa Vigo: Werder Bremen 2003/04, Skuat Pas-Pasan Penghancur Dominasi Bayern Munich
Tetapi, ia mampu menunjukkan bahwa berat badan dan postur tidak menjadi penghalang baginya untuk mencetak gol. Ailton berhasil mencetak 28 gol, jauh mengungguli Roy Makaay (Bayern Munich) dengan 23 gol dan Martin Max (Hansa Rostock) dengan 20 gol.
Tentu, keberhasilan Ailton mencetak banyak gol di musim itu tidak lepas dari peran rekannya di lini depan, Ivan Klasnic. Duet Ailton-Klasnic mampu melahirkan teror di jantung pertahanan lawan.
If we asked you to name a Brazilian Golden Boot winner, we’d hear Ronaldo, Romario, Hulk, Elber even Mario Jardel.
However, the pointless answer would be…Ailton. pic.twitter.com/9NziogEEoR
— COPA90 (@Copa90) January 5, 2021
Tidak ketinggalan, lini tengah mumpuni meski tidak mentereng yang dimiliki Werder Bremen. Saat itu, gelandang Werder Bremen diisi oleh nama-nama muda seperti Johan Micoud dan Tim Borowski.
Performa apik di hampir semua sisi membuat Werder Bremen meraih gelar Bundesliga dan DFB-Pokal. Die Werderaner sukses menjuarai DFB-Pokal usai mengalahkan Alemannia Aachen di partai final dengan skor 3-2.
Gelar Bundesliga itu menjadi yang keempat sekaligus yang terakhir bagi Werder Bremen dalam 20 tahun ke depan. Namun, piala tersebut semakin spesial lantaran mereka sukses memastikan diri sebagai juara usai mengalahkan Bayern Munich pada pekan ke-32 di markas mereka sendiri, Olympiastadion (sebelum pindah ke Allianz Arena).
Baca Juga:
- Analisa Vigo: ‘Football’s Coming Home!’, Sebuah Kalimat Perayaan Menyedihkan Untuk Timnas Inggris
- Analisa Vigo: Andre, Fabinho Baru yang Dibidik Liverpool
- Analisa Vigo: Menengok Murid-Murid Pep Guardiola
- Analisa Vigo: Manuel Neuer Adalah ‘Racun’ yang Buat Bayern Munich Sulit Dapatkan Kiper
Tapi, dari semua pemain yang berjasa di atas, tentu peran sang pelatih, Thomas Schaaf, juga patut diapresiasi. Ia tidak hanya memberikan gelar Bundesliga dan DFB-Pokal saja untuk Werder Bremen, tetapi juga mengantarkan tim dengan jersei hijau tersebut ke semifinal Intertoto Cup.
Ia pantas dicap sebagai seorang legenda Werder Bremen lantaran Schaaf mengabdikan seluruh kariernya hanya di tim itu saja. Ia pernah bermain di Werder Bremen pada 1978 hingga 1995, lalu menjadi pelatih di 1999 hingga 2013.
Kecintaannya terhadap die Werderaner sangatlah besar. Bahkan, dirinya pernah menjadi kitman hingga supir bus tim.
Sayangnya, itu adalah terakhir kali Werder Bremen meraih gelar Bundesliga. Setelah itu, mereka hanya menjadi tim papan tengah, bahkan sempat terdegradasi ke 2. Bundesliga pada musim 2020/21 setelah berakhir di peringkat ke-17.
Meskipun begitu, Werder Bremen era 2003/04 melahirkan memori yang berkenang bagi para pecinta sepakbola Jerman kala itu. Tidak hanya itu, kita pasti akan ingat dengan jersei yang mereka pakai, dengan paduan warna hijau dan oranye serta apparel buatan Kappa-nya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com