kelaidoskop

Kaleidoskop Liga Inggris: Liverpool yang Gagal Juara Hingga Sarri Ball yang Tuai Kritik

Dimas Sembada - June 20, 2019
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Harapan Palsu itu Bernama Sarri Ball

Selepas Liga Inggris musim 2016/17 berakhir, Chelsea bergerak cepat dengan mendatangkan pelatih baru untuk menggantikan peran Antonio Conte yang gagal memenuhi ekspektasi manajemen. Maurizio Sarri, eks pelatih Napoli resmi ditunjuk untuk mendokrak prestasi The Blues hingga musim 2021/22 mendatang.

Terbukti, Sarri sukses mendongkrak prestasi Chelsea di awal musim dengan skema Sarri Ball-nya. Hingga pekan ke-12, Chelsea tak terkalahkan dengan hanya empat kali menuai hasil imbang. Kala itu, Sarri Ball digadang mampu mendulang kesuksesan dan membuat Chelsea kembali berjaya.

Terancam Dipecat, Sarri Sudah Ditunggu Tiga Klub Serie ANamun, semua catatan apik itu terhenti di pekan ke-13 saat mereka bertandang ke markas Tottenham Hotspurs. Sarri dan Chelsea kala itu merasakan kekalahan perdananya pasca dicukur habis Kane dan kolega dengan tiga gol tanpa balas.

Setelah kekalahan itu, performa Chelsea menjadi inkonsisten. Praktis, Sarri dan skema premainannya menjadi sorotan. Dimana memasuki pertengahan musim, Sarri terus menerus dikritik karena permainan Chelsea yang mudah dibaca lawan dan cenderung membosankan.

Hasilnya, meski sempat banjir kritik dan cacian, Sarri dan Chelsea yang angin-anginan tetap membuktikan diri dengan lolos ke Liga Champions musim depan. The Blues menutup musim di peringkat ketiga di atas dua tim London lain, Spurs dan Arsenal.

[irp]

Rapot Jeblok Setan Merah

MULiga Inggris musim 2018/19 nyatanya tak ramah bagi Manchester United. Prestasi MU sepeninggal Sir Alex Ferguson tak kunjung membaik di musim ini. Jose Mourinho kembali gagal mengangkat prestasi MU. Bahkan sesaat setelah Liga digelar, MU harus berjalan terseok-seok karena inkonsistensi yang mereka ciptakan sendiri.

Di akhir tahun 2018, jebloknya prestasi MU membuat The Special One harus angkat kaki dari Theater of Dream.  Mou dipaksa menyerahkan jabatannya setelah memasuki pekan ke-16 dimana saat itu MU harus menyerah 3-1 dari rival abadinya, Liverpool.

Mourinho kala itu tak bisa berbuat banyak. Menjelang dicoretnya sang pelatih, MU hanya mampu berada di posisi ke-6 Liga Inggris, hasil dari tujuh kali menang, lima kali kalah dan sisanya berakhir imbang. Selain karena gagal memenuhi ekspektasi fans, tak harmonisnya hubungan sang pelatih dengan beberapa pemain membuat dirinya harus menerima kenyataan menjadi seorang pandit.

[irp]

Pasca ditinggal Mourinho, MU menunjuk mantan striker mereka, Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih interim. Hasilnya pun ternyata mengejutkan, bersama The Baby Face Asassin,  MU berhasil menyapu bersih enam laga beruntun dengan kemenangan.

Membawa MU keluar dari keterpurukan, Solskjaer pun di elu-elukan para pendukung Setan Merah. Permainan MU berubah drastis, dari gaya bermain pragmatis ala Mourinho selepas pergantian pelatih  MU bermain lebih menghibur.

Alhasil, karena berhasil membawa angin segar, manajemen MU pun tak ragu mempermanenkan Solskjaer. Tapi sayang, setelah dipermanenkan, Solskjaer seolah kehilangan magisnya. Di akhir musim, MU tercecer di peringkat ke-6 Liga Inggris dan hanya bisa masuk babak kualifikasi Liga Eropa. Musim depan, mereka pun dipastikan bakal menjadi penonton di Liga Champions.