Obrolan Vigo: FC St. Pauli, Klub Pemberontak Paling Terkenal di Dunia
Ideologi dan budaya yang dibangun oleh St. Pauli semakin kencang dengan logo yang mereka gunakan, yakni tengkorak. Logo tengkorak itu terkenal sebagai Jolly Roger, sebuah simbol yang di mana mengisyaratkan kapal bajak laut akan menyerang kapal lainnya.
Logo tersebut terlihat di dermaga kapal yang ada di Hamburg yang dekat dengan Reeperbahn. Lalu, ketika Doc Mabuse, seorang perompak era 1980-an, melihat itu, ia langsung membawanya ke Millerntor dengan mengikatnya ke sapu.
Bagi para suporter St. Pauli, logo tersebut tidak hanya sekadar gambar tengkorak Jolly Roger semata. Logo tersebut menjadi identitas dari distrik Reeperbahn dan St. Pauli, yakni pembangkangan.
Ideologi, budaya, serta nilai-nilai yang dipegang teguh St. Pauli menjadikan tim ini berbeda dari tim-tim lainnya di dunia. Ketika tim-tim lainnya lebih mementingkan sepakbola daripada ideologi, die Kiezkicker justru menjadikan sepakbola sebagai alat penyampaian ideologi mereka yang menolak segala bentuk rasisme dan hal-hal buruk di dunia ini.
Jika berbicara mengenai prestasi, St. Pauli bukanlah sebuah tim yang dekat dengan itu. Berdasarkan data dari Transfermarkt, St. Pauli hanya memiliki lima gelar yaitu satu gelar 2. Bundesliga (1976/77) dan empat gelar Landsespokal Hamburg, sebuah kompetisi yang diselenggarakan di Hamburg (1985/86, 2003/04, 2004/05, dan 2005/06). Tentunya ini berbeda jauh dari rival sekotanya, Hamburg SV, yang sudah meraih enam gelar Bundesliga dan satu Liga Champions.
Namun, itu tidak penting bagi mereka karena St. Pauli tetaplah terkenal di dunia karena ideologi mereka. Selain itu, lambang tengkorak yang mereka miliki juga menjadi ciri khas yang sangat ikonik.
“Saya tidak bisa menyebutkan ada satu tim yang tidak sukses, tetapi tetap popular,” Michael Pahl, Ketua Umum museum St. Pauli, yang dilansir dari New Frame.
Terakhir, yang membuat St. Pauli terkenal di dunia adalah bagaimana hubungan klub dengan para suporternya. Menurut laporan yang sama, pihak klub akan melakukan pertemuan dua bulan sekali dengan anggota dan kelompok suporter mereka. Dua pekan sebelum pertemuan, agendanya akan dikirim ke e-mail masing-masing agar topik-topik yang akan didiskusikan bisa mereka usulkan.
“Memilihara budaya dialog antara semua pihak terkadan sangat melelahkan. Namun, itu sangat membantu karena Anda saling berbicara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, dan bertukar ide,” kata Michael Pahl.
Faktor-faktor di atas membuat St. Pauli menjadi klub yang sangat menyenangkan untuk disaksikan. Mereka tidak peduli performa, trofi, dan lawan yang dihadapi oleh klubnya, mereka hanya perlu bersenang-senang di Millerntor-Stadion.
Memang, di era sepakbola modern, ideologi St. Pauli yang mengedepankan masyarakat sekitar sulit untuk bersaing, apalagi berbicara mengenai komersialisasi. Tetapi, mereka tidak peduli akan itu semua, mereka hanya berharap nilai-nilai yang dijunjung oleh klub tetap dipertahankan.
Hal tersebut membuat St. Pauli menjadi tim yang sangat dikenal di dunia. Mereka mengedepankan kebahagiaan para penikmat sepakbola, tanpa memandang status dan latar belakang siapapun. Jika bisa disimpulkan, St. Pauli adalah sebuah bentuk nyata dari kebebasan sepakbola.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com