Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: FC St. Pauli, Klub Pemberontak Paling Terkenal di Dunia

Obrolan Vigo: FC St. Pauli, Klub Pemberontak Paling Terkenal di Dunia

VivagoalBerita Bola – Jika berbicara mengenai sepakbola dunia, maka tidak lepas dari klub-klub papan atas Eropa seperti FC Barcelona, Real Madrid, Manchester United, atau Liverpool FC. Namun, ada klub papan bawah, bahkan kasta kedua, di Jerman yang memiliki popularitas bak layaknya tim papan atas, dan itu adalah FC St. Pauli.

Sepakbola adalah sebuah alat untuk mempersatukan umat manusia, tidak memandang latar belakang mereka. Nilai tersebut yang menjadikan St. Pauli hadir di dunia ini.

St. Pauli adalah sebuah klub yang muncul di distrik St. Pauli, Hamburg, Jerman. Klub yang terkenal dengan logo tengkorak, layaknya seorang bajak laut, ini lahir pada 1910, di mana kemunculannya tidak berjalan dengan baik.

Klub yang bermarkas di Millerntor-Stadion ini merasakan banyak sekali pil pahit di dunia sepakbola. Menurut Football Paradise, St. Pauli menjadi satu-satunya tim yang menolak kebijakan pemerintah pada era Nazi, tepatnya awal 1930, untuk ikut serta dalam sistem politik sayap kanan.

Padahal, seluruh klub yang bergabung dalam Deutsche Fussball Liga (DFL) setuju untuk menggunakan ideologi sayap kanan. Namun, Presiden St. Pauli saat itu,Wilhem Koch, seseorang yang sangat mengidolakan vokalis Ramones, Jonny Ramone, menolak itu, dan itu membuat dirinya ditendang dari jabatannya sebelum akhirnya kembali menjabat pada 1947 hingga ia meninggal.

Ketegasan yang Wilhem Koch bawa menjadi salah satu pegangan bagi St. Pauli, di mana mereka dengan keras menolak ideologi sayap kanan, rasisme, dan apapun yang bisa menghancurkan kedamaian antarmanusia. Tentunya, dengan situasi politik Jerman saat itu, die Kiezkicker, julukan St. Pauli, sering mendapatkan serangan dari para suporter klub lainnya di Jerman.

Pada era 1980, para fans Hamburg SV dan Borussia Dortmund yang memiliki ideologi neo-Nazi membakar rumah-rumah yang ada di Hafenstrasse, sebuah jalan yang mengarah ke Millerntor-Stadion, dengan Molotov. Meskipun mendapat banyak ancaman, para suporternya tidak berhenti untuk datang ke Millerntor-Stadion untuk menonton St. Pauli.


Baca Juga:


Hal tersebut karena mereka memiliki ideologi dalam sepakbolanya, di mana tidak ada ruang untuk fasis ataupun hooliganism. Mereka menganggap stadion adalah tempat yang harusnya  dipertahankan karena itu sepakbola bukan sebuah alat politik, melainkan sebuah obat untuk merangkul semua orang.

Selain sejarah, ideologi pemberontak juga terbangun dari tempat mereka berasal. St. Pauli berada di kawasan Reeperbahn, sebuah distrik yang sangat terkenal di Eropa sebagai tempat kehidupan malam, mirip seperti Red Light District yang ada di Belanda.

Jalan ini diisi oleh banyak sekali bar, toko musik, toko seks, dan hal-hal yang bersifat dunia malam. Selain terkenal perihal itu, Reeperbahn juga menjadi salah satu tempat bersejarah bagi grup band paling ternama di dunia, The Beatles, karena mereka tampil sebanyak 48 acara di klub Idra pada 1960-1962 sebelum akhirnya kembali ke Inggris dan terkenal.

Meskipun The Beatles besar di Reeperbahn, distrik ini terkenal dengan acara-acara musik Punk-Rock, dan itu juga mempengaruhi ideologi St. Pauli secara sepenuhnya. Punk-Rock adalah sebuah genre musik yang memiliki nada sangat cepat, menggebu-gebu, dan lirik yang sangat politik.

Ideologi dan budaya yang dibangun oleh St. Pauli semakin kencang dengan logo yang mereka gunakan, yakni tengkorak. Logo tengkorak itu terkenal sebagai Jolly Roger, sebuah simbol yang di mana mengisyaratkan kapal bajak laut akan menyerang kapal lainnya.

Logo tersebut terlihat di dermaga kapal yang ada di Hamburg yang dekat dengan Reeperbahn. Lalu, ketika Doc Mabuse, seorang perompak era 1980-an, melihat itu, ia langsung membawanya ke Millerntor dengan mengikatnya ke sapu.

Bagi para suporter St. Pauli, logo tersebut tidak hanya sekadar gambar tengkorak Jolly Roger semata. Logo tersebut menjadi identitas dari distrik Reeperbahn dan St. Pauli, yakni pembangkangan.

Sumber: Twitter @fcstpauli_EN

Ideologi, budaya, serta nilai-nilai yang dipegang teguh St. Pauli menjadikan tim ini berbeda dari tim-tim lainnya di dunia. Ketika tim-tim lainnya lebih mementingkan sepakbola daripada ideologi, die Kiezkicker justru menjadikan sepakbola sebagai alat penyampaian ideologi mereka yang menolak segala bentuk rasisme dan hal-hal buruk di dunia ini.

Jika berbicara mengenai prestasi, St. Pauli bukanlah sebuah tim yang dekat dengan itu. Berdasarkan data dari Transfermarkt, St. Pauli hanya memiliki lima gelar yaitu satu gelar 2. Bundesliga (1976/77) dan empat gelar Landsespokal Hamburg, sebuah kompetisi yang diselenggarakan di Hamburg (1985/86, 2003/04, 2004/05, dan 2005/06). Tentunya ini berbeda jauh dari rival sekotanya, Hamburg SV, yang sudah meraih enam gelar Bundesliga dan satu Liga Champions.

Namun, itu tidak penting bagi mereka karena St. Pauli tetaplah terkenal di dunia karena ideologi mereka. Selain itu, lambang tengkorak yang mereka miliki juga menjadi ciri khas yang sangat ikonik.

“Saya tidak bisa menyebutkan ada satu tim yang tidak sukses, tetapi tetap popular,” Michael Pahl, Ketua Umum museum St. Pauli, yang dilansir dari New Frame.

Sumber: Twitter @fcstpauli_EN

Terakhir, yang membuat St. Pauli terkenal di dunia adalah bagaimana hubungan klub dengan para suporternya. Menurut laporan yang sama, pihak klub akan melakukan pertemuan dua bulan sekali dengan anggota dan kelompok suporter mereka. Dua pekan sebelum pertemuan, agendanya akan dikirim ke e-mail masing-masing agar topik-topik yang akan didiskusikan bisa mereka usulkan.

“Memilihara budaya dialog antara semua pihak terkadan sangat melelahkan. Namun, itu sangat membantu karena Anda saling berbicara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, dan bertukar ide,” kata Michael Pahl.

Faktor-faktor di atas membuat St. Pauli menjadi klub yang sangat menyenangkan untuk disaksikan. Mereka tidak peduli performa, trofi, dan lawan yang dihadapi oleh klubnya, mereka hanya perlu bersenang-senang di Millerntor-Stadion.

Sumber: Twitter @fcstpauli_EN

Memang, di era sepakbola modern, ideologi St. Pauli yang mengedepankan masyarakat sekitar sulit untuk bersaing, apalagi berbicara mengenai komersialisasi. Tetapi, mereka tidak peduli akan itu semua, mereka hanya berharap nilai-nilai yang dijunjung oleh klub tetap dipertahankan.

Hal tersebut membuat St. Pauli menjadi tim yang sangat dikenal di dunia. Mereka mengedepankan kebahagiaan para penikmat sepakbola, tanpa memandang status dan latar belakang siapapun. Jika bisa disimpulkan, St. Pauli adalah sebuah bentuk nyata dari kebebasan sepakbola.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version