Vivagoal – 5 Fakta – Pelatih Indra Sjafri merupakan pelatih Timnas Indonesia U-22. Ia dikenal memiliki metode unik dalam hal mencari pemain.
Metode unik itu adalah blusukan. Melalui metode itu, pelatih asal Sumatera Barat itu mampu melahirkan pemain-pemain yang kini menjadi penggawan timnas, seperti Evan Dimas, Hansamu Yama Pranata, sampai Awan Setho Raharjo.
Indra mampu meraih sukses dalam dua tahun, yakni menjadi juara HKFA Cup Hongkong tahun 2012 dan 2013.
Selain itu, juara Piala AFF U-19 2013 dan sukses lolos ke Piala Asia U-19 2014 menjadikan namanya melambung sebagai pelatih pengorbit bakat muda.
Bukan lebay atau berlebihan jika Indra Sjafri juga dikenal sebagai ‘sang penemu’, pasalnya lewat program blusukan, banyak pemain muda Indonesia lahir saat dirinya menjadi pelatih Timnas U-19.
Indra Sjafri juga punya gaya melatih yang unik. Kemampuannya meramu tim muda, membuat Indra kini kembali dipercaya PSSI menakhodai Timnas Indonesia U-22.
Lalu apa lagi sih fakta menarik dari Indra Sjafri?
1. Tak Pernah Menyerah dalam Situasi Apapun
Indra Sjafri lahir dari klub Sumatra PSP Padang. Kebanyakan dari pelaku sepak bola di Sumatera Barat mengawali kariernya dari klub tersebut.
Pada tahun 1986, Indra mengawali kariernya sebagai pesepak bola bersama Pandeka Minang (julukan PSP Padang). Namun sayangnya, Indra belum pernah membawa PSP bermain di Divisi Utama PSSI.
Indra lebih banyak bermain di Divisi Satu PSSI. Pasalnya, PSP Padang sering kesulitan naik ke kasta utama dalam kompetisi Perserikatan. Sampai akhirnya, dirinya memutuskan pensiun sebagai pemain pada 1991.
[irp]
Tugas sebagai pelatih Timnas U-19 diserahkan kepada Indra pada tahun 2013.Indra bukan pelatih yang punya rekam jejak mentereng baik sebagai pelatih maupun pemain. Sepanjang jenjang karirnya, Indra hanya pernah membela satu klub yakni PSP Padang.
Bila ada catatan prestasi yang bisa dijadikan Indra sebagai modal ialah menjadi juru taktik. Pengalaman itu adalah keberhasilan mengantarkan Timnas U-17. Dan juga Timnas U-18 menjuarai Youth HFKA Football Invitation Tournament di Hong Kong, masing-masing pada 2012 dan 2013.
Meskipun kedua tim itu merupakan cikal-bakal Timnas U-19, Indra juga tak kekurangan alasan untuk menyebut perjalanannya berliku. Kisruh dualisme yang melanda PSSI pada zaman Djohar Arifin sedikit-banyak menyulitkan Indra untuk mencari pemain. Ditambah lagi, timnas Indonesia saat itu tidak memiliki kompetisi usia muda berjenjang dan rutin.
2. Mengawali Ilmu Kepelatihan dari Pelatih Jerman
Pelatih asal Jerman saat itu, Adolf Remy pernah melatih PSP Padang. Indra Sjafri pun didapuk menjadi asisten Remy.
Bersama Remy, Indra Sjafri mendapat ilmu kepelatihan ala Eropa, khususnya Jerman. Disiplin menjadi kunci utama yang dirasakan Indra. Kedisiplinan itulah yang sekarang dibawa Indra saat melatih Timnas Indonesia U-22.
[irp]
Dan juga, eks pelatih Bali United itu juga sempat mengunjungi anggota klub La Liga yakni Deportivo Alaves.
“Alhamdulillah saya sudah kembali dan ada beberapa hal yang bisa dipetik dari sana. Namun, saya ingin nantinya visit bukan ke klub karena beda penanganan klub dengan tim nasional,” kata Indra Sjafri kepada wartawan.
“Jadi, saya ingin nanti sekali-kali visit ke timnas Jerman atau negara lain yang lebih maju karena visit klub tentu berbeda,” ungkapnya menambahkan.
3. Mencari pemain muda dengan Blusukan
Indra Sjafri mengawali kariernya di PSSI sebagai pemandu bakat. Tugas yang diemban sudah tentu mencari bakat-bakat muda yang siap dipanggil timnas.
Pelatih yang sempat menangani klub Bali United itu punya kesempatan untuk menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-19 mendampingi Luis Manuel Blanco.
Dalam hal ini dualisme PSSI membuat nama Indra Sjafri naik menjadi pelatih kepala. Dikarenakan Blanco memilih pergi dari Indonesia. Menjadi pelatih kepala, Indra Sjafrinpunya keistimewaan melahirkan pemain muda.
[irp]
Menurut pendapat Indra, dirinya akan mengumpulkan sebanyak 24 pemain untuk ditempa dengan fasilitas gratis. Akan tetapi, tidak sembarang pemain bisa masuk, karena dirinya akan mencari yang berkualitas.
“Akademi itu murni untuk anak-anak terbaik,” ungkap Indra Sjafri.
“Sekarang prosesnya dalam tahap mau masuk seleksi, kalau tempat semua sudah siap,” sambungnya.
Namun Indra akan memprioritaskan pemain dari Kota Bontang dan Kalimantan pada umumnya. Setelah itu, ia baru akan mencari pemain di beberapa wilayah di Indonesia.
Indra belajar dari kekecewaannya di masa muda. Tak mendapat kesempatan di timnas karena hanya menjadi pemain regional saja, Indra menjalankan program blusukan.
Hasilnya, beberapa pemain muda saat itu berhasil mencuat berkat program Indra. Pemain seperti Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Hansamu Yama Pranata, sampai Muhammad Hargianto lahir dari program Indra.
4. Pelatih yang Disiplin
Indra mewarisi disiplin ala Eropa dari Remy dan juga hasil studinya ke beberapa klub Eropa yang pernah ia kunjungi.
Disiplin dalam melatih ia perlihatkan saat pemusatan latihan (TC) Timans Indonesia U-22 tahun ini. Pagi hari adalah waktu, Indra ‘menggenjot pemainnya.
[irp]
Latihan pagi hari atau yang dikenal dengan ‘Latihan Subuh’ menjadi menu pemain timnas U-22. Memulai latihan pada pukul 06.00 atau bahkan 05.45, Indra selalu fokus membentuk karakter pemain, taktikal dan juga stamina pemain.
Bisa dibilang, latihan pada pagi hari menjadi salah satu metode Indra Sjafri membentuk fisik pemain muda menjadi siap pakai hingga jenjang senior.
Indra Sjafri dikenal sebagai pelatih dengan disiplin tinggi. Saat masih menangani Timnas U-19 tahun lalu, misalnya, Indra menerapkan aturan khusus. Salah satunya melarang pemain memainkan smartphone di ruang makan. Gawai para pemain harus dikumpulkan pukul 21.00. Selain itu, pemain dilarang memakai anting dan mewarnai rambut.
Namun, kali ini, saat menangani Timnas U-22, pelatih kelahiran Pesisir Selatan, 2 Februari 1963, tersebut sedikit melonggarkan aturan. Tidak ada lagi aturan untuk mengumpulkan handphone.
’’Mereka (pemain) sudah besar. Sudah tahu persis kapan harus main HP, kapan tidak,’’ ungkap Indra yang ditemui setelah sesi latihan di AUPP Stadium, Phnom Penh, kemarin. ’’Saya mau mereka disiplin dari diri sendiri. Disiplin, karena itu untuk prestasi,.’
5. Pelepas Dahaga Prestasi Indonesia
Indra Sajfri juga dikenal sebagai pelatih yang meraih prestasi, khususnya bersama dengan Timnas Indonesia U-19 pada 2013.
Awalnya, Indra Sjafri sempat diragukan kapastitasnya sebagai pelatih. Tapi tangan dinginnya dalam meramu pesepak bola muda, berbuah gelar juara Piala AFF U-19 2013.
Prestasi Indra dimulai dari dua kali juara Juara Piala HKFA Hongkong tahun 2012 dan 2013. Indra mendapat tugas berat membawa Garuda Muda bermain di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala Asia U-19. Evan Dimas dan kolega berhasil meraih juara Piala AFF U-19 2013.
[irp]
Mendapat kepercayaan, Indra mampu meraih kesuksesan. Pada 2013 Indra berhasil mengawinkan keberhasilan, yakni juara di Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke Piala AFC U-19 2014.
Warisan terbesar Indra Sjafri adalah pemain muda yang kini menjadi penggawa timnas senior. Alumni-alumni timnas U-19 didikan kerap menjadi andalan Skuat Garuda di level Internasional.