Vivagoal – 5 Fakta – Banyak hal yang bisa dibanggakan dari sepakbola Indonesia. Namun, ada kelebihan pasti juga ada kekurangannya. Sering kalah, tawuran dan minim prestasi jadi salah satu potret kekurangan sepakbola nasional.
Carut marut sepak bola Indonesia makin diperparah sewaktu munculnya dualisme liga yaitu, liga Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL). Akibat dualisme liga itu juga, imbasnya ke timnas Indonesia yang sempat terpecah pula, timnas versi PSSI dan KPSI. Lengkap sudah amburadulnya sepak bola Tanah Air.
[irp]
Dampaknya, peringkat sepak bola Indonesia versi FIFA terus merosot. Dalam ranking terbarunya, Indonesia menempati urutan ke-175 dari 209 negara anggota FIFA. Ini adalah peringkat terburuk Indonesia sepanjang 2017 dan sepanjang sejarah sepakbola Indonesia.
Hasil peringkat itu keluar dua pekan setelah Indonesia kalah 1-3 dari timnas Myanmar pada laga uji coba di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor pada 21 Maret 2017 berdampak pada ranking Indonesia di FIFA. Kalau sudah begini, apalagi yang bisa dibanggakan. Memilukan memang. Wajah-wajah buruk sepakbola Indonesia akhirnya kerap mendapat perhatian media asing. Berikut 5 fakta kisah pilu sepak bola Indonesia yang mendapat perhatian dari Media Internasional:
1. Pembantaian Persibo Di AFC Cup 2013, Kemasukan 34 Gol Dan Hanya Memasukkan 5 Gol
Ini kisah terbaru wajah sepakbola Indonesia. Saat Persibo dipastikan berlaga di Turnamen Piala AFC 2013 setelah berhasil menjuarai Piala Indonesia musim 2012. Semakin istimewa lagi ketika klub asal Jawa Timur itu, yang seharusnya mengikuti play-off Piala AFC, mendapatkan tiket langsung ke fase grup karena klub-klub dari Australia memutuskan untuk tak ambil bagian di kompetisi tersebut.
Dari undian babak grup, diputuskan bahwa Persibo akan berada di Grup F bersama dengan Yangon United (Myanmar), Sun Hei (Hong Kong), dan New Radiant (Maladewa). Di atas kertas, seharusnya klub Indonesia bisa bersaing dengan wakil ketiga negara tersebut. Sayangnya, selain Persibo tak punya pengalaman yang kuat karena ini merupakan ajang internasional pertama mereka sejak berdiri pada tahun 1949, juga Persibo kala itu mengalami masalah administrasi dan kesehatan finansial klub.
Alhasil, Persibo seperti menyerahkan nasibnya di Piala AFC. Baru pertandingan pertama, Persibo sudah takluk dari wakil Myanmar, Yangon United, dengan skor 3-0 di kandang lawan. Di laga kedua, Persibo kembali dibantai habis dengan skor 0-7 dari jawara Maladewa, New Radiant, di Stadion Manahan Solo. Ini adalah kekalahan terbesar wakil Indonesia sejak ambil bagian di Piala AFC pada tahun 2009 lalu.
[irp]
Lanjut di laga berikutnya, Persibo yang datang ke Hong Kong dengan kekuatan super ngepas alias hanya 12 pemain, bermain ogah-ogahan. Bahkan pasukan Gusnul Yakin sempat meminta wasit untuk mengakhiri pertandingan sejak menit ke-65 karena pemain bertumbangan. Hanya ada tujuh pemain yang masih bisa bertarung di lapangan sementara sisanya terkapar.
Tentu saja ini menjadi insiden yang sangat memalukan bagi sepak bola Indonesia. Apalagi, Persibo akhirnya kalah 8-0 dari Sun Hei. Pihak Sun Hei pun kabarnya kecewa dengan Persibo yang dianggap tidak profesional dan tak sportif. Para pemain Persibo disinyalir pura-pura cedera agar bisa berhenti bermain sebelum waktu pertandingan berakhir.
Dua laga selanjutnya menjadi pertandingan ‘seremoni’ perpisahan Persibo dengan Piala AFC 2013. Takluk 1-7 dari Yangon United di Stadion Manahan dan sebagai penutupnya, Persibo kalah 6-1 dari New Radiant di Galolhu National Stadium, Maladewa. Rangkaian cerita Persibo di Piala AFC membuat sejumlah media internasional di Hong Kong ramai-ramai memberitakan soal amburadulnya klub Indonesia ini. Terkait kasus ini, Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) telah menyelidiki pertandingan tersebut.
2. Sepakbola Gajah Ala Indonesia di Pagelaran Piala Tiger 1998
Kisah buruk ini terjadi di ajang Piala Tiger 1998 lalu di Ho Chi Minh City, Vietnam. Adalah Mursyid Effendi sebagai aktor utamanya. Ia dengan sengaja melakukan gol bunuh diri saat timnas Indonesia menghadapi Thailand.
Saat itu kedua tim sama-sama enggan menang karena ingin menghindari tuan rumah Vietnam di semifinal. Kedua tim sama-sama ingin bertemu dengan Singapura yang dianggap mudah dikalahkan. Pertandingan Indonesia versus Thailand ini dianggap mencoreng sportifitas. Ketika itu pertandingan sama imbang 2-2 hingga menit ke-90, akhirnya bek Mursyid Effendi dengan sadar dan sengaja membobol gawang Indonesia yang kala itu dikawal Kurnia Sandy saat injury time. Ironisnya, Bima Sakti dkk terlihat melakukan selebrasi. Skor 3-2 bertahan hingga pertandingan berakhir. Thailand pun menjadi juara grup dan kemudian kalah dari Vietnam di babak semifinal.
[irp]
Pertandingan tersebut dikenal dengan tragedi ‘Sepak Bola Gajah’. Istilah sudah jatuh tertimpa tangga tepat diarahkan ke PSSI dan Mursyid Effendi. Pasalnya, selain gagal mendapatkan gelar juara, PSSI harus membayar denda sekitar USD 40 ribu kepada FIFA. Dan, korban sepakbola Gajah Indonesia, Mursyid Effendi mendapatkan hukuman paling menyakitkan. Dia tidak boleh aktif dalam dunia persepakbolaan di kancah internasional seumur hidup. Atas insiden ini, Ketua Umum PSSI Azwar Anas merasa sangat malu melihat permainan sepakbola Gajah timnas. Yang akhirnya mengundurkan diri.
3. Kematian Pemain Persis Solo Diego Mendieta Karena Gaji dan Uang Kontrak Yang Tak Terbayarkan Selama 6 Bulan
Persepakbolaan Indonesia mendapatkan pukulan keras saat ada pemain asing klub Persis Solo, Diego Mendieta, meninggal lantaran tidak mempunyai biaya untuk berobat. Kisah pilu itu terjadi tepat 3 Desember 2012. Kisah merana pemain asal Paraguay itu dimulai saat dirinya tidak menerima gaji selama beberapa bulan yang totalnya mencapai 12.500 dollar AS (sekitar Rp154 juta). Lantaran tak menerima gaji, hidupnya pun luntang-lantung tak karuan. Bahkan, untuk biaya berobatnya pun dia tak sanggup.
Mendieta meninggal dunia pada hari Selasa dinihari tanggal 4 Desember 2012 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Solo, setelah dirawat selama beberapa hari. Ia pertama kali dirawat di RSI Yarsis Solo. Saat itu, Mendieta didiagnosis menderita tifus dan dirawat hingga sepekan. Empat hari setelah pulang, ia kembali masuk rumah sakit. Kali ini, dirawat di PKU Muhammadiyah Solo. Setelah lima hari, Ia dirujuk ke Rumah Sakit Moewardi dan dirawat di sana hingga menghembuskan nafas terakhir.
Salah satu hal yang membuat pengobatan Diego terputus-putus itu adalah karena kurangnya biaya. Sejak sakit hingga meninggal, Diego belum menerima gaji sebagai haknya saat membela Persis Solo. Biaya pengobatannya dibantu oleh beberapa teman-temannya. Akibat penunggakan gaji ini, kematiannya menjadi polemik dan telah menarik luas perhatian media, baik di Indonesia maupun di negara asalnya Paraguay.
[irp]
Jenazah Mendieta diterbangkan ke negara asalnya pada tanggal 5 Desember 2012 dari Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo Solo melalui Jakarta, dengan difasilitasi oleh PSSI. Ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak yang semuanya tinggal di Paraguay. Meninggalnya pesepakbola Diego Mendieta membuat media-media internasional ramai mengabarkannya, khususnya di Paraguay, negara asal pemain. Di negara asalnya, Diego Mendieta dilaporkan meninggal dalam kondisi gaji tak dibayar enam bulan.
Salah satu media yang memberitakan meninggalnya pemain Persis Solo versi PT Liga Indonesia itu adalah koran ABC Color. Media terkemuka di Paraguay itu mengutip pernyataan mantan agen Diego Mendieta, Helen Amaya. Menurut Helen, Mendieta meninggal karena sakit tipes. Koran itu menulis, Mendieta datang ke Indonesia lima tahun lalu.
Menurut Helen, Amaya Diego sudah beberapa bulan tidak menerima gaji. ‘The lonely death of Diego Mendieta: Football’s forgotten man’, begitu CNN membuat artikel soal kematian Mendieta. Kantor Berita BBC pun tak mau ketinggalan, pada 5 Desember mereka menurunkan berita dengan judul ‘Footballer Diego Mendieta’s death prompts Indonesia row’.
4. Wasit ditinju pemain
Perbuatan Pieter Rumaropen benar-benar tidak terpuji. Pemain Persiwa Wamena itu meninju wasit Muhaimin saat memimpin laga Persiwa versus Pelita Bandung Raya (PBR).
Pieter meninju karena tidak puas dengan keputusan wasit Muhaimin yang memberikan PBR penalti pada menit ke-81, Pieter lantas meninju hidung Muhaimin hingga berdarah. Akibatnya, sang wasit dilarikan ke Rumah Sakit Halmahera. Wasit akhirnya digantikan wasit cadangan, Tabrani.
[irp]
Akibat sikap tak terpuji nya itu, Pieter diganjar kartu merah. Kartu merah diberikan langsung oleh Tabrani yang baru masuk menggantikan Muhaimin. Kabar kasus pemukulan ini tak hanya mendapat perhatian dari Media di Indonesia, tapi juga Media-media di luar negeri. Beberapa situs luar negeri, termasuk Guardian dan The Sun, menurunkan berita pemukulan itu plus videonya. Guardian sekali lagi tidak mau ketinggalan memberitakan peristiwa tersebut, dengan menyertakan video dari Youtube mereka menurunkan berita dengan judul ‘Indonesian footballer banned for life after punching referee’.
‘Pieter Rumaropen Gets Life Ban For Hitting Referee’, tulis Huffington Post pada 25 April 2013. ESPN mengulas insiden ini, Muhaimin dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan di hidungnya tak kunjung berhenti dan membuat Laga sempat dihentikan selama 15 menit.
5. Kalah 0-10 dari Bahrain di kualifikasi Piala Dunia
Indonesia menelan kekalahan sangat memalukan saat berhadapan dengan Bahrain pada laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia. Bermain Bahrain National Stadium, Skuat Merah Putih digilas 10 gol tanpa balas.
Hasil laga tersebut kemudian diselidiki FIFA karena dugaan pengaturan pertandingan. Sebelum laga dimulai Indonesia sudah dipastikan tersingkir, sementara Bahrain butuh kemenangan dengan sembilan gol untuk bisa lolos dan pada laga lain Qatar kalah saat berhadapan dengan Iran – meski pada akhirnya Bahrain gagal lolos karena di pertandingan lain Qatar berimbang 2-2 dengan Iran.
[irp]
Indonesia dicurigai terlibat pengaturan pertandingan karena menurunkan tim lemah dalam laga tersebut. Dari starting XI, tercatat ada delapan orang yang melakukan debut. Sementara mereka yang sudah punya caps hanya Syamsidar, Irfan Bachdim, dan Ferdinand Sinaga. Indonesia bermain dengan 10 orang sejak menit ketiga setelah kiper Samsidar dikartu merah.
‘Fifa security launches investigation into Bahrain’s ‘unusual’ 10-0 victory over Indonesia’ tulis Telegraph pada 2 Maret 2012 lalu.