Analisa Vigo: Olympique Lyon, Tim Terbaik Prancis yang Sedang Sekarat Akibat Janji Manis
Sumber: Twitter @OL_English

Analisa Vigo: Olympique Lyon, Tim Terbaik Prancis yang Sedang Sekarat Akibat Janji Manis

Muhammad Ilham - November 28, 2023
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Malapetaka terjadi di awal musim 2022/23. Saat itu, pemilik mereka, Jean-Michel Aulas, melepas saham Lyon kepada pengusaha asal Amerika Serikat, John Textor, sebanyak 77,9 persen.

Padahal, Jean-Michel sudah dianggap pahlawan oleh para suporter Lyon karena ia mengambil klub tersebut saat mereka berada di kasta kedua sepakbola Prancis pada 1987. Berkatnya juga, Lyon punya akademi yang sangat bagus serta tim perempuan yang hebat di Eropa.

Secara garis besar, Lyon menjadi contoh yang bagus bagaimana sebuah klub seharusnya berjalan. Mereka mendapatkan keuntungan dari penjualan pemain akademi, membangun stadion yang megah, dan klub pertama yang secara serius menginvestasikan uangnya untuk pengembangan sepakbola wanita.

Harapan itu muncul ketika John Textor hadir. Dilansir dari The Athletic, Textor memberikan janji manis yaitu memberikan suntikan dana besar dengan harapan bisa menjadi pesaing ketat PSG yang dinilai sudah terlalu jauh.

Akuisisi John Textor berkisar 640 juta poundsterling dengan harapan bisa meningkatkan pendapatan menjadi 766 juta poundsterling. Wajar bila Jean-Michel melepaskan sahamnya ke John Textor, namun dirinya tetap menjadi Presiden klub selama tiga tahun ke depan selama masa transisi.

Analisa Vigo: Olympique Lyon, Tim Terbaik Prancis yang Sedang Sekarat Akibat Janji Manis
Sumber: Wikipedia

Tetapi, itu semua hancur saat Covid-19. Kala itu, pertandingan tetap dilangsungkan tanpa penoton, dan itu berakibat pada pendapatan klub. Ditambah mitra penyiar Ligue 1, Mediapro, berhenti untuk membayar cicilan atas kesepakatan hak siar TV tahunan yang bernilai 700 juta euro karena tidak adanya penonton.

Akibatnya, Lyon mengalami kerugian besar di musim 2020/21 dan 2021/22 sebesar 162,5 juta euro, duduk di peringkat ke-7 dan 8, dan kehilangan pendapatan penting dari kompetisi Eropa. Mau tidak mau, mereka hanya bergantung pada penjualan pemain-pemain hebatnya.