Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Play-Off Degradasi Buat Bundesliga Lebih Membosankan

Analisa Vigo: Play-Off Degradasi Buat Bundesliga Terasa Membosankan

Sumber: Twitter @FCH1846

VivagoalBerita Bola – Berbeda dari empat liga ternama di Eropa lainnya, Bundesliga memiliki sistem yang berbeda dalam menentukan tim mana saja yang terdegradasi, yakni adanya peraturan play-off. Meskipun terkesan menarik, namun sejatinya ini membuat kasta tertinggi sepakbola Jerman itu terasa membosankan.

Tidak bisa dipungkiri, Bundesliga adalah salah satu liga terbaik di Eropa. Mereka bahkan bisa bersaing dengan liga-liga top lainnya seperti Liga Inggris, Serie A (Italia), LaLiga (Spanyol), dan Ligue 1 (Prancis).

Liga tertinggi Jerman ini menunjukkan bahwa tim mereka bisa bersaing ketat di pentas Eropa, terutama Liga Champions. Dari 10 tahun terakhir, dua gelar berhasil diraih oleh raksasanya, Bayern Munich, pada musim 2012/13 dan 2019/20.

Sumber: Twitter @FCBayernEN

Selain memiliki tim yang kuat, Deutsche Fussball Liga (DFL) selaku operator Bundesliga dan 2. Bundesliga, kasta kedua sepakbola Jerman, juga memiliki regulasi yang unik, yakni 50+1. Regulasi ini membuat setiap tim yang berada di bawah naungan DFL 51 persen sahamnya dimiliki oleh anggota, yang berarti itu adalah suporter.

Selain itu, hanya Bundesliga dan 2. Bundesliga yang menerapkan sistem degradasi dengan play-off. Berbeda dari babak play-off yang diterapkan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) di EFL Championship, play-off di sini mempertemukan antara peringkat 16 Bundesliga dengan peringkat ke-3 2. Bundesliga, dan itu juga terjadi kepada 2. Bundesliga dan 3. Liga (kasta ketiga sepakbola Jerman).

Bundesliga sendiri sudah membosankan dengan adanya dominasi Bayern Munich dalam 11 musim berturut-turut. Namun, itu semakin menjadi-jadi dengan sistem degradasi play-off yang diterapkan oleh DFL.

Di Bundesliga, dua tim yang berada di dasar klasemen resmi terdegradasi ke 2. Bundesliga. Namun, peringkat ke-16 atau tim yang berada di urutan ketiga dari dasar klasemen harus menjalani partai play-off melawan peringkat ketiga 2. Bundesliga.


Baca Juga:


Pertandingan antarkedua tim tersebut dilaksanakan dengan sistem home-away. Nantinya, tim yang berhasil menang agregat atau gol tandang di kedua laga tersebut yang berhak mengisi satu tiket tersisa di Bundesliga musim selanjutnya.

Di musim 2022/23, VfB Stuttgart menjadi tim Bundesliga yang harus menjalani partai play-off degradasi. Die Schwaben bertanding melawan tim yang pernah mengemban status ‘tak pernah terdegradasi’, Hamburg SV.

Ini adalah kesempatan kedua Hamburg untuk kembali ke pentas tertinggi sepakbola Jerman setelah sebelumnya gagal di play-off degradasi musim 2021/22. Sayangnya, anak asuhan Thomas Reis kembali gagal usai takluk dari Stuttgart dengan skor agregat 1-6.

Kegagalan der Dino untuk promosi ke Bundesliga 2023/24 menjadi salah satu contoh mengapa sistem play-off degradasi gagal. Berdasarkan statistik dari 10 musim sebelumnya, hanya satu tim yang mampu berhasil promosi lewat play-off degradasi, dan itu adalah FC Union Berlin pada musim 2018/19.

Lalu, sembilan sisanya berakhir dengan kegagalan. Berikut adalah rentetan hasil play-off degradasi dari Bundesliga 2013/14 hingga 2022/23:

Tidak hanya itu, menurut laporan dari DW, penerapan sistem ini membuat Bundesliga terkesan tidak kompetitif dibandingkan Liga Inggris. Berkaca dari Liga Inggris yang menerapkan sistem play-off untuk empat tim yang berada di EFL Championship.

Sumber: Twitter @LutonTown

FA memberikan kesempatan untuk peringkat ke-3, 4, 5, dan 6 di EFL Championship untuk bertarung mati-matian demi bisa pergi ke Wembley Stadium untuk final play-off. Meskipun terkesan tidak adil bagi peringkat ketiga, namun itu akan menambah jiwa kompetitif tim-tim lain karena ada sesuatu yang mereka kejar.

Apalagi, dengan minimnya tim yang berhasil menang di babak play-off degradasi, maka membuat Bundesliga semakin monoton dari segi tim yang ikut serta. Memang, dalam beberapa musim terakhir kita bisa melihat tim-tim seperti Greuther Furth, Union Berlin, Arminia Bielefeld, atau yang terakhir 1. FC Heidenheim, namun jarang sekali kejadian seperti ini.

Sumber: Twitter @FCH1846

DFL memiliki keinginan untuk meningkatkan popularitasnya yang semakin menurun akibat banyak hal, salah satunya dominasi Bayern Munich yang dianggap sudah tidak wajar. Namun, di lain sisi, mereka tidak berusaha untuk mencari caranya, dan itu bisa saja dengan mengubah peraturan play-off degradasi.

Memang, ini adalah peraturan yang adil karena kedua tim memiliki kesempatan yang sama untuk bisa tampil di Bundesliga. Namun, ini menjadi tidak adil dan membuat tim-tim lain di 2. Bundesliga tidak melirik peringkat ketiga, seakan-akan itu hanyalah ‘piala kosong’ saja.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version