Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Werder Bremen 2003/04, Skuat Pas-Pasan Penghancur Dominasi Bayern Munich

Analisa Vigo: Werder Bremen 2003/04, Skuat Pas-Pasan Penghancur Dominasi Bayern Munich

Sumber: Werder Bremen

VivagoalBerita BolaBayern Munich memang pantas dinobatkan sebagai tim paling berprestasi di daratan Jerman. Namun, terdapat satu tim yang mampu menghancurkan dominasi mereka dengan modal skuad pas-pasan yaitu SV Werder Bremen di musim 2003/04.

Sudah tidak bisa dipungkiri, Bayern Munich adalah tim terbaik di Bundesliga saat ini. Bagaimana tidak, die Roten telah meraih gelar tersebut sebanyak 33 kali, 24 kali lebih banyak dibandingkan tim tersukses kedua, 1. FC Nurnberg, yang baru mengoleksi sembilan piala.

Tetapi, ada satu musim yang mungkin akan selalu diingat oleh Bayern Munich, yakni musim 2003/04. Kala itu, mereka gagal meraih satupun gelar mulai dari pentas lokal hingga skala Eropa.

Padahal, nama-nama besar seperti Oliver Kahn, Martin Demicheilis, Michael Ballack, Hasan Salihamidzic, Bastian Schweinsteiger, dan Roy Makaay masih memperkuat tim. Sayangnya, nama-nama tersebut tidak mampu membantu FC Hollywood meraih Bundesliga, DFB-Pokal, dan Liga Champions.

Justru, tim yang berasal dari kota dengan wilayah serta penduduk terkecil di Jerman, Bremen, mampu menjadi juaranya. Tentu, tidak lain dan tidak bukan adalah SV Werder Bremen.


Baca Juga:


Werder Bremen mampu melahirkan kisah indah yang paling berkesan bagi pecinta sepakbola Jerman. Pada musim 2003/04, mereka sukses meraih dua gelar lokal, Bundesliga dan DFB-Pokal, yang artinya menghancurkan dominasi Bayern Munich. Tentu saja, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu seperti striker, gelandang, dan tentu sang pelatih.

Padahal, kala itu Werder Bremen memiliki skuad yang pas-pasan. Apalagi, mereka terpaksa ditinggalkan oleh striker terbaiknya, Claudio Pizzaro, yang memutuskan untuk hengkang ke Bayern Munich. Namun, terdapat satu nama yang akan selalu diingat oleh para fans die Werderaner, yakni Ailton.

Sumber: Transfermarkt

Ailton adalah pemain Werder Bremen yang berposisi sebagai striker. Menariknya, pria asal Brasil tersebut tidak memiliki fisik selayaknya seorang striker bagus. Dilansir dari Libero.id, Ailton kala itu memiliki berat badan sebesar 80 kg dan postur 177 cm.

Tetapi, ia mampu menunjukkan bahwa berat badan dan postur tidak menjadi penghalang baginya untuk mencetak gol. Ailton berhasil mencetak 28 gol, jauh mengungguli Roy Makaay (Bayern Munich) dengan 23 gol dan Martin Max (Hansa Rostock) dengan 20 gol.

Tentu, keberhasilan Ailton mencetak banyak gol di musim itu tidak lepas dari peran rekannya di lini depan, Ivan Klasnic. Duet Ailton-Klasnic mampu melahirkan teror di jantung pertahanan lawan.

Tidak ketinggalan, lini tengah mumpuni meski tidak mentereng yang dimiliki Werder Bremen. Saat itu, gelandang Werder Bremen diisi oleh nama-nama muda seperti Johan Micoud dan Tim Borowski.

Performa apik di hampir semua sisi membuat Werder Bremen meraih gelar Bundesliga dan DFB-Pokal. Die Werderaner sukses menjuarai DFB-Pokal usai mengalahkan Alemannia Aachen di partai final dengan skor 3-2.

Gelar Bundesliga itu menjadi yang keempat sekaligus yang terakhir bagi Werder Bremen dalam 20 tahun ke depan. Namun, piala tersebut semakin spesial lantaran mereka sukses memastikan diri sebagai juara usai mengalahkan Bayern Munich pada pekan ke-32 di markas mereka sendiri, Olympiastadion (sebelum pindah ke Allianz Arena).


Baca Juga:


Tapi, dari semua pemain yang berjasa di atas, tentu peran sang pelatih, Thomas Schaaf, juga patut diapresiasi. Ia tidak hanya memberikan gelar Bundesliga dan DFB-Pokal saja untuk Werder Bremen, tetapi juga mengantarkan tim dengan jersei hijau tersebut ke semifinal Intertoto Cup.

Ia pantas dicap sebagai seorang legenda Werder Bremen lantaran Schaaf mengabdikan seluruh kariernya hanya di tim itu saja. Ia pernah bermain di Werder Bremen pada 1978 hingga 1995, lalu menjadi pelatih di 1999 hingga 2013.

Kecintaannya terhadap die Werderaner sangatlah besar. Bahkan, dirinya pernah menjadi kitman hingga supir bus tim.

Sumber: Werder Bremen

Sayangnya, itu adalah terakhir kali Werder Bremen meraih gelar Bundesliga. Setelah itu, mereka hanya menjadi tim papan tengah, bahkan sempat terdegradasi ke 2. Bundesliga pada musim 2020/21 setelah berakhir di peringkat ke-17.

Meskipun begitu, Werder Bremen era 2003/04 melahirkan memori yang berkenang bagi para pecinta sepakbola Jerman kala itu. Tidak hanya itu, kita pasti akan ingat dengan jersei yang mereka pakai, dengan paduan warna hijau dan oranye serta apparel buatan Kappa-nya.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version