Site icon Vivagoal.com

DNA Juara dan Kejutan dari Persik Kediri

Persik Kediri

Vivagoal – Liga Indonesia – Persik Kediri kembali ke kasta tertinggi sepakbola tanah air. Macan Putih menjawab keraguan dengan menjadi kampiun Liga 2 2019 usai membungkam Persita Tangerang di partai Final .

Stadion Kapten I Wayan Dipta jadi saksi kembalinya Persik ke Liga 1. Gol Wimba Sutan di menit akhir akan selalu diingat publik Kediri.

Baca Juga: Berita Terbaru Seputar Liga Indonesia

Getir, pahit, manis dan kesuksesan pernah dirasakan Persik. Klub asal Jawa Timur ini kini telah kembali ke tempat paling bergengsi di Liga Indonesia, tempat seharusnya mereka berada.

Berkali-kali terdegradasi berkali pula mereka naik kasta. Tapi tahukah Anda bila Persik  mengalami beberapa kejadian tak mengenakan di Liga Indonesia sebelum akhirnya kembali promosi ke Liga 1.

Masalah Finansial

Pada musim 2014 silam, Persik masih manggung di Indonesia Super League, kasta tertinggi sepakbola kala itu. Prestasi mereka tak buruk-buruk amat, berstatus tim promosi, Persik mampu bertahan dengan finish di peringkat delapan wilayah Barat unggul dari Persegres Gersik.

Namun sayang kiprah mereka di ISL harus terhenti bahkan sebelum musim 2015 bergulir. Alasan finansial membuat Persik tak lolos verifikasi dan harus terdegradasi ke Divisi Utama.

“Memang, harus diakui problem Persik Kediri adalah sumber dana. Sekarang ini kondisinya lebih sulit dibanding sebelumnya.

“Kami sudah berupaya keras mendekati berbagai pemilik dana yang potensial membantu Persik. Tapi hasilnya tak memuaskan,” sebut Anang Kurniawan, Manajer Persik Kediri kala itu dikutip dari Sindo.

Saat itu, Liga Indonesia memang sedang masa transisi. Klub-klub legendaris yang mulanya disokong APBD, harus berevolusi jadi klub professional.

Nahasnya, regulasi ini berujung tragis bagi Persik. Setelah turun kasta pada 2015, usai sanksi FIFA untuk Indonesia dicabut, pada 2017 Persik malah terperosok ke Liga 3.

Titik Balik Persik Kediri

Harus manggung di divisi terendah sepakbola tanah air, memang tak pernah terbayang sebelumnya. Siapa sangka, klub yang di era 2000-an sangat disegani malah harus bermain di Liga 3.

Dibalik itu semua, Persik justru memecahkan rekor fantastis. Macan Putih tak berlama-lama di Liga 3, tahun 2018, mereka langsung menyabet gelar juara Liga 3 dan kembali ke liga 2.

Baca Juga: Berita Terbaru Seputar Persik Kediri

Manggung di Liga 2 pada tahun 2019, Persik awalnya diprediksi hanya bakal jadi klub yang ikut meramaikan Liga 2. Manajemen bahkan hanya memasang target untuk tetap bertahan di Liga 2.

Fakta berkata lain, di Liga 2 2019, mereka malah keluar sebagai juara mengalahkan Persita Tangerang di partai puncak.  Hasil itu membawa mereka  memecahkan rekor dengan menjadi salah satu klub paling cepat yang sukses  menembus Liga 1 hanya dengan dua tahun.

DNA Juara

Sebelum sukses promosi dengan catatan mencengangkan, Persik dari jaman dahulu memang sudah punya DNA juara. Beragam catatan manis ditorehkan Persik.

Di era Liga Indonesia, Persik menjadi satu dari empat tim (Persib, Persebaya dan Persija) yang berhasil dua kali menyabet gelar Liga Indonesia, tepatnya pada 2003 dan 2006.

Spesialnya, gelar juara Liga Bank Mandiri 2003  diraih berkat tangan dingin Jaya Hartono. Saat itu, Khusnul Yuli dkk mengantar Persik angkat piala di era Ligina untuk pertama kalinya.

Sejak dulu, Persik memang kerap memberi kejutan. Dilansir dari Pandit, kala itu Jaya Hartono bahkan tidak percaya anak asuhnya berhasil keluar sebagai kampiun.

“Kami ini tim kampung, bukan saingan tim besar seperti Persija, PSM, Persita,” kata Jaya.

Bukan cuma juara untuk pertama kalinya di era Ligina, Jaya Hartono juga mengantar Persik  menjadi tim pertama di Indonesia yang mampu menjadi kampiun dengan status tim promosi.

Tapi semusim setelahnya, rekor itu disamai oleh Persebaya. Promosi pada 2003, Bajul Ijo jadi juara pada 2004.

Tiga tahun berselang tepatnya pada 2006,  Persik menjalani masa paling sukses sepanjang sejarah klub di Ligina. Saat ditangani Daniel Rukito, deretan nama-nama seperti Ronald Fagundez, Danilo Fernando, Christian Gonzales dan Budi Sudarsono jadi pilar utama Macan Putih.

Hasilnya mereka tampil apik sepanjang musim dengan jadi tim paling subur dengan 61 gol.  Gelar juara mereka gondol lagi usai menang tipis atas PSIS Semarang di partai puncak.

Sebagai juara, Persik waktu itu berhak mewakili Indonesia di Liga Champions Asia. Dimana penampilan Macan Putih bisa dibilang jadi salah satu yang terbaik sepanjang keikutsertaan wakil dari Indonesia.

Baca Juga: Vivagoal Bagi-Bagi Hadiah, Mainkan Kuisnya Di Sini!

Tergabung di grup E, rasanya seperti neraka bagi Persik.  Urawa Red Diamonds, Sydney FC, dan Shanghai Shenhua harus mereka hadapi.

Tapi, Persik memang mengejutkan. Mereka tak sekalipun kalah di Brawijaya. Sydney FC dan Shanghai Shenhua bahkan takluk di Jawa TImur, sedang tim juara, Urawa Red Diamonds dipaksa bermain imbang.

Persik di Liga 1 2020

Fakta diatas menunjukan Persik memang punya DNA juara dan klub yang penuh dengan kejutan. Tak aneh juga bila mereka bisa melaju mulus dari Liga 3 ke Liga 1.

Merujuk pada sejarah, ada beberapa  kemungkinan bagaimana Persik akan menjalani musim di Liga 1 nanti. Macan Putih bisa saja mengulang kesuksesan pada tahun 2003, menjadi juara yang berstatus sebagai tim promosi.

Bila itu terjadi, maka Persik akan menggenapkan torehan mereka, Juara Liga 3 2018, Liga 2 2019 dan Liga 1 2020. Bukan hal yang tidak mungkin bila mengingat mereka pernah melakukan hal itu.

Kisah Persik di 2020 nanti memang tidak bisa diprediksi hanya lewat sejarah saja. Ada banyak alasan yang bakal mempengaruhi laju Persik di Liga 1 nanti. Apalagi menjadi juara di era sekarang ini tidaklah mudah.

Belajar dari pengalaman, Macan Putih sepatutnya punya pendanaan yang mumpuni. Kisah klasik masalah keuangan memang kerap menerpa tim-tim promosi. Apalagi, 2015 Persik punya memori buruk soal ini.

Andai dana segar terus mengalir, Persik dipastikan tak akan kesulitan mendatangkan pemain-pemain baru yang akan menjadi penggawa mereka di Liga 1. Bisa disebut faktor finansial dan para pemain jadi hal paling harus diperhatikan manajemen.

Mereka harus belajar dari Kalteng Putra dan PS Sleman. Kalteng yang merombak tim besar-besaran ketika promosi malah kesulitan secara finansial kala memasuki putaran kedua. Selain gaji yang mandeg, tim yang mayoritas diisi nama-nama baru seolah tak memberi efek apapun.

Pada akhirnya, Kalteng harus kembali terdegradasi musim ini. Lain halnya dengan PSS, meski tidak bertabur bintang, tapi mereka mampu bertahan di Liga 1 dengan tidak merombak skuat secara besar-besaran. Paling berpengaruh tentu dipertahankannya pelatih Seto Nurdiantoro.

Baca Juga: Berita Terbaru Seputar Persik Kediri

Karenanya manajemen Persik harus punya finansial yang sehat sebelum manggung di Liga 1 2020. Selain itu, perombakan tim perlu dilakukan secara berhati-hati agar tidak jadi boomerang.

Apalagi Persik dikenal memiliki pemain-pemain loyal sejak 2017 lalu.  Sebut saja Galih Akbar, Risna Prahalabenta, Alek Van Djin, Yusuf, Rudi Foler Towoliu, Mohammad Fahat, Adi Eko Jayanto, Alfian, dan Handoyo bahu membahu mengantarkan Persik ke supremasi tertinggi. Kehadiran mereka tentu bakal menjadi modal berharga bagi Macan Putih untuk mengarungi Liga 1 2020.

Menarik untuk menantikan sejauh mana kiprah Persik di Liga 1 2020. Kejutan macam apalagi yang akan dihadirkan Persik dan masihkah DNA juara mereka bertahan di Liga 1 nanti. Selamat Datang Kembali, Persik!

Selalu update berita Liga Indonesia terbaru hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version