Vivagoal – Berita Bola – Timnas Prancis menelan pil pahit di Euro 2020. Berstatus juara dunia 2018, Les Blues tersingkir oleh Swiss di babak 16 besar.
Siapa sangka, langkah Prancis harus terhenti oleh Swiss yang berada di peringkat ke-13 FIFA. Sempat unggul 3-1, lewat Karim Benzema dan Paul Pogba, Swiss membuat kejutan dengan menyamakan kedudukan di waktu normal.
Dua gol masing-masing dari Haris Seferovic dan Mario Gavranovic memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan. Tak ada gol di 2×15 menit, laga berlanjut ke babak adu penalti.
You just don’t save those! Inch perfect from @paulpogba 🤏⚽️
Goal of the Round 𝗖𝗢𝗡𝗧𝗘𝗡𝗗𝗘𝗥?@GazpromFootball | #EUROGOTR | #EURO2020 pic.twitter.com/yEXlX8ZyxZ
— UEFA EURO 2020 (@EURO2020) June 28, 2021
Nahas buat Prancis, Yann Sommer, Kiper Swiss tampil gemilang. Sepakan Kylian Mbappe – algojo terakhir Prancis- ditepis dengan mudah dan Les Blues harus angkat koper dari Euro 2020.
Situsi ini jelas jadi pukulan telak buat Prancis. Berisikan pemain-pemain bintang, mereka diprediksi bisa menjadi salah satu kandidat juara Euro 2020.
Bek Prancis, Raphael Varane, mengku kecewa harus angkat koper dari Euro 2020. Menurutnya, inkonensistensi permain sepanjang pertandingan jadi alasan mereka harus pulang lebih cepat.
“Ini sangat mengecewakan. Kami benar-benar mengacaukan babak pertama kami. Kami bereaksi di babak kedua tetapi kemudian memberi mereka ruang dan mereka kembali.
Baca Juga:
- Cetak Sejarah! Swiss Ulang Rekor 67 Tahun Silam
- Bintang Real Madrid Soroti Mental Kroasia yang Tersungkur di Euro 2020
- Meski Menang, Spanyol Dibuat Menderita oleh Kroasia
- Penyerang Spanyol Maklumi Blunder Unai Simon
“Penalti adalah lotere. Kami bisa saja mencetak gol di perpanjangan waktu seperti yang kami lakukan kesempatan untuk melakukan itu,” jelas Varane dikutip dari laman resmi UEFA.
Sementara itu, kiper Prancis, Hugo Lloris, ogah mencari-cari alasan situasi ini. Menurutnya dua gol Swiss di penghujung laga benar-benar menyakitkan buat skuad Didier Dechamps.
“Kami tidak mencari alasan. Penyesalannya, jika kami bisa memilikinya, adalah kami memimpin 3-1. Dalam beberapa tahun terakhir kami tahu bagaimana mengakhiri pertandingan.
“Kami melewati setiap emosi yang mungkin terjadi dan sejujurnya itulah sepakbola yang kami suka. Dua gol yang kami kebobolan dalam seperempat jam terakhir benar-benar menyakiti kami,” tutup Lloris.
Kekalahan ini juga jadi kali pertamanya Prancis kebobolan tiga gol dalam satu pertandingan Euro sejak 1960 (4-5 versus Yugoslavia).
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com