Obrolan Vigo: Gradasi Hitam Putih “Si Tangan Tuhan” Diego Maradona
Bersinar di Piala Dunia 1986 dan Napoli
Penampilan moncer Maradona bersama Napoli juga tertular di level tim nasional. Argentina menjadi tim yang menarik untuk disaksikan. Dalam gelaran yang dihelat di Meksiko, Maradona mengemban status sebagai kapten tim. Salah satu momen yang paling diingat yakni kala ia mempecundangi beberapa pemain Inggris dalam satu kesepatan di babak delapan besar.
Lima pemain Inggris yakni Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, Terry Butcher dan Terry Fenwick dipecundangi oleh solo run Maradona sebelum ia mencetak gol ke gawang Peter Shilton. Bahan gol tersebut dinobatkan FIFA sebagai gol terbaik sepanjang massa. Tak hanya itu, ia pun membuat gol “Tangan Tuhan.” Gol tersebut pun menjadi kontroversi terbesar dalam sejarah Piala Dunia.
Baca Juga: Antara Messi dan Maradona, Veron Kesulitan Pilih yang Terbaik
Setelah menjungkalkan Inggris, Argentina pun sukses melaju cepat hingga ke partai final. Di laga pamungkas, mereka meladeni Jerman Barat. Dalam laga yang dihelat di Stadion Azteca. Argentina sukses mempecundangi Jerman Barat dengan skor 3-2. Argentina pun sukses mengemas dua gelar Piala Dunia setelah sebelumnya mereka meraih hal yang sama di tahun 1978. Dalam gelaran tersebut, ia sukses mengemas lima gol dan lima assist.
Setahun setelah Piala Dunia, Maradona kembali ke Napoli. Lagi-lagi, magisnya masih terasa. Di tahun ketiga. Maradona, bersama beberapa nama beken lain macam Ciro Ferrara, Fernando Di Napoli dan Bruno Giordano sukses memberikan scudetto bagi Partenopei di musim 1986/87. Maradona pun mengungkapkan kebahagiaannya setelah mengantarkan Napoli menjadi juara.
“Hari ini merupakan yang terbaik untuk saya. Kesuksesan memenangi Scudetto ini menjad momen terhebat sepanjang hidup saya,” ujar Maradona kala itu, sesaat setelah mengantarkan Napoli menjadi Scudetto.
Baca Juga: Lewati Rekor Gol Maradona, Mertens Tatap Top Skorer Napoli
Setelahnya, berbagai gelar pun kembaii hadir. Napoli sukses menjadi juara Piala UEFA di tahun 1989 dan kembali mendulang Scudetto semusim berselang. Setelahnya, Maradona memilih hengkang dari Napoli guna bergabung ke Sevilla. Ia pun meninggalkan Napoli dengan deretan gelar dan status sebagai top skor klub, sebelum akhirnya posisi topskor dipecahkan oleh Marek Hamsik dan Dres Mertens.