Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Kisah Soeratin, Sang Pendiri PSSI

Kisah Soeratin, Sang Pendiri PSSI

Vivagoal – Obrolan Vigo – Publik sepakbola Indonesia nampaknya sudah tak asing lagi dengan nama Soeratin. Lantas siapa dan seperti apa sosok Soeratin?

Soratin Sosrosoegondo pantas diabadikan namanya atas segala pengorbanannya untuk dunia sepakbola di tanah air.  Pria kelahiran Yogyakarta 1898 tersebut menggunakan sepakbola sebagai jalan perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, ia menyadari pentingnya keputusan sumpah pemuda Indonesia. Kala itu, Soeratin menganggap sepakbola ialah medium yang tepat untuk menanamkan nasionalisme.

Soeratin berharap rasa nasionalisme yang tertanam melalui sepakbola bisa menjadi senjata ampuh untuk menentang kolonialisme kala itu. Meski ia sadar pergerakannya tak akan berhasil bila dilakukan secara sporadis.

Atas hal itu, Soeratin mencoba mematangkan gagasan perlawanannya tersebut dengan membentuk organisasi sepakbola nasional. Meski harus dilakukan secara diam-diam dan diawasi ketat oleh Polisi Belanda kala itu, Soeratin mulai mengadakan banyak pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola nasional.

Pendiri PSSI

Ia kerap berpindah-pindah kota untuk menggalang dukungan berdirinya organisasi sepakbola nasional. Ia berpindah dari Solo, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta untuk mematangkan konsep berdirinya organisasi sepakbola tersebut.

Di Jakarta, bersama Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ) kini Persija Jakarta, Soeratin dan pengurus Persija memastikan akan membentuk organisasi sepakbola nasional untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan menentang kolonialisme melalui sepakbola.

Untuk merealisasikan hal itu, Soeratin pergi ke Bandung untuk menggelar pertemuan yang lebih besar. Soeratin berkumpul dengan wakil dari klub-klub besar yang ada di era kolonial.

[irp]

Bertempat di Bandung, Soeratin bersama perwakilan dari VIJ, Bandungsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Persatuan Sepak Bola Mataram Yogyakarta (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB) , Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) mengambil keputusan untuk membentuk organisasis sepakbola tertinggi di Indonesia.

Tepatnya 19 April 1930, Soeratin bersama para tokoh sepakbola nasional berkumpul kembali di Yogyakarta  untuk mendirikan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI).  Pertemuan tersebut juga mendaulat Soeratin sebagai ketua umum PSSI pertama.

Setelah PSSI terbentuk, Soeratin memegang penuh tanggung jawab menjalankan PSSI. Ia secara resmi menggelar kompetisi secara rutin sejak 1931. Dimana Soeratin menginstruksikan jika bertanding melawan klub Belanda klub pribumi dilarang kalah.

Merajai Asia dan Diakui Dunia

Lebih lanjut, Soeratin yang menginginkan menanamkan rasa nasionalisme melalui PSSI dan sepakbola, merasa perlu mengangkat prestasi Indonesia di kancah internasional.

Mimpi besar sang pionir itu terwujud pada tahun 1938. Indonesia yang kala itu masih di bawah genggaman Belanda dengan nama Hindia Belanda berhasil manggung di pentas piala dunia pertamanya.

Meskipun saat ini Indonesia telah merdeka dari Belanda, FIFA memutuskan bahwa Indonesia penerus resmi dari tim Hindia Belanda.  Maka dari itu, hingga kini Indonesia dianggap pernah lolos ke putaran Final Piala Dunia Prancis 1938.

Atas lolosnya Indonesia ke Piala dunia 1938 itu, Soeratin mampu membawa Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang mampu berlaga di Piala Dunia.  Namun sayang Indonesia kala itu belum bisa berbicara banyak di gelaran tersebut.

[irp]

Indonesia yang menghadapi Hongaria dalam pertandingan pertamanya harus menyerah enam gol tanpa balas. Sistem gugur yang digunakan pada gelaran Piala Dunia 1938 membuat pertandingan Indonesia melawan Hongaria menjadi satu-satunya pertandingan yang pernah dimainkan Indonesia.

Atas lolosnya Indonesia ke Piala Dunia 1938, Indonesia memegang rekor sebagai satu-satunya tim dengan jumlah pertandingan paling sedikit di Piala Dunia. Juga Indonesia menjadi tim dengan jumlah gol paling sedikit sepanjang gelaran Piala Dunia sejak pertama kali di gelar pada 1930.

Meski gagal berprestasi di Piala Dunia 1938,  dibawah kepemimpinan Soeratin, Indonesia mampu menjadi macan Asia dengan menaklukan negara-negara besar, seperti, Jepang, Hongkong, dan Korea.

Sepak Raga Menjadi Sepak Bola

Dua tahun setelah gagal di piala dunia pertamanya, Soeratin resmi lengser menjadi ketua umum Persatuan Sepak Raga Indonesia.  Posisinya lantas digantikan oleh Artono Martosoewignyo  hingga kongres PSSI di Solo tahun 1950.

Kongres Solo juga mengganti kata Sepak Raga menjadi Sepakbola dan sejak kongres tersebut, organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia berubah nama menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Kala itu, Soeratin pernah berucap kala menjadi ketua PSSI, sebagai organisasi sepak bola terbesar di Indonesia, PSSI tidak akan pernah lepas dari segala persoalan. Meski demikian, semangat persatuan demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia adalah identitas PSSI.

[irp]

Atas segala jasa dan perjuangannya untuk sepakbola tanah air, nama Soeratin Sosrosoegondo diabadikan sebagai kompetisi sepakbola nasional untuk usia 17 tahun kebawah. Kejuaraan tersebut dikenal lebih dikenal dengan Piala Soeratin.

Tepatnya pada 2014, Piala Soeratin sempat terhenti seiring dibekukannya PSSI. Hingga kini Piala Soeratin masih menjadi  ajang pencarian bakat terbesar di Indonesia untuk menyaring bibit-bibit pesepak bola unggul.

Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Indonesia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version