Site icon Vivagoal.com

What If: Adriano Bisa Jadi The Next Ronaldo Andai Bisa Lewati Depresi

What If: Adriano Bisa Jadi The Next Ronaldo Andai Bisa Lewati Depresi

Sumber: Goal International

VivagoalBerita Bola – Dahulu, Inter Milan punya salah satu striker yang mengerikan, yakni Adriano Leite Riberiro. Namun, dirinya hancur akibat depresi. Andai dia bisa melewati masa-masa sulit, mungkin dia bisa jadi The Next Ronaldo Luis Nazario de Lima.

Pada bursa transfer musim 2001/02, Inter Milan di bawah asuhan Hector Cuper mendatangkan salah satu wonderkid CR Flamengo, Adriano. Nerazzuri membayar 13,19 juta euro dengan harapan Adriano bisa menjadi penyerang terhebat mereka.

Namun, Adriano tidak kunjung membayar harga mahal yang dikeluarkan Inter Milan. Dirinya hanya mampu mencetak satu gol dan satu assist dari 14 laga perdananya bersama Nerazzuri, sehingga ia harus dipinjamkan ke ACF Fiorentina pada musim dingin.

Sumber: Fiorentina.it

Bersama La Viola, Adriano menunjukkan ketajamannya sebagai seorang striker dengan mencetak enam gol dan satu assist dari 15 laga. Berharap bisa bermain penuh untuk Inter, Adriano justru dijual ke AC Parma pada musim 2002/03 dengan harga 14,5 juta euro.

Selama dua musim bersama Parma, Adriano sukses mencetak 26 gol dan lima assist dari 45 laga. Catatan tersebut membuat Inter Milan ingin Adriano kembali ke Giuseppe Meazza dengan membayar 23,4 juta euro pada bursa transfer musim dingin 2003/04.


Baca Juga:


Dari 36 laganya selama dua musim (2003/04 dan 2004/05), Adriano sukses mencetak 40 gol dan tujuh assist. Performa gilanya tersebut hadir karena dia kuat sebagai seorang striker dan tentunya memiliki tembakan yang sangat kencang, keras, dan terarah.

Oleh karena itu, rekan-rekannya di Inter Milan menjulukinya sebagai ‘Kaisar Milan’. Bahkan, mantan bek Empoli, Emilson Cribari, mengatakan Adriano adalah reinkarnasi dari Ronaldo.

“Pada puncaknya, dia sebanding dengan Ronaldo sebagai pemain paling sulit untuk dihentikan di lapangan. Ada foto terkenal tentang dia yang merayakan gol tanpa baju yang akhirnya melahirkan julukan kaisar,” ucap Cribari yang dilansir dari Goal International.

Sayangnya, tragedi naas terjadi pada 3 Agustus 2004. Saat itu Adriano habis merayakan gelar Copa America bersama Timnas Brasil kembali ke Milan untuk bergabung dengan rekan-rekan timnya.

Namun, Adriano mendapatkan telepon yang mengatakan jika ayahnya, Almir Leite Ribeiro, meninggal di umur 44 tahun akibat serangan jantung. Menurut mantan rekannya, Javier Zanetti, Adriano langsung berteriak dengan kencang, membuatnya merinding, dan mengubah keadaannya.

“Ketika dia mendapatkan telepon mengenai kematian ayahnya, kami tengah berada di satu ruangan. Dia membantu telepon dan mulai berteriak dengan cara yang tidak bisa saya bayangkan,” ucap Zanetti.

Sumber: Goal International

“Hal itu masih membuat saya merinding hingga saat ini. Setelah telepon itu, tidak ada satu pun hal yang sama seperti sebelumnya.”

Tragedi itu membuat Adriano kehilangan semangat dalam bermain sepakbola. Ia mulai meminum minuman keras, adiktif, datang ke klub malam, tidak datang ke latihan, dan depresi.


Baca Juga:


Alhasil, kariernya mulai menurun, ia ditendang dari Inter Milan, pulang ke Brasil untuk membela Sao Paulo, sempat ke AS Roma, lalu ke SC Corinthians, ke Flamengo, Atletico Paranaense, dan mengakhiri kariernya di Miami United.

Ia juga mengalami cedera, pernah terlibat dalam perkelahian geng di Brasil, jatuh miskin, dan mengalami nasib-nasib buruk lainnya. Semua itu karena satu telepon, kematian ayahnya.

Andai Adriano bisa mengatasi kematian ayahnya dan tidak terjebak dalam depresi yang mendalam, mungkin dia masih bisa berbicara banyak. Ia mampu mencetak gol dan gelar yang banyak untuk Inter Milan, membawa Timnas Brasil meraih gelar Piala Dunia, dan bukan hanya menjadi ‘The Next Ronaldo’, melainkan ‘The Real Next Ronaldo’.

“Saya memiliki lubang di pergelangan kaki saya, dan satu lagi di jiwa saya,” kata Adriano.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version