5 Fakta Shin Tae-Yong

5 Fakta Timnas U-19 Asuhan Shin Tae-Yong

Dimas Sembada - October 1, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

3. Double Cover

Dear PSSI, Kalau Ada Pemain Timnas Positif Covid-19, Sampaikan
Sumber: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Sebagian beranggapan, formasi 4-4-2 dengan empat bek dan gelandang sejajar punya kelemahan di jarak antar lini. Namun, Shin Tae-Yong menggunakan hal ini sebagai jebakan untuk mematahkan serangan lawan.

Jebakan yang dimaksud yakni pelatih asal Korea Selatan tersebut membiarkan para pemain lawan berada di antar lini; baik depan dengan tengah maupun tengah dan belakang. Di saat yang bersamaan, ketika bola bergerak di antara lini, dua garis terdekat diharuskan melakukan pressing dengan segera.

Qatar jadi yang paling kesulitan dengan taktik ini. Para pemain Qatar yang menunggu di celah antar lini kerap kebingungan ketika mendapat tekanan dari para gelandang dan bek Indonesia dalam waktu yang bersamaan.

4. Peran Dua Penyerang

Jack Brown Siap Maksimalkan Kesempatan Kedua Di Timnas U-19
Jack Brown. Sumber: JPNN

Dua penyerang Garuda Muda menunjukan peningkatan permainan yang signifikan, terutama di laga kontra Dynamo Zagreb. Meski secara textbook dua penyerang sejajar akan mudah diisolasi, namun hal itu tidak terjadi dalam pertandingan tersebut.

Salah satu dari dua penyerang, biasanya Braif Fatari, punya peran untuk menyambungkan bola dari lini tengah ke depan. Sang pemain dipaksa untuk sedikit turun ke belakang demi melancarkan proses link up.

Karenanya dengan situasi ini, dua penyerang yang aktif dan terus bergerak  membuat Indonesia bisa unggul jumlah pemain kala membangun serangan. Artinya, pembagian peran dalam dua penyerang yang diturunkan jadi hal krusial dalam taktik Shin Tae-Yong.

5. Ketahanan Fisik

Pemain Persija U-19 Siap Bersaing dengan TimnasDengan permainan yang ditunjukan, pressing ketat, kedisiplinan dan dituntut untuk terus bergerak, satu hal yang jadi kunci yakni stamina. Kethanan pemain harus terjaga selama 90 menit.

Dengan intensitas pergerakan tanpa bola yang amat tinggi, skema yang diterapkan Shin Tae-Yong ini bisa berantakan dengan mudah di menit-menit akhir. Laga melawan Bulgaria jadi contoh konkret ketika kekuatan fisik yang belum terbentuk, gol di menit akhir menjadi mimpi buruk.


Baca Juga: 


Namun demikian, dalam pertandingan terakhir mereka kontra Dinamo Zagreb, para pemain dipaksa tampil dengan high intensity. Hasilnya, hingga 90 menit, Zagreb kerap kewalahan dengan pressing yang ditunjukan.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com