5 Fakta Tragedi Kelam Stadion Kanjuruhan
Vivagoal – Liga Indonesia – Sepakbola Indonesia tengah berduka dengan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2022/23.
Ratusan suporter menjadi korban di balik tragedi paling kelam sepanjang sejarah sepakbola Indonesia tersebut. Gas air mata menjadi penyebab utama sebagian besar suporter.
Berikut Vivagoal rangkum 5 fakta terkait tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan, Malang:
1. Jumlah Korban Tewas Mencapai 131 Orang.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa telah memastikan bahwa korban jiwa akibat tragedi Kanjuruhan telah bertambah dalam beberapa hari terakhir. Terhitung hingga Selasa (4/10), tercatat 131 orang merenggang nyawa.
“Hari ini ada tambahan enam korban meninggal dunia, dari 125 orang menjadi 131 orang,” ujar Khofifah.
2. Mayoritas Korban Meninggal Akibat Berdesakan dan Kehabisan Napas
Tim Arema FC menyaksikan langsung kejadian tersebut. Bahkan, pelatih Arema, Javier Roca menceritakan bagaimana ia mulai menyadari ada sesuatu selepas jumpa pers, saat mata dan tenggorokannya terasa perih.
Ia baru menyadari hal tersebut dipicu oleh gas air mata dan ia melihat hal yang buruk yerjadi saat ke ruang ganti. Sejumlah pemain mencoba membantu para suporter, tetapi beberapa tidak bisa diselamatkan termasuk anak-anak.
“Ketika saya kembali ke ruang ganti, situasinya sudah kacau. Banyak yang enggak bisa napas, kesulitan bernapas,” ujarnya dikutip dari NY Times.
Baca Juga:
- Sudah 400 Juta! ARMY Indonesia Galang Dana Untuk Tragedi Kanjuruhan
- Komdis PSSI Denda Arema FC Rp 250 Juta, Ketua Panpel Dinonaktifkan Seumur Hidup!
- Resmi! PSSI Jatuhkan Sanksi Berlapis Kepada Arema atas Tragedi Kanjuruhan
- Pasca Tragedi Kanjuruhan, Suporter Indonesia Diminta Lebih Dewasa
3. Tragedi Kedua Terbesar Kedua Sepanjang Sejarah Sepakbola Dunia
Dengan mencapai 131 korban, tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi kedua terbesar dalam sepanjang sejarah sepakbola dunia.
Tragedi Kanjuruhan hanya kalah dari tragedi yang terjadi di Estadion Nacional, Peru, saat laga Peru melawan Argentina pada 1964 silam.
Kejadian yang menewaskan 326 orang tersebut terjadi akibat kerusuhan di dalam stadion dan dihalau polisi yang membuat penonton panik berlari di pintu keluar yang ternyata masih tertutup dan membuat banyak yang terinjak-injak.
4. Petugas Menembak Gas Air Mata ke Tribun
Penggunaan gas air mata oleh polisi dalam kerusuhan di Kanjuruhan bermula saat para suporter Arema menyerbu lapangan usai timnya kalah melawan Persebaya.
Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan dan disebut sudah anarkis, direspons polisi dengan menghalau dan menembakkan gas air mata. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian, dan terinjak-injak.
Padahal, FIFA sudah memiliki aturan larangan penggunaan gas air mata saat pengamanan.
5. PSSI Hentikan Liga 1 Musim Ini
Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan sebelumnya menyatakan bahwa kompetisi Liga 1 2022-2023 dihentikan selama satu pekan menyusul tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 125 orang.
Terkini, melalui pernyataan di laman resmi PSSI, Mochamad Iriawan menegaskan bahwa Liga 1 2022-2023 dihentikan sampai waktu yang tidak ditentukan.
Selalu update berita terbaru seputar Liga Indonesia hanya di Vivagoal.com