Site icon Vivagoal.com

5 Legenda yang Gagal Saat Melatih Mantan Klubnya

5 Legenda yang Gagal Saat Melatih Mantan Klubnya

Vivagoal5 Fakta – Akhir-akhir banyak kabar, sementara ini Chelsea harus rela tanpa pelatih. Ada beberapa nama masuk dalam kandidat pengganti Maurizio Sarri tersebut, seperti Massimiliano Allegri dan Jose Mourinho.

Akan tetapi, dalam beberapa pekan ini, legenda klub Chelsea, Frank Lampard menjadi sosok yang paling dekat dengan kursi kepelatihan The Blues.

Dikabarkan mantan pemain gelandang Chelsea tersebut melatih Derby County. Dan klub tersebut sudah memberikan izin pada Chelsea untuk melakukan negosiasi.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain Terbaik yang Dimiliki Liverpool

Lanjut lagi, eks pemain Chelsea tersebut bisa saja kembali ke klub yang dibelanya selama 13 tahun lalu.

Telah banyak orang tahu, Frank Lampard merupakan bintang andalan Chelsea selama lebih dari satu dekade.

Lampard merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub, dengan 211 kali menjebol gawang lawan.

Usai berhenti menjadi pemain profesional, pelatih berusia 41 tahun tersebut langsung mengambil lisensi kepelatihan dan menukangi Derby County di musim 2018/19.

Baca Juga: 5 Fakta Tim Terbaik Sepanjang Sejarah Liga Inggris

Pada awal musimnya sebagai manajer ternyata sukses dengan mengantar Derby County ke babak play-off.

Harapannya, Frank Lampard dapat membangkitkan kembali antusiasme fans yang pasang surut kala bersama Maurizio Sarri. Dikarenakan penampilan Chelsea yang tak konsisten kala itu membuat dukungan terpecah buat Sarri.

Akan tetapi perlu diingat, tak semua legenda menjalani karir gemilang saat melatih mantan klubnya.

Saat ini, VIGO akan merangkum lima legenda yang gagal ketika menukangi mantan klub yang membesarkan namanya.

1. Juan Jose Lopez

Nam satu ini tak bisa dipisahkan dengan River Plate berbekal catatan hampir 500 pertandingan yang dia jalani di masa lalu. Namun cerita berbeda dialami Lopez ketika ia duduk sebagai pelatih. Pada kedatangannya tahun 2010, dia disambut meriah oleh pendukung klub raksasa Argentina tersebut. Tahun berikutnya Lopez justru membawa River Plate terdegradasi ke divisi dua untuk kali pertama sepanjang sejarah .

Baca Juga: 5 Fakta Resep Manchester City Raih Treble Winners

Akibatnya timbul kerusuhan akibat kemarahan para pendukung setia River. Kerusuhan terjadi di Estadio Monumental setelah River Plate terdegradasi dari Liga Primer Argentina. Klub pemegang rekor 33 trofi Liga Argentina ini harus rela tampil di Divisi Dua setelah kalah di play-off melawan Belgrano.

Klub berjuluk Los Millonarios ini terdegradasi setelah kalah agregat 3-1 dari klub Divisi Dua Argentina itu. Tak terima dengan kenyataan ini, fans River Plate yang dikenal sangat militan selain klub tetangganya Boca Juniors, langsung mengamuk.

Usai pertandingan leg 2 yang berakhir 1-1, fans River Plate yang memadati stadion mengungkapkan kekesalan dengan melemparkan semua benda termasuk kursi penonton ke lapangan dan mencoba menjebol pagar pembatas.

Banyak pula diantara mereka yang menangis harus menyaksikan klub kesayangannya turun kasta. Tuntutan mundur untuk pelatih Juan Jose Lopez dan presiden klub Daniel Passarella terus membahana di dalam stadion.

Water Cannon langsung diturunkan guna memukul mundur ribuan suporter. Tak hanya mengamuk di dalam stadion, kerusuhan juga menular di luar stadion. Fans River Plate membakar beberapa mobil di luar stadion. Bentrok dengan pihak keamanan pun tak terhindarkan.

Kerusuhan bahkan menyebar di beberapa bagian kota Belgrano. Beberapa orang ditangkap menyusul kerusuhan ini. Hingga saat ini belum dapat dipastikan besar kerugian akibat kerusuhan ini.

2. Alan Shearer

Di Inggris, Shearer merupakan legenda untuk tiga klub sekaligus yakni Southampton, Blackburn Rovers, dan Newcastle United. Dikarenakan minim pengalaman, Shearer diminta menyelamatkan Newcastle dari lubang degradasi dengan hanya 8 laga sisa. Hasilnya The Magpies tak selamat dan harus turun kasta pada musim 2008/09.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain Terbaik Manchester United di Bawah Asuhan Solskjaer

Ketika mengambil alih tugas, Shearer merasa bisa membuat perbedaan, tetapi kenyataan berbicara lain. Ia merasa menjadi bagian yang mengacaukan keadaan.

Itulah yang membuatnya ragu-ragu untuk terus melatih Newcastle. Namun, kepada siapa pun yang nantinya melatih, Shearer menyarankan untuk melakukan perbahan besar pada skuat dan manajemen.

Terdegradasinya Newcastle merupakan akumulasi kesalahan yang dibiarkan terus dan membesar. Menurut Shearer, degradasi adalah harga yang pantas atas kesalahan itu.

“Perubahan harus dibuat dari atas ke bawah di klub ini. Kesalahan besar telah dilakukan dan kami membayar harga itu,” tandasnya. “Orang-orang ini (dewan klub) punya pekerjaan besar. Sejuta pertanyaan perlu dijawab. Pemain akan pergi dan semakin cepat semakin baik.”

3. Filippo Inzaghi

Filippo Inzaghi resmi dipecat sebagai pelatih AC Milan setelah lebih dari satu tahun berada di posisi tersebut. Hasil buruk yang didapat Rossoneri jadi alasan petinggi klub melengserkan Pippo dari kursi kepelatihan. AC Milan merilis pernyataan singkat melalui situs resmi klub yang mengkonfirmasi bahwa pelatih berusia 41 tahun itu akan meninggalkan Giuseppe Meaza.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain yang Mampu Bersinar Usai Hengkang dari Liverpool

Pada kesempatan yang sama, diumumkan pula bahwa kesepakatan telah didapat dari mantan bos Sampdoria Sinisa Mihajlovic. Pelatih berkebangsaan Kroasia ini dikonfirmasi telah mengambil alih peran Pippo.

“AC Milan mengkomunikasikan bahwa mereka telah memecat Pelatih utama tim, Filippo Inzaghi, dan klub mengucapkan rasa terima kasih untuk semua karyanya,” penjelasan dalam pernyataan tersebut.

Mantan striker Rossoneri, Inzaghi, diangkat musim panas lalu sebagai juru racik strategi di Milan. Namun perjuangannya selama musim 2014-15 hanya mampu membawa klub finish di urutan ke-10.

Sebelum melatih Milan dan Milan Primavera pada 2012 hingga 2015, Inzaghi adalah penggawa Rossoneri di lini depan. Menjalani 202 pertandingan selama 11 tahun pengabdian, Pippo membukukan 73 gol.

4. Thierry Henry

Henry menjadi contoh terhangat. Kembali ke klub profesional pertama, AS Monaco, Henry ditunjuk sebagai manajer pada Oktober 2018 setelah menukangi tim junior Arsenal dan menjadi asisten di timnas Belgia. Akan tetapi, mantan penyerang tim nasional Prancis dan legenda klub Arsenal itu gagal mengangkat tim dari keterpurukan.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain yang Pernah Berseragam MU dan Barcelona

Henry kemudian dipecat pada Januari lalu karena Monaco terpuruk di peringkat ke-19 klasemen Liga Prancis. Sisa pekerjaan rumah Henry kemudian diteruskan pelatih yang sebelumnya ia gantikan, Leonardo Jardim, dan Monaco pun selamat dari degradasi di pekan-pekan terakhir.

Memimpin Monaco melalui 20 pertandingan, Henry hanya mampu mencatatkan empat kemenangan dan menelan 11 kekalahan. Persentase kemenangannya pada akhirnya hanya sebesar 20%.

Alhasil Monaco yang seharusnya bersaing di papan atas, kini mesti berjuang keluar dari zona merah. Monaco saat ini berada di posisi 19 dengan 15 poin dari 21 pekan, berjarak tiga poin dari Amiens SC di posisi 17 yang mana batas zona aman.

Sky Sports dan BBC melaporkan bahwa kini Monaco telah membekukan status Henry sebagai pelatih. Selanjutnya tugas memimpin latihan akan diemban oleh asisten Henry, Franck Passi.

Ada rumor yang menyebutkan bahwa Monaco mempertimbangkan memecat Henry, lalu menunjuk kembali Jardim sebagai pelatih. Jardim adalah pria yang sukses membawa Monaco juara Liga Prancis 2016/2017 lalu.

5. Clarence Seedorf 

Clarence Seedorf hanya melatih satu klub, yakni AC Milan pada 2014. Tapi ia hanya bertahan selama empat bulan di klub yang membesarkan namanya sebagai legenda, dan salah satu pesepakbola terbaik Eropa. Seedorf namun dipecat pada 9 Juni 2014 karena dianggap tak mampu mengangkat permainan Il Diavolo Rosso.

Baca Juga: 5 Fakta Pemain Medioker Premier League yang Miliki Nilai Pasar Tertinggi

Alhasil di klub pertama ia menjalani profesi sebagai pelatih, Seedorf sudah dicap gagal dan gagal menularkan kegemilangannya saat bermain ke pekerjaannya sebagai pelatih.

Seedorf sendiri adalah sosok yang tidak asing dengan La Liga. Semasa masih aktif sebagai pemain, pria asal Belanda ini pernah bermain untuk Real Madrid pada tahun 1996 hingga 2000. Jadi, ia cukup punya pengetahuan tentang La Liga.

Seedorf punya reputasi yang gemilang sebagai seorang pemain. Tapi, ia masih belum membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih papan atas. Karirnya bersama AC Milan di tahun 2014 lalu harus berujung pada pemecatan.

Sementara, tugas berat kini sudah menanti Seedorf di Depor. Pelatih berusia 41 tahun akan ditantang untuk membawa Depor lepas dari jeratan degradasi. Saat ini Depor ada di posisi ke-17 klasemen La Liga dengan 17 poin dari 22 laga yang sudah dimainkan.

Lalu apakah Lampard akan berakhir seperti para legenda di atas nantinya?

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version