Vivagoal – Berita Bola – Ada berbagai tim sepakbola Eropa yang memiliki reputasi besar lantaran pernah catatkan namanya di ajang kontinental macam Liga Champions dan Europa League. Namun tak semua tim bernasib baik. Ada di antara mereka yang tengah terpuruk dan sulit mengulangi kejayaannya di masa lalu lantaran berbagai faktor.
Reputasi tim bisa dibangun melalui rentetan prestasi dan manuver yang mereka lakukan entah di kompetisi domestik, kontinental maupun Eropa. Bisa juga mereka mendulang catatan gemilang pasca proses akuisisi. Manchester City dan PSG menuai buah dari manisnya uang pemilik baru. Mereka kini menjelma menjadi kekuatan domestik anyar di kompetisi yang dimainkan.
Di luar uang, ada pula berbagai tim yang sukses menjadi mimpi buruk sepakbola Eropa di masa lampau. Nottingham Forest misal. Di era kepemimpinan Brian Clough, the Garibaldi sukses mendulang back to back Liga Champions pada musim 1979 dan 1980. Namun setelahnya, prestasi mereka mengering dan terjerembab di papan sebelum akhirnya sukses kembali ke Premier League pada 2022 dan masih bertahan sampai hari ini.
Only two English teams have defended a European Cup / UEFA Champions League trophy:
Liverpool
◉ 1977
◉ 1978Nottingham Forest
◉ 1979
◉ 1980#UCL pic.twitter.com/d8QtuyzhUV— Squawka (@Squawka) April 17, 2024
Selain itu, Sevilla juga termasuk tim yang lumayan memiliki reputasi besar di Eropa. Tim asal Andalusia tercatat sebagai tim tersukses di ajang Europa League. Mereka sudah mendulang 7 gelar di ajang kelas dua itu. Namun catatan mereka terbilang buruk di musim 2023/24. Turbulensi terjadi di tubuh Los Palanganas dan mereka hampir terdegradasi di musim ini.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Fans Sepakbola Dunia Ingin Reus, Hummels, dan Dortmund Bahagia di Final Liga Champions
- Obrolan Vigo: Euro 2024, Pertaruhan Terakhir Gareth Southgate
- Obrolan Vigo: Claudio Echeveri adalah Roman Riquelme Versi Modern
- Obrolan Vigo: Iker Muniain yang Pergi dari Bilbao Sebagai Legenda
Di luar berbagai tim tersebut, ada pula berbagai tim dari Eropa yang punya reputasi besar di masa lalu namun akhirnya tersungkur. Biasanya, masalah keuangan, skuat yang tak kompetitif hingga kesalahan dari pemilik dari menentukan perjalanan klub, terutama dalam urusan transfer pemain, berperan penting di balik mandeknya prestasi tim tersebut.
Vivagoal sudah merangkum berbagai tim Eropa yang sempat memiliki catatan gemilang di Eropa maupun domestik namun kini mereka bertransformasi menjadi tim medioker. Dari 5 tim yang tersemat, dua di antaranya bahkan berstatus sebagai tim yang mentas di divisi dua. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya.
- AS Saint-Etienne
Jauh sebelum era PSG, Saint Etienne merupakan jagoan di Ligue 1. Mereka merupakan jagoan dari kometisi domestik. Les Verts tercatat sempat mendulang 10 gelar liga dan 6 gelar Piala Prancis serta berbagai gelar domestik lain.
Tim dengan jersey hijau ini bahkan sempat menembus babak final Liga Champions 1976 lalu. Namun sayang perjalanan mereka harus terhenti di tangan Bayern Munich yang tampil perkasa lantaran memiliki beberapa nama top dalam skuatnya saat itu macam Gerd Muller, Uni Hoeness hingga Franz Beckenbauer.
AS Saint-Etienne
vs
Rodez AF
📽 @ASSE_NewsOff
🇨🇵 24.05 pic.twitter.com/CFkM4EFtlZ— 𝕊𝕋𝔸ℕ𝔻 𝕐𝕆𝕌ℝ 𝔾ℝ𝕆𝕌ℕ𝔻 👊 (@Ultramaniatics) May 26, 2024
Etienne sempat terdegradasi ke Ligue 2 pada 2022 lalu lantaran performa tim yang limbung. Bahkan pada musim 2022/23, mereka harus menjalani kompetisi dengan minus 18 angka. Pasca dua musim berjibaku di tier kedua, Etienne sukses promosi pasca menangkan Rodez di final Playoff dengan skor 2-0, 25 Mei 2023 kemarin.
- Borussia Moenchengladbach
Jika Belanda memiliki Ajax Amsterdam yang lumayan merajai kompetisi domestik dan Eropa pada medio 70an, maka Jerman memiliki Borrusia Moenchengladbach. Mereka menjuarai Bundesliga 5 kali dalam periode tersebut dan sempat mengepak sepasang Piala UEFA serta lolos ke final Liga Champions pada 1977.
Seiring berjalannya waktu, prestasi Gladbach mulai alami paceklik. Mereka seakan terbang tenggelam pada era setelahnya. Satu-satunya silverwate terbaik hadir dalam wujud DFB-Pokal pada 1995 lalu. Mereka bahkan sempat terdegradasi ke Bundesliga 2.
Sejatinya, ketika ditukangi Marco Rose, mereka lumayan stabil menjadi kuda hitam di Bundesliga. Namun pasca Rose didepak, Die Fohlen kerap berganti pelatih. Musim ini bersama Gerardo Seoane, Gladbach terpuruk mendekati papan bawah. Hal tersebut terjadi lantaran tak jelinya mereka menyongsong lantai bursa dengan mengganti para Bintang yang pergi dengan pemain semenjana.
- Valencia
Di medio 2000an ketika masih ditukangi Rafa Benitez, Valencia sukses menjadi pengganggu dominasi Real Madrid dan Barcelona. Los Che mengulangi kejayaan di masa lampau ketika era kepemimpinan Raja Franco di Spanyol. Mereka mendulang sepasang LaLiga, dan Piala UEFA di era kepemimpinan the Spanish Waiters.
📽️ Baraja analyzes the final game of the season pic.twitter.com/J80FWQbqC0
— Valencia CF (@valenciacf_en) May 26, 2024
Pasca Benitez, tim kurang tampil menggigit. Mereka sempat mendulang sepasang Copa del Rey pada 2008 dan 2019. Namun di kancah domestik, performa mereka pasang surut. Valencia tak mampu berbuat banyak. Terlebih di era kepemimpian Peter Lim, hal-hal yang terjadi di klub mengindikasikan tanda bahaya.
Valencia sejatinya sempat mentas beberapa kali ke kualifikasi Liga Champions dan menangi Copa dalam 6 musim perdananya. Pasca itu, Lim banyak melepas pemain Bintang dengan harga mahal dan tak mengganti dengan pemain sepadan. Berbagai nama unik macam Cesare Prandeli, Gennaro Gattuso hingga Jose Bordalas sempat menukangi tim dan semuanya tak bertahan lama.
Baca Juga:
- 5 Fakta Tim yang Diunggulkan di Euro 2024
- 5 Mantan Pelatih Premier Laegue yang Karirnya Merosot
- 5 Fakta Mantan Pemain Premier League yang Main di Tim Papan Bawah
- Berpotensi Promosi ke Serie A, Berikut 5 Fakta Pemain Penting Como 1907
- AC Parma
Jika bicara soal Serie A di medio 90an, maka akan tersemat the Magnificent Seven yang berisikan 7 tim terbaik Italia seperti Juventus, AC Milan, Inter Milan, Lazio, AS Roma, Parma, dan Fiorentina saling sikut guna memburu Scudetto setiap musimnya. Parma pun menjadi tim yang menuai reputasi besarnya di era tersebut.
Tim asal Reggio Emillia sempat mendulang status sebagai runner up pada 1997 dan mengepak berbagai kesuksesan macam tiga Coppa Italia, Piala Winners dan sepasang Piala UEFA dalam rentang 1991 hingga 2001 lalu. Namun setelahnya, masalah hadir. Parmalat, penyokong utama mereka bangkrut pada pertengahan medio 2000an.
Tak hanya sekali, Parma dua kali mengalami masalah keuangan. Mereka bahkan sampai harus terdegradasi ke Serie D dan hampir menjual semua gelar yang mereka dapatkan di medio tersebut. Namun dalam beberapa musim terakhir, mereka mulai berseliweran kembali ke Serie A meski kerap menjadi yoyo dengan turun naik kompetisi.
- IFK Goteborg
Dari empat tim yang tersemat di atas, mayoritas dari mereka hadir di 5 liga top Eropa. IFK Goteborg menjadi anomali dalam daftar ini lantaran mereka berasal dari Swedia. Namun secara catatan, prestasi tim dari Skandinavia ini terbilang apik, setidaknya hingga saat ini.
UEFA Cup Final 1987, IFK Goteborg v Dundee United pic.twitter.com/qVDZFwSGRk
— Shuggy Falconer (@RebelTerror) April 21, 2020
Di era kepemimpinan Sven Goran Eriksson pada akhir 70an, tim mampu menuai kesuskesan dengan mendulang satu Liga, satu Piala UEFA dan sepasang Piala Swedia. Catatan di Eropa sempat kembali terulang pada 1987 lalu. Mereka menjadi tim terbaik Swedia yang pernah menjadi juara di Eropa.
Untuk rekor Liga, Goteborg sempat 18 kali menjadi juara Liga. Namun kuku mereka di Eropa seakan sirna pasca mendulang sepasang kejayaan di sana. Meski begitu, status tim sebagai yang tersering main di Liga Champions dengan 15 kali penampilan layak mendapatkan kredit lebih.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com