Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Pak Midun, Sang Pencari Keadilan Kanjuruhan dan Kunci Solidaritas Suporter Indonesia

Analisa Vigo: Pak Midun, Sang Pencari Keadilan Kanjuruhan dan Kunci Solidaritas Suporter Indonesia

Sumber: Twitter @bonekcasuals

VivagoalBerita BolaTragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 yang lalu memang masih belum menemui titik terang. Akibat itu, seorang Aremania, Miftahudin Ramli, bersepeda dari Malang ke Jakarta, melintasi setiap stadion yang ia lewati, sebagai bentuk keprihatinannya terhadap kasus tersebut.

1 Oktober 2022 menjadi hari yang kelam bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya pecinta sepakbola. Pada hari itu, sebanyak 135 orang meninggal dunia setelah pertandingan derbi Jawa Timur antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.

Hal yang sangat jelas terlihat adalah tindakan keras para aparat keamanan yang berada di dalam stadion yang menembakkan gas air mata kepada para penonton. Sehingga, para suporter Arema, atau yang biasa dikenal Aremania, lari terbirit-birit keluar stadion, berdesak-desakan, hingga akhirnya banyak yang meninggal.

Tentunya tragedi ini menjadi yang terkelam dalam sepakbola dalam negeri, bahkan salah satu yang terburuk di dunia. Sayangnya, hingga detik ini, belum ada titik terang keadilan yang didapatkan oleh keluarga korban.

Sudah banyak aksi yang dilakukan Aremania untuk menuntut keadilan dalam tragedi Kanjuruhan. Mulai aksi damai hingga keras yang mereka tujukan kepada Arema FC selaku salah satu pihak yang harus bertanggung jawab. Namun, tidak ada satupun yang memuaskan hati keluarga para korban.


Baca Juga:


Hingga pada Rabu (2/8), seorang Aremania yang memiliki simpati yang sangat besar terhadap tragedi Kanjuruhan, Miftahudin Ramli, melakukan hal ‘gila’ yaitu bersepeda dari Malang ke Jakarta. Tidak hanya itu, pria yang akrab dipanggil Pak Midun tersebut membawa sebuah keranda bertulisan ‘Justice for Kanjuruhan’ di belakang sepedanya.

Tentu ini sangat mengejutkan mengingat Pak Midun bukanlah keluarga dari salah satu korban jiwa di tragedi Kanjuruhan. Namun, ia sengaja melakukan itu sebagai bentuk pengingat masyarakat Indonesia akan tragedi mengenaskan tersebut.

Sumber: Twitter @tribunmelawan

“Secara biologis, saya bukan keluarga korban. Tapi, secara psikologis, itu sangat memukul. Ini sepakbola, tapi sampai kejadian seperti ini, tidak masuk akal,” ucap Pak Midun yang dilansir dari Bola.com.

Namun, ada misi yang lebih besar dan mulia lagi yang ia bawa dalam sepeda kerandanya tersebut. Pak Midun melakukan aksi ini dengan tujuan untuk mempersatukan suporter seluruh Indonesia.

Untuk bisa menyuarakan itu, ia akan melewati setiap stadion yang masuk ke dalam rute perjalanannya dan mengakhirinya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Berdasarkan informasi yang didapat dari Twitter, @tribunmelawan, Pak Midun akan melewati rute Pantai Utara (Pantura), dan itu termasuk Surabaya.

Kekhawatiran pasti muncul dari Pak Midun mengingat hubungan antara Surabaya dan Malang tidak kunjung akur. Apalagi, setelah kejadian Kanjuruhan, dua kota terbesar di Jawa Timur ini semakin memanas.

Namun, Pak Midun tetap berpegang teguh pada pendiriannya yaitu ingin suporter di Indonesia bisa damai. Akhirnya, pada Jumat (4/8) malam WIB, ia tiba di markas kebanggaan Persebaya, Gelora Bung Tomo.

Sumber: Twitter @AgastyaFajar

Dikhawatirkan akan mendapat perlakuan tidak baik, justru para suporter Persebaya, Bonek, menyambutnya dengan sangat ramah. Mereka memberinya makanan, minuman, berbincang-bincang, dan mendoakannya agar bisa selamat sampai Jakarta.

“Alhamdulillah, (mereka) sangat baik sekali, di luar dugaan saya. Saya tidak membayangkan kalau semudah ini perjalanannya. Padahal, itu yang dikhawatirkan oleh keluarga saya,” kata Pak Midun yang dilansir Suara.

Setelah dari Surabaya, ia melewati Gresik dan beristirahat di markas Gresik United, Gelora Joko Samudro. Lalu, ia melewati markas Persela Lamongan, Stadion Surajaya, Tuban, dan informasi terakhir dia sudah berada di Rembang.


Baca Juga:


Selama perjalanan, ia benar-benar mendapatkan kawalan dan perlindungan dari para suporter dari masing-masing daerah. Semuanya bersatu untuk menyemangati Pak Midun agar beliau selamat sampai tujuan.

Usaha Pak Midun ini seperti tamparan bagi para suporter Indonesia yang masih menginginkan adanya dendam. Bagaimana tidak, Pak Midun rela meluangkan waktu liburnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Pariwisata Malang, mengambil cutinya, mengeluarkan tenaga-tenaga yang dimilikinya hanya untuk melakukan sesuatu yang sejatinya bukan tanggung jawabnya.

Ia rela untuk berpanas-panasan di jalan, mengayuh sepedanya yang menggendong sebuah keranda, jauh dari keluarganya, bahkan tidak menutup kemungkinan kesehatannya hanya untuk membuka mata suporter di Indonesia. Pak Midun ingin melakukan ini karena hatinya merasa sakit ketika tragedi Kanjuruhan terjadi, keadilan tidak muncul, dan suporter di Indonesia masih berselisih.

Pak Midun memang bukan keluarga korban, namun dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi sepakbola Indonesia, khususnya Aremania. Tanpanya, tragedi Kanjuruhan akan berlalu, hubungan Aremania dan Bonek tetap memanas, suporter Indonesia tetap tidak solid, dan keluarga korban tetap menangis.

Kita semua berharap pastinya jika Pak Midun bisa menyelesaikan misinya untuk bersepada ke Jakarta. Namun, di atas itu semua, semuanya pasti berharap agar usaha Pak Midun bisa terbayarkan yaitu suporter Indonesia damai.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version