Analisa Vigo: Saudi Pro League (SPL) Tidak Akan Bernasib Seperti China Super League (CSL)
Menurut laporan The Sportsman, SPL tidak akan bernasib sama seperti CSL. CSL menggunakan dana dari para sponsor yang mayoritas adalah pengusaha besar di Cina. Namun, semua itu berubah ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga keuntungan mereka menurun seiring dengan investasi mereka kepada klub.
Sedangkan, SPL tidak seperti itu, mereka mendatangkan bintang seperti Ronaldo dan Benzema menggunakan dana yang berasal dari hal yang kuat dan kokoh. Salah satu investor yang memiliki dana sangat besar adalah Public Investment of Fund Saudi Arabia (PIF).
PIF merupakan sebuah investor yang menjadi tempat bagi pemerintah Arab Saudi untuk menginvestasikan uangnya, pada dasarnya adalah bank tabungan negara. Mereka memiliki dana yang diestimasi sebesar 620 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar 514 miliar euro, dan itu mereka dapatkan dari hasil pemerintah Arab Saudi dalam menjual minyaknya.
Seperti yang dijelaskan di atas, terdapat perbedaan yang sangat jauh antara CSL dan SPL. CSL mendapatkan dana dari perusahaan yang terkena dampak yang sangat besar dari Covid-19, sedangkan dana SPL tidak sama sekali terdampak, bahkan semakin mahal, karena barang yang mereka jual adalah minyak, sebuah komoditas yang pastinya dibutuhkan setiap orang serta negara.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Randal Kolo Muani, Bintang 100 Juta Euro Milik Eintracht Frankfurt
- Obrolan Vigo: Orang-Orang Inggris yang Ada di Real Madrid
- Analisa Vigo: Mengapa Ruben Neves Pilih Al Hilal Ketimbang Barcelona?
- Analisa Vigo: Bagaimana Peran Joselu, Si Anak Hilang di Real Madrid?
Memang, PIF sendiri tidak menjadi sumber dana utama bagi semua tim SPL, namun mereka memiliki empat klub papan atas Arab Saudi. Keempat tim tersebut adalah Al Ittihad, Al Ahli, Al Nassr, dan Al Hilal, lalu mereka juga punya Newcastle United.
Tidak berhenti di situ, popularitas sepakbola di Arab Saudi memang jauh lebih besar dibandingkan Cina. Berdasarkan data Transfermarkt, pada musim 2022/23, total suporter yang hadir di stadion untuk SPL adalah dua juta penonton, sedangkan CSL hanya 200 ribu saja.
Terdapat beberapa faktor lain seperti budaya dan prestasi yang membuat SPL tidak akan bernasib seperti CSL. Akan tetapi, dari dua faktor di atas sudah terlihat jika SPL memiliki nafas yang lebih panjang dibandingkan CSL.
SPL memang tidak memiliki peraturan seperti di Liga Inggris ataupun LaLiga, di mana UEFA menerapkan Financial Fair Play (FFP), sebuah Batasan pengeluaran bagi para klub. Namun, mereka juga harus meningkatkan kualitas pemain dalam negeri mereka jika ingin industri sepakbolanya maju, tidak hanya mengandalkan pemain-pemain bintang bekas Eropa.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com