Alphonso Davies

Kilas Balik Alphonso Davies Yang Tak Selaju Larinya Di Lapangan Hijau

Fachrizal Wicaksono - May 28, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Bundesliga – Alphonso Davies disorot usai mempertontonkan kecepatan luar biasa layaknya seorang sprinter di ajang Der Klassiker tengah pekan ini. Namun untuk berada di titik saat ini, Davies mengaku sempat menjalani hidup yang penuh liku.

Alphonso Davies mencuri perhatian saat Bayern Munchen mengalahkan Borussia Dortmund 1-0 di Signal Iduna Park, Rabu (27/5/2020). Pemain berusia 19 tahun itu menunjukkan kecepatan yang luar biasa di menit ke-32, dimana ia dari tengah lapangan berlari untuk menggagalkan peluang emas yang didapatkan penyerang Dortmund, Erling Haaland.

Menurut catatan Squawka, kecepatan lari Davies untuk menyerobot bola dari kaki Haaland mencapai 35,27 km/jam. Aksi gemilangnya ini otomatis melengkapi sensasi pemuda asal Kanada tersebut.

Di usianya yang masih sangat muda, ia sudah mampu mengunci satu tempat di skuat inti klub sebesar Bayern Munchen. Alphonso Davies sukses membuat David Alaba jadi penghangat bangku cadangan Die Roten untuk sektor bek kiri sepanjang musim 2019/2020 ini.

Tapi dibalik performa impresifnya bersama Bayern, Davies ternyata sempat menjalani hidup yang cukup menyeramkan. Semasa kecil, ia berada dalam kondisi serba sulit karena harus tinggal di kamp pengungsian.

Kehidupan Berat dari Sosok Alphonso Davies

Lahir di kamp pengungsian Buduburam, Ghana, orang tua Davies memang harus meninggalkan Liberia akibat perang saudara yang berkecamuk. Namun peruntungan Davies mendapat berubah setelah orang tuanya memutuskan pindah ke Edmonton, Kanada berkat program dari PBB untuk pengungsi (UNHCR).

“Sulit untuk hidup karena satu-satunya cara anda untuk bertahan adalah kadang-kadang anda harus berani mengangkat senjata.” ungkap ayah Alphonso Davies seperti dilansir dari situs resmi Bundesliga.

“Tapi kami tidak tertarik untuk menembak. Jadi kami putuskan untuk melarikan diri dari sana. Pemerintah memiliki program pemindahan pemukiman, dan mereka berkata kepada kami bahwa ini baik. Kami lalu mengisi formulir dan berhasil pergi ke Kanada setelah melewati wawancara.” jelasnya.


Baca Juga:


Lebih lanjut, ibu Davies mengatakan bahwa dirinya sebenarnya sempat berat melepas Davies berlatih di klub asal Vancouver, Whitecaps yang berjarak 1000 km dari Edmonton, Kanada. Namun, bakatnya yang besar di dunia sepakbola membuat ayah Davies merelakan anaknya yang saat itu baru berusia 14 tahun bergabung di Whitecaps.

“Saya katakan kepadanya, kamu tidak bisa pergi. Kamu masih terlalu muda. Tapi Davies berjanji kepadaku, ‘Mom, biarkan saya pergi, saya akan melakukan sesuatu yang bakal membuatmu bangga.” ucap Ibu Davies, Victoria.

Kini, semua ucapan dan janji Davies kepada keluarganya sudah ditunaikan dengan sempurna. Hanya satu di Whitecaps, Davies berhasil mencatatkan debut sebagai pemain termuda di MLS saat usianya baru 15 tahun. Menginjak usia 17 tahun, Davies diboyong Bayern Munchen dengan nilai transfer 10 juta euro.

Bersama Bayern, Davies jadi pencetak gol termuda di klub tersebut saat merobek gawang Mainz pada 18 Maret 2019 lalu. Satu golnya itu, sekaligus membuat Davies mengukir sejarahnya sendiri yakni menjadi pemain Kanada pertama yang bermain dan mencetak gol untuk raksasa Bundesliga itu.

Selalu update berita bola terbaru seputar Bundesliga hanya di Vivagoal.com