Obrolan Vigo: Claudio Pizarro dan Kehangatannya untuk Bremen
Vivagoal – Berita Bola – Claudio Pizarro bukanlah sosok one man club layaknya Francesco Totti, Paolo Maldini, Paul Scholes dan berbagai nama lain. Namun ia memiliki keterikatan yang lumayan intens dengan Werder Bremen. Tak hanya sekali atau dua kali. Ia pernah mentas bersama Die Werderaner.
Di pertengahan 90an, Pizarro mentas bersama beberapa tim domestik Peru macam Deportivo Pasquero dan Alianza Lima. Rataan golnya membuat sang pemain menarik perhatian tim Eropa yang membutuhkan jasa penyerang dengan rasio gol mumpuni. Pizarro kemudian merapat ke Werder Bremen dengan mahar 1,5 juta Euro pada 1999 lalu.
Dalam periode pedananya selama dua tahun, ia sempat mendulang 38 gol dari 76 laga dalam momen tersebut. Namun perpisahan harus dilalui oleh kedua belah pihak. Seperti layaknya pemain yang brilian di Jerman, hanya tinggal tunggu waktu baginya merapat ke Bayern Munich. Die Roten yang membutuhkan tambahan kekuatan. Mahar 7,5 juta Euro dikeluarkan untuk membawanya ke Bavaria pada 2001 lalu.
Dengan komposisi skuat yang lebih mentereng dari Bremen, Pizarro mentas 6 tahun dari 2001-2006 lalu. Ia total mengoreksi 100 gol. Tak hanya keran golnya yang lebih menyala, ia sempat membantu tim menangi berbagai gelar domestik seperti tiga Bundesliga dan tiga DFB Pokal. Namun perpisahan harus kembali terjadi lantaran Pizarro meminta naik gaji namun Bayern tak mengkehendaki hal itu terjadi.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: David Beckham, Sang Pembuka Ruang Glamor dalam Dunia Sepakbola
- Obrolan Vigo: Arsenal dan Arteta yang Akan Begitu-Begitu Saja
- Obrolan Vigo: Menantikan Momen Kebangkitan Blackburn Rovers
- Obrolan Vigo: Antoine Griezmann dan Kegagalannya Main untuk PSG
Pizarro kemudian menyeberang ke Inggris dan Chelsea menjadi pijakan karir selanjutnya. Namun karirnya di Inggris terkatung-katung di Inggris. Ia sempat mainkan 21 laga pada 2006, namun hanya dua gol yang dilesatkan. Catatan tersebut tak membuat the Blues puas, ia pun dikirim ke Werder dengan status pinjaman. Harapannya, pemain asal Peru bisa menemukan kembali ketajamannya.
Kepulangannya ke Weserstadion disambut gegap gempita fans pada 2007 lalu. Kesempatan kedua itu tak disia-siakan. Gelar DFB-Pokal, gelar pertama sekaligus terakhir bersama klub direngkuhnya. Dana 2 juta Euro kemudian jadi maharnya untuk diikat hingga empat tahun ke depan bersama klub. Dalam periode keduanya, sang pemain sanggup bukukan 89 gol dari 144 laga.
Namun kebersamaan keduanya harus putus lagi. Bayern Munich lagi dan lagi menjadi pengganggu keharmonisan keduanya. Pizarro kembali ke pelukan tim keduanya di Jerman pada 2012. Spesialnya, bersama Die Roten, ia sempat mendulang treble winners di bawah komando Jupp Heynckes pada 2013 lalu.
Namun secara permainan, Bayern tak memberikan menit bermian yang cukup lantaran kehadiran Mario Mandzukic di lini depan. Namun ia masih bisa bertaji dengan gelontoran gol-golnya. Dalam tiga musim, 25 gol sempat direngkuh dalam 71 penampilan. Tiga tahun di Bayern dan mencicipi banyak gelar dan sempat diarsiteki Pep Guardiola. Pelatih asal Spanyol pun tak ragu menyebutnya “yang terbaik dalam pekerjaannya”
“Ia adalah penyerang terbaik yang pernah saya lihat. Saya ingin bertemu dengannya ketika usianya 24-26 tahun. Ia memiliki karakter yang unik,” urainya pada laman Bundesliga. Ketika diasuh Pep, ia sempat mendulang empat gol saat Die Roten menang 9-2 atas Hamburg beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pemain Underrated asal Italia yang Sukses Pegang Peran Penting
- 5 Fakta Pemain Terbaik PSG Sepanjang Masa
- 5 Fakta Rekrutan Terbaik Arsenal di Era Edu Gaspar
- 5 Fakta Pemain Eropa yang Bermain di Liga Brasil
Tiga musim di Bayern membuatnya kembali ke Bremen sebagai pria pasca kontraknya berakhir dengan serangkaian gelar dan catatan gemilang Dua musim dijalani di Bremen mulai dari 2015-2017. Tak ada catatan yang benar-benar spesial. Rasio golnya menurun jauh dibanding dua periode sebelumnya.
Namun pada 2016, sang pemain sempat membukukan hattrick ke gawang Bayer Leverkusen dan membuantya menjadi pencetak hattrick tertua Bundesliga di usia 37 tahun ketika itu. Bahkan di musim keduanya, sang pemain hanya sanggup bukukan satu gol dari 19 laga. Catatan tersebut nampak membuat Bremen kurang suka. Sang pemain pun dilego meski ia sangat ingin bertahan.
FC Koln menjadi destinasi dalam karir sepakbolanya kemudian pada 2017. Bersama mantan tim Lukas Podolski, catatannya sama seperti musim terakhirnya di Bremen. Ia hanya mengepak satu gol dari 16 laga dan hal tersebut membuat karirnya di Cologne hanya bertahan semusim. Tim yang kemudian menjadi perjalanan terakhirnya, jelas Bremen.
Per 2018, ia kembali ke Bremen untuk kali kelima. Sudah jarang gol yang dilesatkan. Namun Pizarro memiliki momen manis pasca hantarkan timnya selamat dari jerat degradasi via fase play-off. Sang pemain pun senang bisa menjadi bagian dari momen krusial yang libatkan timnya.
“Momen play-off merupakan yang terpenting dalam karir saya. Saya selalu senang dengan kehangatan di sini. Saya ingin membalas hal itu melalui gol dan gelar. Berthaan di Bundesliga merupakan hal yang Istimewa bagi saya. Kami menjalani tahun yang sulit dan kami Bahagia,”
Pizarro kemduain putuskan pensiun dari sepakbola pada 2020 lalu. Namun ada sedikit sesal yang tertahan lantaran ia belum bisa hantarkan Timnas Peru mentas di Piala Dunia dan momen itu merupakan hal yang cukup mengganjal bagi karir sang pemain.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com