Obrolan Vgo: Gabriel Batistuta, The Argentinian Assassin

Obrolan Vigo: Gabriel Batistuta, The Argentinian Assassin

Heri Susanto - February 1, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Terbang dan Menjadi Bintang di Italia

Pasca penampilan moncernya bersama Boca Juniors, Batistuta pun melanjutkan karir ke Italia dan bermain untuk Fiorentina. Di musim debutnya, ia sukses menemas 14 gol dalam 30 laga yang dimainkan. Serie A, yang saat itu menjadi Liga terpopuler se-Kolong Langit pun melambungkan nama Batistuta ke permukaan sebagai predator ulung di depan kotak penalti lawan.

Musim kedua, rasio gol Batistuta pun bertambah. Pria yang tekenal dengan rambut gondrongny ini sukses melesatkan 19 gol dalam 35 laga yang dimainkan. Namun sayang, di akhir musim kompetisi. La Viola harus menerima kenyataan pahit dan terdegradasi ke Serie B. Meski demikian, alih-alih hengkang ke tim papan atas lain, Batigol ikrarkan janji setia dan bertahan bersama Fiorentina meski bermain di kasta bawah.

Petualangan Fiorentina di Serie B pun hanya berjalan semusim. Dengan komposisi tim yang jauh berbeda dengan tim lainnya di Serie B, Fiorentina keluar sebagai juara di msum 1993/94. Mereka pun berhak meraih promosi kembali ke kasta tertinggi. Spesialnya, di musim tersebut, Batigol keluar sebagai Top Skor Serie A dengan raihan 26 gol!. Semusim berselang manisnya karir di Italia mulai ia dapatkan.

Baca Juga: Messi Bisa Angkat Pamor Liga Argentina Jika….

Di musim 1995-96, Fiorentina yang diperkuat superstar Portugal, Manuel Rui Costa, Francesco Toldo dan Batigol di lini serang sukses membuat Si Ungu menempati posisi empat di klasemen akhir. Di musim tersebut, gelar mayor pertama Batigol d Negeri Pizza lahir. Ia sukses mempersembahkan gelar Coppa Italia pasca mengalahkan Atalanta dengan Agregat 3-0 dalam dua leg. Di dua laga tersebut, Batistuta sempat mengemas sepasang gol.

Kesuksesesan La Viola mendulang gelar Coppa Italia pun menjadi spesial lantaran fans membuat Patung Batistuta di bangun di depan Stadion Artemio Franchi. Roller coaster pun berlanjut, Fiorentina yang mengemas musim fantastis harus terjungkal.ke posisi 9. Mereka memang sukses mendulang super-coppa Italia dan menembus babak semifinal Piala Winners pasca kalah oleh Barcelona, yang pada akhirnya menjadi juara, dengan skor 3-1 dalam dua leg.

Perjalanan Batistuta bersama Fiorentina pun berhenti di musim kesembilan. Tepat pada akhir musim 1999/00, ia memutuskan hengkang ke As Roma. Ia merasa perjalanannya sudah cukup. Fiorentina gagal menjuarai Scudetto di bawah Batistuta. Kepergian Batigol ke Ibu Kota pun berdampak panjang. Ia menjadi sosok yang dibenci, bahkan patungnya di depan Stadion pun dihancurkan fans. Namun pasca ditinggal Batistuta, Fiorentina langsung berubah menjadi tim yang tak ditakuti lagi di Serie A.

Dengan mahar tak kurang dari 36,2 Juta Euro, Batitstua menjadi pemain termahal yang hengkang di usia 30 tahun. Namun di musim perdananya, kombinasi pemain Brazil, Italia dan Argentina di tubuh I Lupi menghasilkan gelar Scudetto pertama sejak musim 1983 silam. Bahkan gelar tersebut menjadi yang pertama dan terakhir untuk Batigol dan Francesco Totti hingga penutup karir mereka.

Namun satu hal yang paling spesial selain Scudetto yang sukses direngkuhnya yakni kala laga dihelat kontra Fiorentina di Olimpico. Batigol sukses mencetak gol via sepakan volley spektakuler ke gawang mantan klubnya itu. Alih-allih melakukan selebrasi, ia malah menangis tersedu-sedu pasca gol tersebut. Bahkan the Guardian menyebut jika penyerang berambut gondorong tersebut mengungkapkan jika Batistuta telah merobek hati Fiorentina dengan aksinya tersebut.

Tiga tahun membela I Lupi, Bastituta menerima pinangan tim besar lain yakni Inter Milan dengan status pinjaman. Namun di usia yang sudah menginjak 34 tahun, ia tak bisa berbuat banyak, Batistuta hanya mampu bermain sebanyak 12 laga bersama La Beneamata dan hanya mencetak sepasang gol. Setelah itu, kontraknya di Roma tak diperpanjang dan Batistuta pun memutuskan untuk menerima pinangan raksasa Qatar Stars League, Al-Arabi.

Baca Juga: Klub Argentina Ini Bakal Duetkan Iniesta dengan Mascherano

Di Negeri Teluk, ia bermain dengan legenda sepakbola Jerman, Stefan Effenberg. Meski tak mampu mempersembahkan gelar juara, Batigol kembali tajam. Di musim pertamanya, ia sukses mengemas 25 gol sekaligus menjadi rekor gol klub. Namun ia hanya bertahan dua tahun dan memutuskan pensiun di tahun 2005.