Nesta dan Cannavaro

Obrolan Vigo: Tembok Pertahanan Asal Tengah dan Selatan Italia

Dimas Sembada - March 26, 2019
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Nesta dan Cannavaro di Timnas Italia

Selalu menjadi rival di klub, bukan menjadi hambatan saat keduanya menjadi pasangan serasi di timnas Italia. Selepas Piala Dunia 1998, Cannavaro dan Nesta bahu-membahu di jantung pertahanan Italia, dimulai dari Piala Eropa 2000.

Disana Italia hampir menjadi juara sebelum kembali menyerah di tangan Perancis lewat babak golden goal. Keduanya terus menjadi tembok utama Italia di ajang internasional lain.

Nesta dan Cannavaro termasuk dalam skuat Italia yang pergi menuju Jerman. Tetapi terjadinya calciopoli awalnya diprediksi akan membuat mental serta psikologis para pemain terganggu, utamanya duo-tembok pertahanan. Sebesar apapun pengalaman dari sang pemain, bukan berarti akan mudah bagi mereka berdua pulih secara psikologis.

Keduanya memulai perjalanan Piala Dunia 2006 dengan sempurna. Mengalahkan Ghana 2-0, sempat imbang melawan Amerika Serikat, serta mengalahkan Rep.Ceko di pertandingan terakhir fase grup.

Tetapi, penyakit lama kembali menjangkit di tubuh Italia. Asa mereka sempat meninggi karena tahu lawan berikutnya di babak 16 besar adalah Australia, yang secara kualitas diatas kertas jauh berada dibawah mereka. Seketika itu pula Tim Italia mendapati bahwa Nesta mengalami cidera, yang kemungkinan akan absen hingga akhir turnamen.

[irp]

Bukan Italia jika tidak memiliki mental pantang menyerah. Dengan dikomandoi ole Fabio Cannavaro sebagai kapten, Italia mengalahkan Australia di babak 16 besar dan Ukraina di 8 besar. Marco Materazzi tampil sebagai pengganti Nesta yang sedang didera cidera.

Di babak semi final, mereka harus berjumpa dengan sang tuan rumah, Jerman. Dalam pertandingan tersebut, Cannavaro memainkan peran penting bagi timnya. Melawan para pemain yang memiliki postur menjulang Cannavaro tak ciut, Ia membuktikan dengan postur pendek ia bisa dengan menjaga pertahanan Italia dengan baik.

Berhasil menaklukan tuan rumah, Italia dihadapkan oleh musuh lama mereka, Prancis di final. Sempat tertinggal oleh pinalti cantik Zidane. Marco Materazzi berhasil menyamakan kedudukan lewat sundulannya.

Kedua tim bermain dengan performa terbaiknya. Mereka terlibat dalam sebuah pertarungan “gila”. Meski begitu mental Italia menunjukan keperkasaannya, setelah bisa menumbangkan perlawanan Perancis lewat adu pinalti.

[irp]

Nesta memang harus menerima kenyataan yang buruk karena harus menepi hingga akhir Piala Dunia. Tapi Cannavaro bisa menggantikan perannya dengan baik. Bisa jadi, Nesta pun saat itu tidak terlalu risau karena Ia percaya dan paham siapa yang berada disampignya saat menggalang pertahanan Gli Azzuri.

Akhirnya, Italia pun dikenang sebagai Juara Dunia yang memainkan seni bertahan yang sempurna. Semakin lengkap karena Fabio Cannavaro di tahun yang sama dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia atau Ballon d’Or yang hingga kini belum ada lagi seorang pemain bertahan yang bisa meraihnya.

Dua pemain dengan kemampuan tingkat tinggi membantu Italia meraih prestasi tertinggi dunia saat sepak bola Italia sedang membutuhkannya. Satu-satunya cacat dalam karir sepak bola Nesta, mungkin hanya cidera kambuhannya.

Bukan tidak mungkin jika Ia tak memiliki kaki yang sedikit seperti kaca, akan bersaing secara individu dengan rekannya, Fabio Cannvaro. Keduanya  merupakan yang terbaik, membuktikan semangat juang baik di klub maupun tim nasional. Saat mereka dipasangkan, lini pertahanan menjadi tak tertembus dan menampilkan sebuah kemewahan seni bertahan yang unik.

Penulis: Irman Maulana
Editor : Dimas Sembada

Selalu update berita bola terbaru seputar Serie A hanya di Vivagoal.com