5 Fakta Kisah Perjuangan 'Dribble Phantom' Asal Belanda

5 Fakta Kisah Perjuangan ‘Dribble Phantom’ Asal Belanda

Fachrizal Wicaksono - March 15, 2019
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

1.Karir Terlihat Sejak Usia Dini

Marco Van Basten lahir di Utrecht, Belanda pada 31 Oktober 1964 silam. Ia adalah mantan pahlawan timnas Belanda saat negeri tersebut menjuarai ajang Piala Eropa 1988 bersama Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Sementara di tingkat klub, Van Basten lekat dengan Ajax Amsterdam dan AC Milan.

[irp]

Ia menggeluti dunia si kulit bundar sejak usia belia, 6 tahun. Tim pertama yang diperkuatnya yaitu UVV Utrecht selama sembilan musim dan pindah ke USV Elinkwijk. Usia 17 tahun ia mengawali karir seniornya bersama Ajax Amsterdam.

Di Ajax-lah publik mulai mengenal nama Marco Van Basten. Sang penggedor gawang lawan sekaligus pencetak gol terbanyak di Eredivisie selama empat musim berturut-turut. Tiga trofi Eredivisie dan satu Piala Winners ia persembahkan bagi Ajax.

Tahun 1987, ia terbang ke negeri pizza dan bergabung bersama salah satu raksasa Serie A Italia, AC Milan. Langkahnya terbilang tepat karena prestasi dan popularitas Van Basten kian meningkat.

[irp]

Ia mengantarkan Il Rossoneri menyabet gelarScudetto sebanyak empat kali dan trofi Liga Champions dua kali. Disini pula Swan from Utrecht memenangkan pengharagaanBallon d’Or di tahun 1988, 1989 dan 1992.

Bersama timnas, ia sukses mengantarkan de Oranje merengkuh gelar Piala Eropa di tahun 1988. Sungguh ironis, karir gemilangnya sebagai striker kelas dunia harus berakhir begitu saja. Cedera engkel yang menimpanya di tahun 1993 dan tak kunjung sembuh selama dua tahun membuatnya harus gantung sepatu di usia yang masih terbilang produktif sebagai pemain sepakbola, 30 tahun.

Selama aktif sebagai seorang pemain, Marco Van Basten telah melesakkan 218 gol dari 280 penampilannya di berbagai kompetisi kancah klub. Sedang di tingkat nasional, ia mempersembahkan 24 gol. Kini ia berprofesi sebagai asisten pelatih timnas Oranje.