Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Kontroversial Zidane dan Materazzi di Piala Dunia 2006

5 Fakta Kontroversial Zidane dan Materazzi di Piala Dunia 2006

Vivagoal5 Fakta – Pada tanggal 9 Juli 2006, akhirnya tim nasional Italia menjadi juara Piala Dunia setelah mengalahkan Prancis dalam drama adu penalti, 5-3. Keduanya bermain imbang 1-1 selama 120 menit.

Gol penalti cepat dari Zinedine Zidane pada menit ke-7 membawa Perancis unggul lebih dulu. Akan tetapi, sekitar 12 menit kemudian, bek andalan Italia, Marco Materazzi menyamakan kedudukan.

Hanya saja, laga ini juga dikenang dengan insiden kontroversial yang melibatkan kedua pencetak gol tersebut.

Gol mereka berdua seolah-olah sudah ditakdirkan mereka akan menjadi sorotan untuk dikenang. Namun sayangnya, mereka berdua dikenang karena insiden yang tak terpuji.

Zinedine Zidane diusir wasit setelah menanduk Materazzi di tengah pertandingan babak perpanjangan waktu. Dikarenakan diduga ia diprovokasi dengan kata-kata tak pantas oleh pemain bertahan Italia tersebut. Kejadian itu menjadi penutup kariernya yang tak ingin dikenang sepanjang hidupnya.

[irp]

Drama antara keduanya dimulai pada pertandingan babak kedua perpanjangan waktu. Saat itu, Zidane yang tengah berjalan bersama Materazzi, berhenti di depannya dan mendadak menanduk dadanya.

Sang wasit lapangan tak melihat kejadian tersebut dan ia hanya mendapat informasi dari asisten keempatnya. Usai kejadian itu, Horacio Elizondo tanpa ragu memberikan kartu merah.

Itu adalah kartu merah kelima sepanjang kariernya. Zinedine Zidane menjadi pemain yang diusir dalam dua turnamen Piala Dunia berbeda (sebelumnya Piala Dunia 1998).

Vigo telah merangkum 5 Fakta Kontroversial Zidane dan Materazzi di Piala Dunia 2006.

1. Zidane Memiliki ‘Dua Wajah’

Pertanyaan soal siapa legenda terbesar Prancis barangkali akan terjawab mudah dengan satu nam, Zinedine Zidane. Dialah aktor utama Les Bleus ketika mendominasi jagat sepakbola dunia dan Eropa di pergantian milenium. Ditambah dengan kiprah menterengnya di level klub, Zidane sebetulnya layak disandingkan dengan Pele dan Diego Maradona.

Final Piala Dunia 1998 menjadi momen puncak Zidane sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa. Dua gol tandukannya ke gawang Brasil berjasa besar dalam mengantar Prancis menyegel kemenangan gemilang 3-0 dan meraih juara dunia pertama di rumah sendiri.

Akan tetapi, sejarah Piala Dunia mencatat, pemain berkepala plontos ini seperti punya dua wajah. Sementara kemampuannya dalam mengolah si kulit bulat begitu eksepsional, Zizou termasuk salah satu pemain yang kesulitan mengontrol tempramennya.

Dalam penampilannya di tiga edisi Piala Dunia (1998, 2002, dan 2006), Zidane tercatat sebagai pemain yang paling sering diganjar kartu. Rinciannya, eks playmaker Juventus ini mengumpulkan enam kartu kuning dan dua kartu merah sepanjang gelaran putaran final Piala Dunia.

[irp]

Jumlah enam kartu kuning Zidane memang  menyamai koleksi Cafu (Brasil), sedangkan dua kartu merahnya juga setara dengan catatan Rigobert Song (Kamerun). Namun jika jumlah kartu itu digabungkan, Zidane pantas disebut sebagai pemain paling kasar di Piala Dunia.

Jika kartu merah pertama saat fase grup Piala Dunia 1998 melawan Arab Saudi terasa normal, maka pengusiran kedua Zidane di final Piala Dunia 2006 kontra Italia terbilang abnormal karena akan selalu dikenang sebagai salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah sepakbola.

2. Pesta Kartu Piala Dunia 2006

Berbagai momen unik dan rekor menawan tercipta dalam ajang Piala Dunia yang dimenangkan oleh Italia tersebut. Namun, yang paling menyorot perhatian adalah banyaknya keputusan para pemimpin laga yang menjadi kontroversi.

Terdapat 64 laga yang dimainkan sejak fase grup hingga final Piala Dunia 2006. Dari sekian banyak laga tersebut, 16 di antaranya selalu menimbulkan protes. Meski begitu, hanya dua pertandingan saja yang vonis pelanggarannya dianggap paling tidak biasa.

Keputusan wasit paling kontroversial langsung terlihat ketika Kroasia dan Australia memainkan fase penyisihan untuk menentukan runner up Grup F. Saat itu, Graham Poll yang bertugas memimpin laga secara tidak sengaja memberikan tiga kartu kuning untuk mengusir Josip Simunic.

[irp]

Kartu kuning pertama untuk bek Kroasia itu diberikan setelah melanggar Harry Kewell pada menit ke-61. Setelah itu, Poll memberikan kartu kuning kedua lantaran Simunic melakukan pelanggaran di depan matanya pada menit ke-90. Namun anehnya, Simunic baru diusir keluar lapangan ketika Poll mengangkat kartu kuning ketiga pada menit 90+3.

Protes keras dari Federasi Sepak Bola Australia langsung menghantam FIFA setelah pertandingan tersebut. Seluruh media dari belahan dunia maupun pengamat sepak bola juga tidak mau ketinggalan ikut memberikan kritik pedas. Imbasnya, Poll langsung pensiun atau kapok memimpin laga internasional.

Valentin Ivanov mencatatkan namanya sebagai wasit pertama di ajang Piala Dunia yang mengeluarkan empat kartu merah dalam satu pertandingan. Rekor tersebut ia ciptakan ketika memimpin pertandingan Portugal vs Belanda pada babak 16 besar Piala Dunia 2006.

Laga yang dimenangkan Portugal dengan skor tipis 1-0 tersebut memang berlangsung dengan tensi tinggi. Bahkan, Cristiano Ronaldo yang baru berusia 21 tahun harus digantikan pada babak pertama karena tackle keras bek Belanda, Khalid Boulahrouz.

Sama dengan tensi pertandingan, tekanan yang dimiliki Ivanov untuk memimpin pertandingan juga tinggi. Alhasil, ia harus rajin mengeluarkan kartu kuning dan kartu merah untuk menenangkan laga.

[irp]

Dari pihak Portugal, ada Costinha dan Deco yang harus diusir wasit. Sementara itu, dari sisi Belanda, ada Boulahrouz dan Giovanni van Bronckhorst yang menerima kartu merah. Jumlah tersebut belum termasuk dengan delapan pemain lainnya yang menerima kartu kuning.

Seluruh kartu merah yang diberikan Ivanov juga berasal dari akumulasi kartu kuning. Jadi jika ditotal, wasit asal Rusia itu telah mengeluarkan 16 kartu kuning yang mana jumlah tersebut juga menyamai rekor kartu kuning terbanyak dalam satu pertandingan di Piala Dunia.

Kritik pedas langsung menyerang Ivanov seusai pertandingan tersebut. Kedua belah pihak yang bertanding (timnas Portugal dan Belanda) maupun FIFA ikut memcibir buruknya kepemimpinan Ivanov. Namun, sikapnya yang rajin memberi kartu itu sempat dibela oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman.

3. Zidane Banyak Omong Sebelum Menanduk Materazzi

Terjadi insiden tandukan Zinedine Zidane kepada Marco Materazzi pada final Piala Dunia 2006. Namun, masih ada yang mengganjal dalam benak Materazzi, di mana dia tak merasa telah melakukan provokasi berlebihan. Materazzi mengatakan, bahwa saat itu dia hanya bicara tentang adik perempuan Zidane, bukan ibunya.

Ditambahkannya, dia berbicara demikian lantaran Zidane terus mengoceh dan mengeluh perihal kostumnya yang ditarik saat terjadi tendangan sudut.

“Saya bermaksud menghentikan lompatannya dan melakukan sedikit tarikan. Sebenarnya itu adalah hal-hal standar yang terjadi ratusan kali pada setiap pertandingan,” ucap Materazzi, sebagaimana dilansir Football-Italia.

Zidane, kata Materazzi, terus-menerus bicara mengenai kostumnnya yang ditarik. Padahal, dia merasa sudah meminta maaf. “Dia bilang, jika saya ingin kostumnya, saya bisa mendapatnya usai laga. Dia tak berhenti. Jadi saya berkata, ‘daripada kostum, saya lebih ingin adik perempuanmu’. Hanya itu,” lanjutnya.

[irp]

Selain itu, Materazzi juga mengatakan kalau reaksi Zidane terlalu berlebihan. Menurutnya, meskipun kasar, kata-kata seperti itu biasa diucapkan dalam satu pertandingan sepakbola, mulai dari level jalanan hingga internasional.

“Mungkin itu karena adrenalin, mungkin juga karena kelelahan. Tapi, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar sulit dimengerti. Dia berjalan menuju saya, dan tiba-tiba menanduk saya di dada,” kata Materazzi.

4. Zidane Tak Sudi Minta Maaf dengan Materazzi

Rasa sakit yang dialami Zinedine Zidane karena dilecehkan Marco Materazzi pada final Piala Dunia 2006 tampaknya begitu dalam. Bahkan, dia tak mau memaafkannya, juga tak mau meminta maaf karena telah menyeruduk dadanya. Baginya, lebih baik mati daripada meminta maaf kepada Materazzi.

“Saya hanya akan meminta maaf kepada sepak bola, para suporter, dan tim,” katanya kepada surat kabar Spanyol, El Pais, yang diterbitkan Senin (1/3/2010).

Pada final Piala Dunia 2006 antara Perancis dan Italia, Materazzi memang memprovokasi Zidane. Dia melecehkan ibu dan adik perempuannya. Sontak, Zidane marah dan berbalik menyeruduk defender Italia itu hingga terjatuh.

Zidane pun terkena kartu merah dan Perancis akhirnya kalah dalam adu penalti. “Setelah pertandingan itu, saya masuk ruang ganti dan mengatakan kepada mereka (tim) saya minta maaf.

[irp]

Saya tidak akan mengubah sesuatu. Tetapi, untuk Materazzi, saya tidak bisa. Tidak akan pernah, tidak pernah. Rasanya tidak terhormat jika saya meminta maaf kepadanya,” ungkapnya.

“Saya meminta maaf kepada siapa saja, tapi bukan kepada Materazzi. Saya lebih baik mati (daripada meminta maaf ke Materazzi). Banyak orang jahat dan bahkan saya tak mau mendengar dia bicara,” tegasnya.

“Banyak hal terjadi di lapangan. Hal semacam itu sering terjadi terhadap saya. Tetapi dalam peristiwa itu, saya tidak bisa mengendalikan diri. Jika meminta maaf, maka sama saja saya membenarkan tindakannya. Bagiku, ucapannya tak normal,” tambahnya.

5. Kisah Wasit Sampai Putuskan Kartu Merah ke Zidane

Pagelaran Piala Dunia 2006 ternyata masih menyisakan kisah menarik. Pesta akbar sepakbola yang digelar di Jerman ini, menjadi buah bibir di kalangan fans sepak bola terkait dengan insiden tandukan Zinedine Zidane kepada Marco Materazzi pada laga Italia kontra Prancis di babak final.

Dan, kejadian yang menghebohkan itu, kembali diungkap Horacio Elizondo, wasit yang memimpin laga tersebut. Kepada majalah The Blizzard, seperti dilansir Football Italia, Jumat (29/11/2013), Elizondo menceritakan pengalamannya malam itu di Berlin. Dia tidak menyadari keputusannya itu akan menimbulkan reaksi besar.

“Jelas, setelah pertandingan saya menyadari bahwa itu adalah keputusan besar, karena media juga memberikan reaksi besar untuk itu,” kata Elizondo.

Menurut Elizondo, ketika Materazzi jatuh ke tanah, bola berada di ujung lapangan lain. Bahkan, dirinya sempat membunyikan peluit atas pelanggaran handball dan memberi tendangan bebas.

[irp]

Namun, ketika itu perhatian mulai tertuju ke arah Materazzi berbaring di lapangan. “Saya ingat pada saat itu aku melihat dia (Materazzi) tergeletak di rumput. Saya menunggu untuk melihat apakah dia bangun, tapi dia tidak bangun… tidak bangun… tidak bangun, dan akhirnya saya menghentikan pertandingan,” kenang Elizondo.

Elizondo menceritakan, jarak dirinya ke tempat Materazzi sekitar 25 atau 30 meter. Karena itu dia langsung bertanya kepada asistennya, Dario Garcia. “Dario, apakah Anda melihat apa yang terjadi? Mengapa dia tergeletak?”

Namun, Dario juga memberitahu bahwa dia juga tidak melihat kejadiannya. “Saya melihat dia di sana, tapi tidak melihat apa yang terjadi,” jawabnya.

“Lalu saya bertanya asisten wasit lainnya, Rodolfo, yang berada di bagian lain lapangan tanpa banyak berharap, karena dia juga sangat jauh.”

Saat itulah Elizondo mulai diliputi keraguan, meski jelas telah terjadi sesuatu. Hingga akhirnya terdengarlah suara asisten keempat, Luis Medina Cantalejo, di headset. Dia berkata. “Horacio, Horacio, aku melihatnya,” katanya. “Sebuah tandukan keras dari Zidane pada Materazzi, tepat di dadanya. Tidak tahu mengapa. Aku hanya melihat tandukan itu.”

[irp]

Elizondo kemudian bertanya kepada Cantalejo mengapa Zidane menanduk Materazzi, dan apakah Materazzi telah melakukan sesuatu sebelumnya. Namun, Cantalejo mengaku tidak mengetahuinya, dan hanya melihat tandukan tersebut.

Akhirnya, Elizondo pun memutuskan untuk memberikan Zidane kartu merah. Meski dia juga menyadari tidak benar mengeluarkan kartu begitu saja. Namun, semua orang harus memahami jika seorang asisten memang bertugas membantu wasit membuat keputusan. “Saya hanya mengatakan kepadanya agar tetap fokus,” ujarnya.

“Jika asisten memanggil, semua orang tahu itu karena dia akan mengatakan sesuatu. Itu sedikit menyamar, tetapi berisi beberapa kebenaran tentang bagaimana keputusan itu diambil,” pungkasnya.

Selalu update berita bola terkini seputar sepakbola dunia hanya di vivagoal.com

Exit mobile version