Vivagoal – Berita Bola – Eropa kerap menjadi barometer karir yang mencitrakan pencapaian para pesepakbola. Meski begitu, nyatanya ada beberapa nama legendaris yang sama sekali tak mentas di Eropa. Semua nama yang tersemat berasal dari Amerika Selatan.
Mayoritas pesepakbola asal Amerika Selatan melakukan migrasi ke Eropa guna mencapai level permainan tertingginya. Sejak era Diego Maradona hingga Vinicius Jr, talenta asal CONMEBOL kerap berseliweran di Eropa. Beberapa di antara mereka bahkan menuai status sebagai legenda di Benua Biru.
Ronaldo Nazario, Ronaldinho, Alvaro Recoba, Javier Zanetti hingga Lionel Messi sudah membuktikan hal tersebut bersama klubnya masing-masing. Bahkan, beberapa nama di atas juga sempat catatkan pencapaian tertinggi kala mentas untuk negaranya masing-masing.
-Copa America winner.
-Top scorer Copa America.
-Top assister Copa America.
-Best player Copa America.
-Copa Del Rey winner.
-La Liga Top scorer.
-South America highest goal scorer.The greatest footballer ever. Next up, 2022 WORLD CUP CHAMPION!
7TH BALLON D’OR!#LM7 https://t.co/Mh0W4GMvSf pic.twitter.com/gvVvQl67oW
— Kenny Mlay (@PapiiKennyy7) November 26, 2021
Tak hanya sukses mencatatkan pencapaian dalam bentuk prestasi, sisi finansial juga membuat mereka mampu memperbaiki taraf hidup kala mentas di Eropa. Bahkan jika usia sudah mencapai akhir, sisi finansial juga tetap bisa distabilkan andai pemain top Amerika Selatan mau merajut karir di Asia ataupun Amerika Serikat.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pembelian Chelsea yang Bakal Disesali
- 5 Fakta Penjualan Termahal yang Dilakukan Tim Bundesliga
- 5 Fakta Pemain Eropa yang Pernah Main di Amerika Selatan
- 5 Fakta Penjualan Termahal yang Dilakukan Tim Bundesliga
Meski begitu, lima nama yang tersemat di bawah seakan tak membutuhkan Eropa untuk buktikan status sebagai untuk tetap dikenang sebagai pemain hebat. Para nama-nama di bawah menepikan Liga Champions dan tampil kompetitif di Copa Libertadores sebagai kompetisi tandingan di zona CONMEBOL
Mungkin, Ada banyak faktor yang mendasari para pemain untuk tak hengkang ke Eropa seperti kultur yang berbeda, kenyamanan hingga tak perlu membuktikan apapun. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya.
- Pele
Legenda sepakbola Hungaria, Ferenc Puskas pernah bilang kepada laman FIFA jika pemain terbaik di dunia sepakbola adalah Alfredo di Stedano. Namun ia tak memasukan nama Pele lantaran Puskas merasa jika kapasitas Pele ada di luar pespeakbola terbaik.
Tak hanya Puskas, beberapa pemain terbaik dunia macam Bobby Charlton, Johan Cruyff dan Juste Fontaine juga memiliki pemikiran yang sama jika tak ada yang bisa menyaingi Pele meski nama Garrincha bisa diperdebatkan.
On This Day, 65 years ago, a young gentleman by the name of @Pele played his first international match.
He scored at the @maracana, becoming Brazil’s youngest ever goal scorer.
The start of a 𝒗𝒆𝒓𝒚 special story…🇧🇷🪄@CBF_Futebol | @SantosFC pic.twitter.com/J2vofWTKVt
— FIFA.com (@FIFAcom) July 7, 2022
Selama karir sepakbolanya, Pele banyak menghabiskan waktu di Santos. Ia pernah memenangi tiga Piala Dunia bersama Selecao. Ia pernah mentas sebentar di Amerika Serikat bersama New York Cosmos. Ia pernah mengklaim jika mendapatkan tawaran dari berbagai tim Eropa macam Real Madrid, Bayern Munich dan Inter Milan. Namun ia menolak asa untuk menyeberang ke Benua Biru.
“Saya merasa nyaman di Brasil dan Santos adalah tim seumur hidupku. Hanya di akhir karierku saja saya menerima bermain di Cosmos di kota New York sebagai pengalaman dan untuk mempromosikan sepak bola di negara itu,” terang Pele kepada Daily Telegraph dikutip dari Futbol Retro.
- Garrincha
Jauh sebelum nama Diego Maradona dikenal, Brazil memiliki pemain yang lihai mendribel bola dalam wujud Manuel Francisco dos Santos, nama asli Garrincha. Ia sempat tampil di Piala Dunia 1958 namun sinarnya tertutup oleh Pele
Namun di Piala Dunia 1962, Garrincha sukses mendapatkan sorot lampu tatkala dirinya mampu menjadi pemain terbaik di turnamen tersebut sekaligus hantarkan negaranya menjadi juara. Andai Pele tak ada di generasi yang sama, Garrincha bisa menjadi pemain terbaik yang pernah dimiliki Selecao.
Untuk karir klub, Garrincha banyak habiskan waktu di Botafogo. Ia tak pernah mentas keluar Brazil pasca meninggalkan A Estrela solitaria. Meski begitu, dunia sudah mengakui kehebatannya. FourFourTwo memasukkannya di urutan 11 pada daftar 100 pemain terbaik sepanjang masa.
- Gerson
Gerson memiliki peran yang vital di lini tengah Brazil. Ia memiliki passing yang lumayan apik ke lini depan. Kelihaiannya tersebut membuat lini depan Selecao termanjakan. Ia juga pernah hantarkan Negeri Samba mendulang Piala Dunia 1970.
Sosok kelahiran Neterol banyak habiskan waktu bermain di Botafogo bersama pemain penting Brazil lain macam Garrincha, Didi, Jairzinho and Zagallo. Sebelumnya, ia sempat memperkuat Flamengo dan dua tim Brazil lain macam Sao Paulo hingga Fluminense tanpa pernah menginjakan kaki di Eropa.
9 July 1972
Brazil beat Portugal 1-0 in the final of the Independence Cup in the Maracana, Jairzinho scoring
Gerson lifted the trophy and he never played for Brazil again
— Volante57🇧🇷 (@volante57) July 8, 2022
Di tahun 1970, Brazil seakan menjadi representasi tim yang ideal lantaran banyak nama besar dalam skuat. Bahkan Selecao menggunakan 5 pemain dengan tipikan nomor 10 di lini tengah. Gerson ditarik sedikit ke belakang guna menjadi Deep Flying Playmaker. Ia punya kekuatan tendangan jarak jauh yang bisa menjadi pembeda dalam pertadningan.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Piala Indonesia Bakal Digelar, Asa Klub Nasional ke Asia Melebar
- Obrolan Vigo: Marko Marin, Wonderkid Jerman yang Karirnya Nelangsa
- Obrolan Vigo: Nomor 9 di Chelsea Adalah Kutukan?
- Obrolan Vigo: Kevin De Bruyne yang Jadi Penyesalan Terbesar Chelsea
- Obdulio Varela
Obdulio Varela pernah memenangkan Piala Dunia 1950 bersama Uruguay. Di level klub, namanya cukup harum bersama Penarol yang dibelanya pada rentang 1943 hingga 1955. Bersama tim asal Montevideo, ia pernah menangkan enam gelar domestic.
Varela memiliki nickname sebagai “El Negro Jefe” lantaran kepiawaiannya dalam memimpin tim. Varela punya kemampuan sebagai penggalang pertahanan yang apik di lini tengah dan kemampuan distribusi bola yang baik.
1950 – Obdulio Varela and Brazilian captain Augusto meet before the World Cup title match in Maracana Stadium [🇧🇷 1-2 🇺🇾] pic.twitter.com/gYxMd7ICpo
— Uruguay Football ENG (@UruguayFootENG) July 4, 2022
Selain itu, sebagai seorang pemimpin, ia memiliki semagat yang bergairah kepada rekan setimnya untuk menyingkirkan semua hal yang bisa membuat performa goyah di lapangan.
“Singkirkan semua orang dalam pikiranmu. Jangan lihat ke atas. Pertandingan dimainkan di lapangan dan jika kita menang, tak akan terjadi apa-apa,” ungkapnya pada laman FIFA sebelum kick off Final Piala Dunia 1950. Dalam laga tersebut, Uruguay menang 2-1 atas Brazil.
- Elias Figuero
Jauh sebelum era Marcelo Salas dan Ivan Zamorano atau Alexis Sanchez, Cile memiliki salah satu pemain terbaik dalam diri Elias Fugueroa. Pemian yang berposisi sebagai palang pintu handal yang penrah dimiliki El Rojo.
Figueroa sempat habiskan karir di Uruguay bersama Penarol. Ia sempat menjadi pemain terbaik selama tiga musim dalam enam tahun karirnya di Montevideo. Setelahnya, ia sempat habiskan karir di Internacional dan namanya juga penrah menjadi pemain terbaik dua kali.
Agosto de 1988.
Leonel Sánchez, Carlos Caszely, Elías Figueroa, Sergio Livingstone y Enrique Hormazábal se juntaron para tomar la mejor foto en la historia del fútbol chileno. pic.twitter.com/zKHtc1K47R
— Patricio Echague R. (@patoechague) April 2, 2022
Figueroa pernah juga menjadi pemain terbiak di Piala Dunia 1974 lantaran kepiawaiannya membaca permainan. Pele bahkan pernah memuji tinggi peran pemain yang kerap dijuluki Don Elias. “Ia adalah palang pintu terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepakbola Amerika secara keseluruhan,” ungkapnya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com