Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Manajer Kulit Hitam di Premier League

5 Fakta Manajer Kulit Hitam di Premier League

Vivagoal Berita Bola Premier League saat ini banyak ditukangi pelatih dengan nama yang lumayan besar. Namun jarang dari mereka yang memiliki kulit berwarna. Meski begitu, di masa lampau ada beberapa juru taktik yang pernah membesut kesebelasan di tier atas piramida sepakbola Inggris.

Saat ini, hanya ada Nuno Espirito Santo yang menjadi representasi pelatih kulit hitam di musim 2024/25. Pelatih Nottingham Forest berbagi tempat dengan berbagai nama top macam Arne Slot (Liverpool), Pep Guardiola (Manchester City) hingga Unai Emery (Aston Villa) di jajaran manajerial.

Nama Santo memang lumayan sering berkiprah di Inggris. Sejak 2017, ia sudah berkiprah di Negeri Raja Charles sejak 2017 hingga 2021 dengan membesut Wolverhampton Wanderers. Ia menjalani karir singkat di Tottenham Hotspur dan singgah sejenak di Al-Ittihad. Sejak 2023, ia membesut Nottingham Forest.

Sumber: teamtalk

Dalam karirnya, mantan kiper Timnas Portugal sempat mendulang prestasi dalam wujud EFL Championship. Ketika membuest Al-Ittihad, ia pernah hantarkan Karim Benzema dan kolega mendulang double winners dalam wujud Saudi Pro League dan Saudi Super Cup. Catatan tersebut lumayan mumpuni dan karirnya sebagai manajer sudah mulai diperhitungkan.


Baca Juga:


Meski jarang, nyatanya ada beberapa nama kulit berwarna yang menukangi tim Inggris di masa lampau atau ketika kompetisi sudah berganti menjadi era Premier League. Mereka yang berstatus sebagai pelatih kulit hitam di tier atas sepakbola Inggris banyak yang mengecap karir manis kala mentas sebagai pemain.

Tak hanya itu, beberapa dari mereka juga ada yang sempat mendulang status sebagai juara. Dari 5 nama yang tersemat, ada beberapa nama yang masih melatih selayaknya Santo. Namun ada pula yang sudah tak menukangi tim manapun. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya.

  1. Patrick Vieira
Sumber: iNews

Reputasi Vieira sebagai pemain tak perlu diragukan lagi. Dirinya merupakan representasi Arsenal di lini tengah. Ia tak ubahnya seperti bendera klub. Kontribusi besarnya bagi Gunners tak perlu diragukan lagi. Namanya juga tersemat sebagai bagian dari invicible di musim 2003/04 lalu.

Vieira pernah malang melintang memperkuat tim sebelum putuskan pensiun pada 2011. Pada 2013, ia sempat menukangi tim muda Manchester City dan menghantarkan tim menjadi juara. Karirnya berlanjut ketika menukangi New York City FC, OGC Nice dan sempat dipercaya tukangi Crystal Palace.

Bersama tim asal London Timur, ia pernah hantarkan tim melaju ke semifinal Piala FA di musim 2021/22 lalu. Namun asa mereka keok dari Chelsea. Rasio kemenangannya ada di angka 29,73 persen dari 89 laga yang dimainkan di lintas kompetisi. Pasca dipecat, ia menukangi Strasbroug dan hantarkan tim selamat dari jerat degradasi di Ligue 1 musim 2023/24 kemarin.

  1. Vincent Kompany
Sumber: Football 365

Vincent Kompany pernah mendulang serangkaian gelar domestik ketika mentas bersama Manchester City. Dirinya juga mendapatkan privilase lantaran pernah dilatih Pep Guardiola di akhir karirnya bersama the Sky Blues. Sosok asal Belgia kemudian banting setir menjadi pelatih tim masa kecilnya, Anderlecht di musim 2019-2022 sebagai player-manager dan manajer tim utama.

Ia pernah hantarkan timnya menjadi runner up Piala Belgia di musim 2021/22. Setelah Anderlecht, ia mendapatkan kesempatan menulangi Burnley yang kala itu mentas di Championsip. Vinnie membuat timnya sulit dikalahkan dan memperagakan sepakbola menyerang berbasis penguasaan bola. Ia juga sempat hantarkan timnya mendulang juara Championship sekaligus tiket mentas di Premier League.

Namun kiprah the Clarets di tier atas rontok. Ia tak bisa berbuat banyak. Timnya hanya mampu mendulang 24 poin dan duduk di petingkat 19. Timnya terdegradasi. The Athletic bahkan menyebut jika Kompany merupakan “sosok yang naif secara taktis, keras kepala dan kurang berpengalaman.” Meski catatannya buruk, ia masih dipercaya menukangi Bayern Munich di musim 2024/25 dan masih membawa tim ke jalur kemenangan dari tiga laga yang dimainkan.

  1. Jean Tigana
Sumber: Fulham

Sebagai pemain, Tigana memiliki catatan yang mumpuni dengan hantarkan Bordeaux menjuarai berbagai gelar domestik di Prancis pada medio 80an. Prestasi serupa pernah diberikan pada Marseille dan Timnas Prancis sempat ia hantarkan menjadi juara Euro 1984.

Di awal 90an, ia sempat menjadi pelatih Lyon dan AS Monaco. Tim yang disebut terakhir pernah dihantarkan menjadi juara Ligue 1 dan Piala Super Prancis. Karirnya di Inggris hadir di awal tahun 2000an ketika mendapatkan tawaran dari Fulham. Ia sempat habiskan tiga musim di Craven Cottage.

Di tangannya, Fulham sempat dihantarkan menjadi juara First Division di musim perdananya. Semusim berselang, gelar Piala Intertoto sempat direngkuh. Meski sempat hantakran tim ke Eropa, dirinya justru dipecat. Hal itu membuatnya mengajukan tuntutan pada tim London Barat dan ia memenangkan gugatan serta menerima kompensasi lebih dari dua juta paun. Dalam tiga musim, catatan kemenangannya ada di angka 46 persen.


Baca Juga:


  1. Chris Hughton
Sumber: HITC

Di era Hughton aktif sebagai pemain, ia menjadi saksi bagaimana Tottenham Hotspur mendulang kejayaan di medio 80an. Dua gelar Piala FA sempat dipersembahkan plus satu Piala UEFA. Setelahnya, klub mengalami paceklik prestasi.

Sosok yang memperkuat Republik Irlandia kemudian memiliki jejak panjang sebagao pelatih. Ia sempat beberapa kali menjadi manajer interim Spurs di Premier League, Karirnya dimulai pada 2009 ketika membesut Newcastle United dan membantu Magpies mendulang EFL Championsip di musim 2009/10 lalu.

Beberapa tim sempat ditukangi pasca Newcastle mulai dari Birmingham City Norwich City, Brighton, Nottingham Forest dan terakhir kali namanya beredar ketika menulangi Timnas Ghana di awal 2024 kemarin. The Seagulls sempat dihantarkan menjadi runner up Championship di musim 2016/17 lalu

  1. Rudd Gullit
Sumber: Chelsea

Gullit memiliki banyak momen manis dalam karirnya sebagai pemain. Ia dua kali menjadi juara Eredivisie bersama Feyenoord dan PSV di medio 80an. TImnas Belanda dihantarkan menjadi juara Euro 1988 dan namanya juga tersemat dalam trio Belanda AC Milan di akhir 80an yang sukses mendulang berbagai kejayaan di kancah domestik maupun Eropa.

Karirnya sebagai pelatih hadir ketika menjadi player manager di Chelsea pada 1996-1998 lalu. Gelar Piala FA sempat ia persembahkan untuk tim London Barat itu. Setelahnya, ia membesut Newcastle United pada 1998/99. Karirnya di St James Park hanya berjalan semusim lantaran terlibat berbagai friksi dengan pemain dan rentetan hasil kurang memuaskan bersama tim asal tyne and wear.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version