5 Fakta Pemain Underrated asal Italia yang Sukses Pegang Peran Penting
- Antonio Di Natale
Di Natale layak disebut sebagai pemain paling underrated. Bagaimana tidak, dalam karirnya, penyerang kelahiran Napoli, 47 tahun silam tak pernah mentas bersama tim besar. Ia hanya memperkuat Empoli, Iperzola, Varase, Empoli hingga pensiun bersama Udinese.
Namun untuk urusan mencetak gol, kapasitasnya tak perlu diragukan di kancah Serie A, 209 gol terpatri atas namanya dalam 445 laga yang dilakoni. Dalam periode tersebut, ia juga turut mendulang 68 assist untuk berbagai tim. Toto juga pernah dua kali menjadi top skor Serie A pada musim 2009/20 dan 2011/12.
Catatan gemilangnya tersebut hadir ketika sang pemain memperkuat Udinese. Bersama Zebra kecil, ia sempat mentas 12 tahun. Dalam periode tersebut 227 gol sukses direngkuhnya. Catatan tersebut membuatnya sukses menjadi penampil terbanyak di tim dan pencetak gol sepanjang masa Udinese. Namun sayang, tak ada silverware yang sempat direngkuhnya.
- Dario Hubner
Para penyerang biasanya selalu menjaga kondisi prima agar bisa mencetak gol ke gawang lawan. Namun Hubner seakan mempersetankan hal tersebut. Ia kerap tertangkap kamera merokok bahkan ketika berada di bangku cadangan. Per hari, ia bisa menghabiskan satu setengah bungkus rokok. Namun hal tersebut tak menghalanginya menjadi predator berbahaya di mulut gawang.
Btw, Dario Hubner ini mungkin menjadi satu-satunya (atau salah satu) pemain yang pernah menjadi top skor di 3 level sepak bola Italia.
1991-92: top skor Serie C1 bersama Fano Calcio
1995-96: top skor Serie B bersama Cesena
2001-02: top skor Serie A bersama Piacenza.Ini hanya⦠pic.twitter.com/Sr0ipehKBJ
β SERIE A LAWAS (@SerieA_Lawas) December 6, 2023
Hubner pernah menjadi top skor Serie A di musim 2001/02 bersama David Trezeguet dengan 24 gol. Catatan gol tersbeut terbilang luar biasa lantaran ia hanya mentas bersama Piacenza. Selain itu, ia juga memiliki jejak yang unik lantaran tak pernah mentas bersama tim besar.
Karirnya dimulai di usia 20 tahun. Ia sempat bekerja sampingan sebagai pandai besi. Ia juga hanya memperkuat berbagai tim semenjana macam Cesena, Brescia, Perugia hingga tim tier bawah macam Orsa Conte Franca dan mengakhiri karir di usia 44 tahun bersama Cavenago. Total, sang pemain pernah mendulang 242 gol dari 562 laga. Ia juga belum pernah dipanggil Timnas Italia.
- Claudio Marchisio
Jebolan akademi Juventus ini tak memiliki karir yang mulus. Ia harus disekolahkan semusim ke Empoli dalam awal karirnya. Setelahnya, ia tak langsung menjadi pemain utama dan memulai segala sesuatunya dari bawah. Marchisio harus bersaing dengan berbagai pemain lain untuk mengamankan satu tempat sebagai starter.
Ia hadir di masa transisi Juve pasca Calciopoli. Peranannya sering tertutup pemain lain. Ketika si Nyonya Tua diarsiteki Antonio Conte dan mengais ulang kejayaan mereka, namanya hadir bersama berbagai sosok beken lain macam Paul Pogba, Andrea Pirlo dan Arturo Vidal. Keempatnya membentuk komposiisi diamond yang hantarkan Juve memenangkan semua gelar yang tersedia di Italia.
Pemilik 55 caps di Timas Italia menghabiskan 12 tahun d Juventus dan sempat mainkan 262 laga dan mengepak 30 gol serta 32 assist bagi tim. 7 Scudetto, empat Coppa Italia dan tiga Piala Super Italia menjadi sumbangsihnya bersama Nyonya Tua. Marchisio mengakhiri karir pada 2019 di raksasa Rusia, Zenit St Petersburg.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Arsenal dan Arteta yang Akan Begitu-Begitu Saja
- Obrolan Vigo: Menantikan Momen Kebangkitan Blackburn Rovers
- Obrolan Vigo: Antoine Griezmann dan Kegagalannya Main untuk PSG
- Obrolan Vigo: Kestabilan Proyek Adi Hutter Bersama AS Monaco
- Matteo Darmian
Darmian bisa bermain sama baiknya baik di sisi kanan maupun kiri ketika mentas sebagai fullback. Saat ini, dalam karirnya di Inter Milan, ia hanya dianggap sebagai pelapis. Namun banyak tim yang menginginkan jasa sang pemain untuk hadir mengarsir lapangan.
Darmian yang merupakan jebolan akademi Milan namanya mulai terangkat ketika mentas di Torino dalam kurun 2012 hingga 2015 lalu. Hal tersebut membuat Manchester United merekrutnya pada 2016. Ia sempat hantarkan United mendulang treble mini. Namun performanya di Inggris jauh dari kata mengesankan.
Thumbs up π if you’re ready for the new season π€π @inter#inter #forzainter #training pic.twitter.com/HJnY2XJpp7
β Matteo Darmian (@DarmianOfficial) July 24, 2024
Pasca empat musim hadir dalam hingar bingar Premier League, sang pemain putuskan mudik ke Italia pada 2019 dengan Parma sebagai destinasi. Setelah I Gialoblu terdegradasi, Inter Milan menampungnya pada 2020 dan ia masih menjadi bagian krusial bagi La Beneamata di lini belakang.
- Davide Calabria
Jebolan akademi AC Milan tak pernah melalui jalan yang mulus untuk menjadi pemain utama sejak hadir ke tim pada 2015 silam. Namun perlahan, Stefano Pioli memberikan kepercayana padanya untuk mengarsir sisi kanan pertahanan. Ia memiliki kecepatan dan stamina untuk melakukan penetrasi hingga ke lini depan. Calabria memiliki elemen penting sebagai fullback modern yang bisa bermain sama baiknya ketika tim menyerang maupun bertahan.
Permainannya mungkin tak seeksplosif Theo Hernandez di sisi kiri. Meski begitu, ia terbilang lebih lengkap. Namun Milan sekaan meremehkan dirinya dengan lebih sering memainkan Alessandro Florenzi. Saat ini, sang pemain sudah mengoleksi 263 laga di lintas kompetisi dan mendulang 9 gol serta 21 assist bagi tim.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com