Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Ajax Amsterdam adalah Contoh Nyata Pentingnya Direktur Olahraga

Analisa Vigo: Ajax Amsterdam adalah Contoh Nyata Pentingnya Direktur Olahraga

Sumber: Twitter @AFCAjax

VivagoalBerita BolaAjax Amsterdam menjadi klub tersukses yang pernah dimiliki Belanda. Namun, nasibnya saat ini berbandin terbalik dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut menjadi bukti betapa pentingnya peran Direktur Olahraga dalam sebuah klub.

Dibandingkan Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, atau Prancis, sepakbola Belanda memang jauh dari kata menarik. Tidak banyak pecinta sepakbol di dunia, terutama di Indonesia, yang memperhatikan pertumbuhan sepakbola Negara Kincir Angin ini.

Namun, mereka tetap memiliki klub-klub yang ternama di daratan Eropa, bahkan bisa bersaing di Liga Champions. Salah satu dari sekian klub yang ada di Eredivisie (kasta tertinggi sepakbola Belanda), Ajax Amsterdam menjadi yang terbaik.

Ajax merupakan klub ternama yang lahir di Ibukota Belanda, Amsterdam, pada 18 Maret 1900. Klub yang berjuluk de Godenzonen ini telah menjuarai Eredivisie sebanyak 36 kali dan menjadi yang terbanyak, jauh mengungguli PSV Eindhoven (24 gelar) atau Feyenoord Rotterdam (15 gelar).

Sumber: Twitter @AFCAjax

Klub yang identik dengan jersei berwarna putih-merah ini menjadi tempat kelahiran banyak pemain-pemain terbaik dunia. Marco van Basten, Frank Rijkaard, Dennis Bergkamp, Clarence Seedorf, Edwin Van der Sar, hingga Johan Cruyff merupakan alumni Ajax dahulu.

Di kancah Eropa, de Godenzonen juga menjadi salah satu klub yang mendapatkan respect tim-tim lainnya. Pasalnya, mereka menjadi salah satu tim yang berhasil meraih tiga gelar Liga Champions berturut-turut pada musim 1970/71, 1971/72, dan 1972/73.

Sayangnya, pasca kepergian pemain-pemain terbaiknya ke negara Eropa lainnya, keikutsertaan Ajax di Liga Champions tidak lagi diperhitungkan. Mereka sering menjadi bulan-bulanan tim-tim Eropa lainnya.


Baca Juga:


Namun, saat Erik ten Hag hadir menjabat sebagai pelatih di musim 2017/18, Ajax menjadi tim yang fantastis. Diisi oleh beberapa nama hebat seperti Andre Onana, Matthijs de Ligt, Noussair Mazraoui, Donny van de Beek, Hakim Ziyech, dan Kasper Dolberg, de Godenzonen melawan semua keraguan di Liga Champions.

Mereka berhasil lolos ke babak 16 besar usai menjadi runner-up grup E yang diisi oleh Bayern Munich, S.L. Benfica, dan AEK Athens. Di babak 16 besar, hampir semua orang meyakini jika Ajax akan tersingkir karena lawan mereka adalah Real Madrid.

Tetapi, mereka menghadirkan cinderella story. Setelah kalah 1-2 di leg pertama, anak asuh Erik ten Hag mampu membalikkan keadaan dan membantai Los Blancos dengan skor 4-1 di leg kedua, sehingga lolos ke perempat final dengan agregat skor 5-3.

Kisah magis mereka tidak berhenti di situ, di babak perempat final melawan Juventus FC, Ajax juga berhasil menang dengan agregat 3-2. Semua berharap jika Ajax bisa melangkah ke final dan menjadi juara Liga Champions 2017/18.

Sayangnya, langkah mereka terhenti di semifinal usai ditaklukkan oleh Tottenham Hotspur dengan agregat 3-3. Tottenham pantas melangkah ke final akibat gol tandang, dan mimpi Ajax hancur akibat gol Lucas Moura di injury time.

Meskipun gagal memberikan gelar Liga Champions, Ajax era Erik ten Hag meraih banyak gelar di domestik. Tiga gelar Eredivisie, dua gelar KNVB Cup, dan satu gelar Johan Cruyff Cup menjadi buktinya.

Prestasi itu semua tidak lepas dari peran Direktur Olahraga mereka, Marc Overmars. Dirinya yang ditunjuk sebagai Direktur Olahraga Ajax pda 2012 langsung memberikan dampak yang besar perihal transfer pemain hingga pelatih.

Berkatnya, Erik ten Hag bisa hadir di klub, lalu Antony, Mohammed Kudus, Lisandro Martinez, Sebastien Haller, Hakim Ziyech, van de Beek, dan masih banyak lagi. Tanpa kepiawaiannya melihat talenta, maka nama-nama tersebut tidak akan hadir di Johan Cruyff Arena.

Sumber: Twitter @AFCAjax

Sayangnya, Overmars memutuskan untuk hengkang dari jabatan tersebut dan pergi ke Belgia untuk menjadi Direktur Olahraga Royal Antwerp. Momen Overmars pergi, itu juga yang menjadi titik awal kehancuran Ajax di musim ini.

Ajax Amsterdam merekrut Sven Mislintat pada 19 Mei 2023 sebagai Direktur Olahraga mereka yang terbaru. Mislintat direkrut oleh de Godenzonen dengan harapan bisa menggantikan peran Overmars atau van der Sar yang sebelumnya menjabat posisi tersebut.

Dirinya juga punya track record yang bagus di beberapa klub ternama di Jerman seperti VfB Stuttgart, Borussia Dortmund, dan raksasa London, Arsenal FC. Tugas pertamanya yaitu melakukan penjualan secara besar-besaran dan mengurangi pengeluaran gaji.


Baca Juga:


Tugas tersebut berhasil ia lakukan dengan menjual Kudus, Jurrien Timber, Edson Alvarez, Calvin Bassey, dan Mohamed Daramy. Dari hasil penjualan tersebut, Ajax mendapatkan uang sebesar 156,4 juta euro.

Sayangnya, dirinya tidak pandai untuk membeli pemain. Ia justru membeli 12 pemain yang hampir tidak pernah main di level tertinggi. Bahkan, Mislintat juga mendatangkan Maurice Steijn sebagai pelatih yang tidak memiliki pengalaman menangani klub besar.

Benar saja, Ajax saat ini hancur berantakan. Di Eredivisie musim 2023/24, de Godenzonen hanya meraih lima poin dari delapan pertandingan (satu kemenangan, dua imbang, dan lima kekalahan) dan duduk di dasar klasemen. Terparah, mereka dibantai oleh rival abadinya, Feyenoord, dengan skor 0-4.

Akhirnya, Ajax memutuskan untuk memecat Mislintat pada 24 September 2023. Sayangnya, de Godenzonen masih belum bisa untuk keluar dari dasar klasemen Eredivisie, sama seperti nasibnya di Liga Eropa musim ini.

Kasus Ajax menjadi bukti bahwa peran Direktur Olahraga sangatlah penting di klub. Dirinya menjadi motor dari transfer yang dilakukan klub.

Memang, semuanya pasti akan diputuskan oleh manajemen atau pelatih. Namun, yang merekomendasikan pemain dan pelatih terlebih dahulu adalah Direktur Olahraga, dan Ajax hancur akibat itu.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version