Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Arrigo Sacchi, Penghancur Libero, Pembawa Kejayaan AC Milan di Eropa

Analisa Vigo: Arrigo Sacchi, Penghancur Libero, Pembawa Kejayaan AC Milan di Eropa

Sumber: AC Milan

VivagoalBerita BolaItalia memang menjadi negara penghasil pelatih-pelatih ternama di dunia. Namun, jika ada satu pelatih yang sangat berperan besar dalam sepakbola Negara Pizza, maka itu adalah Arrigo Sacchi, si penghancur sistem Libero.

Italia memang terkenal sebagai negara penghasil pemain-pemain bertalenta. Namun, Negara Pizza ini jauh lebih terkenal sebagai tempat lahirnya pelatih-pelati hebat di dunia.

Kita bisa sebutkan di era-era saat ini seperti Roberto Mancini, Simone Inzaghi, Carlo Ancelotti, Fabio Capello, Roberto Di Matteo, Antonio Conte, dan yang baru lahir adalah Roberto De Zerbi. Namun, dari sekian nama besar di atas, terdapat satu pelatih yang patut disebut seorang revolusioner yaitu Arrigo Sacchi.

Arrigo Sacchi adalah seorang pelatih yang saat ini berusia 77 tahun. Ia pantas disebut revolusioner lantaran taktiknya berhasil menghancurkan sistem Libero yang sangat terkenal di era 50-an, dan menjadi kunci dari lahirnya taktik Catenaccio.

Catenaccio sendiri adalah sebuah taktik yang dipopulerkan oleh Helenio Herrera, di mana sistemnya adalah bertahan dengan sangat kuat. Untuk bisa melakukan itu, perlu Libero sebagai pemain kuncinya.

Libero sendiri dalam bahasa Italia artinya ‘bebas’. Pemain yang mendapatkan gelar Libero berposisi sebagai pemain yang berada di antara kiper dan dua bek tengah. Libero menjadi jangkar terakhir lawan untuk mencetak gol dengan tugas untuk menghalau dan menyapu bola yang lewat garis pertahanannya.


Baca Juga:


Namun, Libero tidak semudah itu lantaran mereka harus seorang pemain yang pandai bertahan, menyapu bola, dan juga bisa mendistribusikan bola ke depan untuk melakukan serangan. Oleh karena itu, pemain-pemain yang lekat dengan posisi Libero adalah pemain ternama di dunia salah satunya Franz Beckenbauer.

Akan tetapi, kehadiran Arrigo Sacchi di dunia kepelatihan menghancurkan sistem Catenaccio dan juga peran Libero. Taktiknya yang lebih mengedepankan formasi 4-4-2 membuat peran Libero lenyap di AC Milan.

Arrigo Sacchi ditunjuk oleh Presiden AC Milan saat itu, Silvio Berlusconi, untuk menggantikan Fabio Capello. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memberikan gelar bagi Rossoneri karena ia berhasil melakukan itu usai menjuarai Serie A 1987/88.

Saat itu, AC Milan diisi oleh berbagai bintang seperti Franco Baresi, Alessandro Costacurta, dan trio Belanda, Frank Rijkaard, Ruud Gulitt, serta Marco van Basten. Pada saat itu, hampir semua tim Italia sangat mengandalkan Catenaccio, namun Sacchi menghancurkan itu semua.

Dilansir dari Bleacher Report, Sacchi menerapkan permainan dengan intensitas tinggi dan garis pertahanan yang mendekati garis tengah lapangan. Hal tersebut memungkinkan AC Milan untuk menekan permainan di lapangan tengah, dan memastikan agar jarak antara lini pertahanan dan depan tidak lebih dari 25 meter.

Sumber: UEFA

Itu tentu membuat AC Milan menjadi tim yang sulit untuk ditembus. Bagaimana tidak, lawan harus bisa melewati tiga lini secara berurutan dengan jarak yang tidak terlalu jauh, dan itu sangat sulit untuk dilakukan. Ditambah lagi, itu dilakukan tanpa adanya sosok Libero.

Namun, intensitas tinggi ini tidak sama seperti FC Barcelona era Pep Guardiola. Sacchi mengatakn AC Milan memiliki tekanan yang lebih unik dan bisa diadaptasikan di situasi dan kondisi apapun.

“Ada tekanan parsial, di mana itu lebih tentang perebutan bola. Ada tekanan total yang lebih memenangkan bola, dan ada juga tekanan palsu. Itu adalah ketika kami berpura-pura menyerang, tetapi pada kenyataannya menggunakan waktu untuk memulihkan stamina,” ucap Sacchi dalam buku Inverting the Pyramid karya Jonathan Wilson pada laporan Bleacher Report.

Selain itu, Sacchi juga menerapkan sebuah latihan yang aneh kepada skuad AC Milan yaitu permainan bayangan. Para pemain akan bermain dalam waktu penuh di latihan dengan sepakbola imajinasi. Ia akan memberi tahu pemain di mana letaknya, dan para pemain akan bergerak sesuai posisi yang diminta.


Baca Juga:


Itu membantu pemain dalam menentukan di mana titik serang lawan, sehingga mereka bisa menghentikannya. Lalu, latihan tersebut juga membangun kerja sama tim semakin lebih baik lagi.

Berkat taktik yang ia terapkan, AC Milan terbang tinggi di kancah Eropa dan juga Italia. Di bawah kendalinya, Rossoneri sukses meraih satu gelar Serie A, satu Supercoppa, dua UEFA Supercup, dua Intercontinental Cup, dan dua Liga Champions.

Sayangnya, taktiknya tersebut tidak berbuah manis ketika ia ditunjuk sebagai pelatih Timnas Italia pada 1991 menggantikan Azeglio Vicini. Sacchi gagal membawa Italia juara di Piala Dunia 1994 dan lolos grup di Euro 1996.

Sumber: Panditfootball

Publik semakin kesal dengannya lantaran ia telah menghancurkan sistem yang sangat dibanggakan oleh Italia yaitu Catenaccio. Ia membuang pemain seperti Walter Zenga, Giuseppe Bergomi, Roberto Mancini, dan Gianluca Vialli dan menggantinya dengan Roberto Baggio, Franco Baresi, dan Daniele Massaro.

Terlepas dari banyaknya gelar ataupun gagalnya di Gli Azzuri, Arrigo Sacchi tetaplah salah satu sosok pelatih paling dikenang di Italia. Kehadirannya mampu membuka mata publik Negara Pizza bahwa ada taktik lainnya selain bertahan, dan itu ia buktikan dengan menjadi yang terbaik di Eropa bersama AC Milan selama dua musim lamanya.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version