Vivagoal – Berita Bola – Pasca tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022, suporter sepakbola di Indonesia mulai berusaha untuk memperbaiki diri. Salah satu aksi nyata yang terlihat yaitu pembayaran denda yang diterima oleh klub atas tindakan mereka.
BRI Liga 1 2023/24 telah berlangsung hingga pekan ke-7. Namun, baru tujuh pekan, sudah banyak denda yang didapatkan oleh masing-masing klub, dan itu semua mayoritas berasal dari suporter.
Tentu saja, denda atau sanksi tersebut lahir dari peraturan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) selaku promotor dan PSSI. PT. LIB dan PSSI menerapkan peraturan agar tidak diperbolehkan suporter untuk datang ke partai tandang.
Direktur Utama (Dirut) PT. LIB, Ferry Paulus, mengatakan jika kebijakan tersebut telah disepakati oleh seluruh tim yang berlaga di BRI Liga 1 2023/24. Lebih lanjutnya, Ferry Paulus menetapkan aturan tersebut lantaran bertepatan dengan Pemilihan Umum (Pemilu) yang jatuh pada 14 Februari 2024 mendatang.
Kebijakan tersebut tentu membuat semua suporter di Indonesia kecewa. Pasalnya, mereka ingin merajut perdamaian dengan beberapa klub lawan atau yang pernah menjadi rival mereka, dan laga tandang menjadi tempat terbaik untuk mengarah ke hal itu.
“Menurut saya pribadi, keputusan yang diambil terlalu cepat dan tidak ada konfirmasi kepada kelompok suporter sehingga membuat kaget semua pihak, sedangkan pak Erick Thohir lebih menjaga ke red notice dari FIFA. Seharusnya ini bisa didiskusikan terlebih dahulu kepada para suporter karena tragedi Kanjuruhan bukan kerusuhan antarsuporter,” ucap Panca Octavian Wirakusumah, Bidang Organisasi dan Keanggotaan Viking Persib Club (VPC) kepada Vivagoal Indonesia, Senin (5/6) yang lalu.
Beberapa klub seperti Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persik Kediri, dan PSIS Semarang telah merasakan sanksi tersebut. Mereka harus membayar denda sebesar 25 juta rupiah akibat suporternya datang ke laga tandang.
Memang, hal tersebut sangat disayangkan mengingat klub harus menanggung semuanya. Akan tetapi, klub nampaknya tidak harus pusing-pusing untuk mencari uangnya mengingat suporter mereka sendiri yang bertanggung jawab untuk hal itu.
Pada Minggu (30/7) yang lalu, Persija bertemu dengan Persebaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta untuk lanjutan BRI Liga 1 2023/24. Laga tersebut berhasil dimenangi oleh tuan rumah dengan skor tipis 1-0.
Namun, terdapat satu hal menarik yang terjadi di laga tersebut yaitu kehadiran pendukung garis keras Persebaya, Bonek, di dalam stadion. Mereka hadir untuk mendukung Bajul Ijo bertanding di kandang lawan yang memiliki sejarah kurang menyenangkan.
Ditakutkan terjadi keributan, justru rasa menyenangkan dan damai terjadi antar The Jakmania dan Bonek. Bahkan, Jakmania menyanyikan lagu kebanggaan Persebaya, Song for Pride, sebagai bentuk hormat kepada para Bonek yang hadir di SUGBK.
Meskipun menyenangkan untuk dilihat, tentu sanksi telah menanti mereka. Tetapi, Bonek dan The Jakmania ingin bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan dengan cara membayar denda sebesar 25 juta rupiah tersebut.
Dilansir dari akun Instagram @greennord.27, Bonek sukses menggalang dana dan terkumpul sebesar 25,279,537 juta. Tidak hanya Persebaya, The Jakmania juga berhasil melakukannya.
Seperti kata banyak orang, perilaku baik akan menular ke yang lainnya, dan itu juga terjadi kepada suporter PSIS Semarang, Snex, dan Persik Kediri. Kedua tim itu juga menggalang dana demi denda yang didapatkan oleh timnya atas tindakan mereka sendiri.
Baca Juga:
- What If: Radja Nainggolan Main di Indonesia
- Obrolan Vigo: Xabi Alonso, ‘Pesulap Handal’ yang Buat Bundesliga Musim Depan Semakin Menarik
- Analisa Vigo; Barcelona yang Akan Baik-Baik Saja Tanpa Dembele
- Analisa Vigo: Julen Lopetgui Akan Menyesal Pernah Gabung Wolverhampton
Tindakan ini memperlihatkan bahwa suporter Indonesia telah lebih dewasa. Mereka menerima sanksi atau denda yang mereka buat sendiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut.
Namun, ada satu hal yang lebih penting dari sekadar tanggung jawab denda, melainkan perdamaian. Memang, mereka bergerak di luar aturan yang telah ditetapkan, namun aksi mereka patut kita syukuri lantaran niat mereka adalah untuk menjalin hubungan dengan tim lawan.
Sikap yang dilakukan para suporter Indonesia saat ini seperti ingin melakukan re-branding atau menghapus stigma yang melekat dari mereka. Mereka ingin mengembalikan kembali sepakbola ke marwah asalnya, sepakbola yang damai dan bisa dinikmati oleh siapapun.
Sepertinya, kejadian Kanjuruhan sangat membekas di hati dan pikiran mereka. Pastinya, masih ada oknum atau pihak yang tidak ingin jalan menuju perdamaian ini lancar. Tetapi, itu adalah hal yang wajar karena sikap baik pasti akan ada ujiannya.
Selanjutnya, mereka hanya perlu menunjukkan konsistensinya untuk bisa memperlihatkan bahwa sepakbola Indonesia saat ini damai. Itu tentu perlu waktu yang lama.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com