Vivagoal – Berita Bola – Chelsea FC berhasil meraih gelar perdana Liga Champions mereka di musim 2011/12, dan banyak orang yang setuju jika Didier Drogba lah yang menjadi pahlawannya. Namun, sejatinya Juan Mata yang pantas dinobatkan sebagai penyelamat The Blues.
Musim 2011/12 adalah hal yang sangat bersejarah dan membekas di ingatan para suporter The Blues. Pasalnya, setelah 107 tahun berdiri, untuk pertama kalinya mereka berhasil menjadi yang terbaik di Eropa.
Status tersebut tentu mereka dapatkan usai meraih gelar Liga Champions 2011/12. Mereka sukses menghancurkan raksasa Jerman, Bayern Munich, di partai final lewat adu penalti dengan skor 5-4 setelah sebelumnya hanya meraih hasil imbang 1-1 di 90 plus 30 menit tambahan waktu.
Juan Mata talking about the moment just before he took the corner for Didier Drogba to score in the 2012 Champions League final. pic.twitter.com/hYLMbQyKJn
— Frank Khalid OBE (@FrankKhalidUK) August 6, 2023
Kala itu, Chelsea masih diasuh oleh Andre Villas-Boas. Bersamanya, Chelsea mengalami kemunduran performa, di mana ia hanya mampu mengantarkan The Blues duduk di peringkat keenam klasemen akhir Liga Inggris 2011/12. Sehingga, Robert Di Matteo hadir untuk menggantikannya.
Di Matteo harus memikul tugas berat untuk menggantikan peran Villas-Boas. Meskipun begitu, justru pihak yang paling terpengaruh adalah para pemain karena mereka harus berjuang terlebih dahulu sebelum Di Matteo hadir.
Mantan penyerang Chelsea, Didier Drogba, menjelaskan kejadian di malam sebelum final Liga Champions terjadi. Dalam Twitter-nya, @didierdrogba, ia menjelaskan jika para pemain harus melakukan pertemuan besar untuk membahas masalah yang terjadi di klub.
“Delapan tahun yang lalu, manajer (Andre Villas-Boas) telah dipecat oleh klub dan kami, para pemain, melakukan pertemuan tim, di mana kami mengakui bahwa kami turut bertanggung jawab atas kepergiannya,” tulis Drogba.
Baca Juga:
- What If: Arsenal Merekrut Hakim Ziyech dan Potensi Besar yang Bakal Terjadi
- Analisa Vigo: Xabi Alonso, Manajer Potensial yang Pernah Dilatih Pelatih-Pelatih Besar
- Obrolan Vigo: Thomas Muller, Si ‘Raumdeuter’ Pemakan Buah Iblis Ope Ope no Mi
- Analisa Vigo: Harry Maguire Adalah Korban dari Busuknya Manajemen Manchester United!
“Kapten @johnterry berbicara, @franklampard @petrcech dan para pemimpin lain dalam tim juga. Kami memutuskan untuk memberikan segalanya di Liga Champions, terlepas dari kekalahan 1-4 kami atas S.S.C Napoli.”
“Kami telah mengejar trofi ini selama delapan tahun dan tidak bisa lebih baik dari runner-up. Semua orang sepakat untuk mengesampingkan ego dan saling menantang untuk tujuan yang sama,” tambahnya.
Wajar Drogba benar-benar sangat emosional saat itu karena sebelumnya ia gagal untuk mempersembahkan gelar bagi negaranya, Timnas Pantai Gading, di partai final Piala Afrika. Mereka kalah menyakitkan dari Timnas Zambia lewat adu penalti.
Untuk itu, ia ingin melampiaskan kesedihannya itu di final Liga Champions 2011/12. Merasa putus asa, ia akhirnya meminta bantuan kepada salah satu pemain anyarnya, Juan Mata.
Juan Mata baru saja didatangkan Chelsea pada bursa transfer musim panas 2011/12. Ia diboyong oleh The Blues dari Valencia CF seharga 26,7 juta euro. Di awal kariernya bersama raksasa London, Juan Mata mampu menjadi maestro di lapangan tengah dengan 12 gol dan 20 assist-nya.
Dengan kemampuannya sebagai gelandang serang, Drogba selaku striker langsung meminta tolong kepada Juan Mata. Drogba bahkan berjanji akan memberikan hadiah jika Juan Mata bisa menyelamatkan impiannya untuk meraih gelar Liga Champions.
“Setelah pertemuan, saya meminta tolong kepada Juan Mata yang berusia 23 tahun, ‘Saya mohon maestro, bantu saya untuk memenangi Liga Champions’.”
“Dia melihat ke arah saya dan berbicara, ‘Anda gila, Anda adalah Didier Drogba, Anda yang akan bantu saya untuk meraihnya. Lalu, saya mengatakan kepadanya bahwa saya telah berusaha keras selama delapan tahun dan tidak pernah menang, jadi saya percaya bahwa dia adalah seseorang yang mampu membantu tim ini menang,” kata Drogba.
Partai final pun berlangsung, pertandingan berjalan a lot hingga menit ke-80. Sampai pada menit ke-83, Arjen Robben melayangkan umpan manis kepada Thomas Muller. Lewat sundulannya, ia mampu menjebol gawang Petr Cech.
Itu menjadi momen paling menyedihkan bagi Chelsea dan juga Drogba. Memori mengenai kegagalannya meraih gelar bersama Timnas Pantai Gading kembali menghantuinya. Namun, Juan Mata hadir untuk menyemangatinya.
“Tuan rumah memimpin dengan delapan menit tersisa dan dalam perjalanan saya untuk menendang bola selama delapan menit terakhir, saya sangat putus asa. Pemuda itu (Mata) berbicarakepada saya ‘Percaya Didi, kamu harus percaya,’, hampir sambil menangis.”
“Saya menjawab setelah melihat skor saat itu, ‘Percaya pada apa? Ini hampir berakhir, saya akan menangis seperti beberapa bulan yang lalu ketika saya kalah di final melawan Pantai Gading,’ kata lanjut Drogba.
Namun, itu justru menjadi momen di mata Mata memberikan magisnya kepada Chelsea dan Drogba. Pada menit ke-88, Juan Mata menembakkan sepakan pojok yang indah ke arah Drogba. Dengan percaya diri, Drogba menyundul bola umpan Mata dan sukses menjebol gawang Bayern Munich yang dijaga Manuel Neuer.
Baca Juga:
- 5 Fakta Penjualan Termahal Benfica
- 5 Pemain dengan Gaji Termahal LaLiga
- 5 Fakta Wonderkid Tersukses Football Manager
- 5 Fakta Pemain dan Pelatih yang Pernah Menjuarai Liga Champions
Berkat gol tersebut, mimpi Chelsea untuk menjadi juara terjaga. Setelah perpanjangan waktu, laga dilanjutkan ke babak penalti. Mata sebagai eksekutor pertama gagal dalam penaltinya.
Beruntungnya, empat pemain Chelsea lainnya, David Luiz, Frank Lampard, Ashley Cole, dan tentu Drogba berhasil. Di sisi lain, dua dari lima pemain Bayern Munich, Ivica Olic dan Bastian Schweinsteiger gagal. Chelsea menang dengan skor 4-3.
Itu menjadi gelar Liga Champions pertama Chelsea sekaligus yang dinanti-nantikan Drogba. Pasalnya, setelah itu ia pergi ke Cina untuk melanjutkan kariernya bersama Shanghai Shenhua, sebelum akhirnya kembali ke Stamford Bridge pada 2014.
Memang, Drogba menjadi pahlawan di laga tersebut usai mencetak gol penyeimbang dan penentu di babak penalti. Namun, Drogba tidak akan bisa melakukannya jika tanpa Juan Mata.
.@didierdrogba leading the celebrations in the Chelsea dressing room! 🏆 pic.twitter.com/hqRtQIDZ2Q
— Chelsea FC (@ChelseaFC) May 19, 2020
Juan Mata mampu membangkitkan semangat Drogba, membuatnya tetap bertarung hingga titik darah penghabisan. Seolah-olah, Juan Mata adalah orang tua dari Drogba yang selalu memberikan dukungannya di waktu sedih maupun senang.
Jika bisa disebutkan, Juan Mata adalah pahlawan sejati dalam laga itu. Tugas pahlawan adalah membantu orang tanpa pamrih, dan itulah yang dilakukan Juan Mata.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com