Vivagoal – Liga Champions – Bos Manchester City, Pep Guardiola sejauh ini masih kesulitan memenangkan Liga Champions sejak meninggalkan Barcelona. Namun mantan anak asuh Guardiola di Bayern Munchen, Thomas Mueller punya jawabannya.
Guardiola sempat begitu superior bersama Barcelona dengan menjuarai Liga Champions sebanyak dua kali, yakni pada musim 2008/09 dan 2010/11. Namun setelah meninggalkan Blaugrana pada 2012 silam, Pep Guardiola kesulitan membawa timnya mengangkat ‘Si Kuping Besar’ lagi.
Saat menangani raksasa Bundesliga Jerman, Bayern Munchen, prestasi tertinggi Guardiola hanya bisa mengantar Robert Lewandowski Cs ke babak semifinal tiga kali beruntun. Kemudian di Manchester City, selama lima musim menangani Sergio Aguero Cs, capaian Guardiola malah menurun dengan terus mentok di babak perempatfinal.
Musim 2019/20 kemarin, pelatih asal Spanyol tersebut kembali gagal meloloskan The Citizens ke semifinal usai didepak Olympique Lyon dengan agregat 1-3 di babak perempatfinal.
Banyak yang kemudian menilai bahwa Guardiola kesulitan karena tidak punya pemain seperti Lionel Messi. Dengan mengusung sepakbola menyerang ala Tiki Taka, serangan Barcelona yang dikreasikan oleh dua gelandang elegan Xavi dan Iniesta kala itu mengalir begitu luwes dengan Messi sebagai titik sentralnya.
Baca Juga:
- Di Liga Champions, Pep Guardiola Hanya Targetkan City Lolos 8 Besar
- Faktanya Pep Guardiola Memang Butuh Messi Tuk Memenangkan Liga Champions
- Tanpa Messi, Guardiola Bukan Siapa-Siapa di Liga Champions
- Pep Guardiola Putus Rekor Menakjubkan Zidane di Liga Champions
Namun Mueller merasa bukan itu alasannya. Menurutnya, Manchester City bisa jadi begitu superior jika tampil di Premier League, tapi Guardiola mulai kerap kesulitan jika sudah harus berhadapan dengan tim-tim yang levelnya hampir setara dengan Man City di kancah Eropa.
“Sebuah tim dengan Guardiola selalu dalam jalur untuk memenanginya,” sebut Mueller seperti dilansir dari Manchester Evening News.
“Namun masalahnya adalah di fase knockout Anda cuma memiliki dua pertandingan dan banyak hal gila yang bisa terjadi. Hal itu lebih acak ketimbang 38 pertandingan seperti Premier League.” jelasnya.
“Dalam dua tahun terakhir, Liverpool memang tampil menakjubkan, tapi sewajarnya sebuah tim yang bagus dengan Guardiola memenangi liga, sudah pasti. Cara dia menyiapkan tim-tim dia, tim dia melawan tim-tim yang lebih kecil, dia itu yang terbaik.” Mueller menambahkan.
“Tapi ketika dua tim top saling berhadapan, perbedaannya tidak cukup besar untuk menyingkirkan kejadian-kejadian yang unik,” pungkas Mueller. (DIL)
Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Champions hanya di Vivagoal.com