Vivagoal – Liga Champions – Kegagalan Manchester City di final Liga Champions 2002-2021 kian menegaskan sebuah fakta terkait Pep Guardiola. Bisa meraih trofi Liga Champions dua kali bersama Barcelona bukan karena kehebatan taktiknya tapi karena ada Lionel Messi sebagai motor serangan tim
Chelsea Menaklukkan Man City 1-0 dalam final Liga Champions yang dipanggungkan di Do Dragao, Minggu (30/5) dini hari WIB. Gol semata wayang The Blues dicetak oleh Kai Havertz di menit-menit akhir babak pertama.
Padahal di pertandingan itu, Man City bermain lebih dominan dengan unggul penguasaan bola sebesar 59%. Namun pertahanan solid Chelsea membuat City frustrasi sehingga hanya bisa melepaskan satu percobaan ke arah gawang.
Di sisi lain, Chelsea bermain lebih efisien dengan melahirkan 8 percobaan yang 2 di antaranya tepat sasaran. Dengan demikian, kegagalan ini membuat Guardiola harus melanjutkan puasa gelarnya yang sudah berlangsung selama satu dekade terakhir di ajang Liga Champions.
Ya, Guardiola kali terakhir bisa menjadi juara saat membawa Barcelona menjuarai Liga Champions musim 2010-2011. Manajer asal Spanyol itu bahkan bisa melakukannya dua kali dalam tiga musim beruntun, yakni pada musim 2008-2009.
Baca Juga:
- Gagal Juara Liga Champions: Bisa Sampai Final Sudah Syukur Buat Man City
- Rekor Bagus Tuchel Atas Man City Bakal Terputus di Final Liga Champions?
- Lawan Chelsea, Manchester City Jangan Sampai Hattrick Kekalahan
- Jelang Final Liga Champions, Tuchel Belajar Banyak dari Barcelona-nya Guardiola
Tapi setelah memutuskan hengkang dari Blaugrana pada 2012 silam, Guardiola begitu kesulitan membawa tim besutannya mengangkat lagi trofi ‘Si Kuping Besar’.
Sebagai bukti, semasa menukangi Bayern Munich, prestasi terbaik Guardiola cuma bisa membawa Thomas Mueller dkk hingga babak semifinal. Setelahnya di Man City, dalam lima musim terakhir, pencapaian Guardiola sempat menurun dengan paling banter mentok di babak perempatfinal dan baru pada musim ini bisa melaju ke babak final.
Tren negatif ini kian menegaskan Guardiola memang kesulitan juara di ajang sekelas Liga Champions karena tak punya pemain secemerlang Messi.
Mengusung sepakbola menyerang total, serangan Barcelona kala itu banyak dikreasikan dua gelandang kualitas super seperti Xavi Hernandez dan Andres Iniesta yang mengalir begitu luwes dengan Messi sebagai titik sentralnya
Tapi di Man City dan Bayern, Guardiola kesulitan menerapkan sistem menyerang total yang dianutnya karena tanpa sosok Messi. Bisa dibilang, sistem yang kerap dianut Pep Guardiola yaitu tanpa penyerang murni baru benar-benar bisa berjalan kalau dia punya pemain yang secara teknik sangat superior daripada pemain lawan. (ARI)
Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Champions hanya di Vivagoal.com