Obrolan Vigo: di tengah Kekacauan AC Milan, Siapa yang Salah?

Obrolan Vigo: di tengah Kekacauan AC Milan, Siapa yang Salah?

Heri Susanto - May 22, 2025
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola – AC Milan tengah mengalami turbulensi hebat di musim ini. Mereka sudah dua kali berganti manajer di bawah Redbird Capital. Dana transfer besar dikucurkan. Namun prestasi tim seakan tak nampak. Lantas, siapa yang harus disalahkan atas turbulensi ini?

Milan mengusung optimisme tinggi di bawah komando Paulo Fonseca di awal musim. Sosok asal Portugal memiliki reputasi lumayan saat membesut Lille. Ia mendapatkan kesemaptan kedua bersama Milan untuk buktikan diri belum selesai pasca dicap gagal kala menukangi AS Roma beberapa waktu lalu.

Di awal kedatangan, ia dipersenjatai dengan rekrutan mumpuni macam Youssouf Fofana,  Strahinja Pavlović, Emerson Royal, Alvaro Morata hingga Tammy Abraham datang ke klub. Sejatinya tim tak bermain buruk. Dari 24 laga yang dimainkan Fonseca di berbagai ajang, 12 kemenangan enam seri dan enam kalah sukses dikoreksi. Namun ia dianggap gagal.

Obrolan Vigo: di tengah Kekacauan AC Milan, Siapa yang Salah?
Sumber: X/AC Milan

Milan diklaim memiliki lini serang yang terbilang nanggung. Abraham dan Morata disbebut tak memiliki daya bunuh mumpuni di depan mulut gawang meski pengalaman keduanya di Italia sudah teruji. Alhasil  produktivitas tim lumayan terganggu. Fonseca pada akhirnya dipecat dan Conceicao pun datang sebagai suksesornya per 30 Desember lalu.


Baca Juga:


Di bawah pelatih asal Portugal, ada optimisme yang hadir. Berbagai rekrutan macam Santiago Gimenez, Warren Bondo hingga Joao Felix hadir. Piala Super Italia sempat direngkuh. Namun di ajang domestik lain. Mereka remuk. Berbagai inkonsistensi hasil direngkuh di kancah Serie A.

Mereka menjauh dari empat besar. Namun perjalanan tim ada di Coppa Italia lantaran mampu masuk ke final. Namun sayang, di laga pamungkas saat bersua Bologna, Rossoblu mampu mengubur mimpi basah mereka untuk mendulang gelar lain. Piala Super menjadi gelar yang bisa diamankan oleh klub.

Musim depan, Rossoneri pun dipastikan tak akan mentas di kompetisi Eropa manapun, bahkan untuk melaju ke Conference League pun tertutup sudah. Hal ini jelas menjadi aib tersendiri. Tak berhenti sampai di sana, Conceicao pun dipastikan tak akan menukangi tim dan bakal angkat kaki di akhir musim ini meski di atas kertas ia masih memiliki kontrak hingga 2026 mendatang. Kegagalan klub mentas di Liga Champions pun mmebuat kerjasama kedua belah pihak harus berakhir prematur.

Dari sisi finansial, masalah keuangan pun terganggu lantaran tak main di Liga Champions. Musim ini, mereka menghasilkan 60 juta Euro dari hak siar dan jumlah kemenangan yang dikoreksi hingga fase play-off Liga Champions. Ada potensi penjualan pemain bakal dilakukan guna menstabilkan neraca keuangan tim. Eksodus besar-besaran dari sisi merah Kota Mode nampaknya hanya tinggal menunggu waktu. Kebetulan, banyak pemain yang memiliki nilai jual tinggi dan masuk dalam pantauan tim-tim besar Eropa.

Lantas jika mau mencari siapa yang layak disalahkan atas masalah ini? Zlatan Ibrahimovic menjadi orang terdepan untuk menjadi kambing hitam. Saat ini, sosok asal Swedia bertugas sebagai representasi klub yang bertugas sebagai penasihat. Ia juga orang yang mempertimbangkan datangnya Fonseca dan arus transfer yang terjadi. Namun yang terjadi kemudian, peranannya seakan menjadi Presiden klub.


Baca Juga:


Di awal, ia mengklaim dirinya yang akan menutup transfer Milan di musim panas kemarin. Hal ini kurang membuat Fonseca senang. Ia juga beberapa kali mengumpulkan pemain Milan tanpa seizin pelatih Portugal itu. Langkah yang dilakukan Ibra sempat ditentang oleh Redbird. Bahkan di era Conceicao, ia pernah menghadiri jumpa pers yang seharusnya tak dilakukannya.

Kapasitas Conceicao dan Fonseca sebagai juru taktik sejatinya memang tak perlu diragukan. Namun kehadiran Ibra yang seakan melewati kapasitasnya sebagai penasihat tim membuat suasana Milan terbilang menjadi ekosistem beracun yang berdampak buruk pada kurang kondusifnya performa tim di lapangan dan kurang nyamannya ruang ganti. Ia sekaan terjebak dalam wusata masa lalu yang merupakan sosok besar sebagai pemain, hal itu menyeretnya untuk bertindak serupa ketika menjabat sebagai wajah klub dalam peran yang berbeda.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com